Liputan6.com, Jakarta - Saudi Aramco akan meraih dana USD 3 miliar atau sekitar Rp 48,87 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.291) dari penjualan obligasi pertama dalam tiga tahun.
Kabar penjualan obligasi tersebut disampaikan sumber, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (9/7/2024). Eksportir minyak terbesar di dunia tersebut menawarkan utang berjangka waktu 10,30 tahun dan 40 tahun, menurut seorang sumber. Pertemuan dengan investor akan dimulai pada Selasa.
Raksasa minyak ini telah menunjuk sejumlah bank antara lain Citigroup Inc, Goldman Sachs Group Inc, HSBC Holdings Plc, JPMorgan Chase & Co, Morgan Stanley dan SNB Capital untuk membantu penjualan obligasi tersebut. Adapun ukuran kesepakatan akhir dapat lebih besar tergantung permintaan investor.
Advertisement
Juru bicara Aramco menolak untuk memberikan tanggapan. Rencana penerbitan surat utang ini muncul beberapa minggu setelah pemerintah Arab Saudi melepas saham Aramco senilai USD 11,2 miliar. Perseroan akan memakai dana untuk membiayai Kembali pinjaman yang ada dan berkontribusi pada program investasinya.
Pada Februari, Chief Financial Officer Aramco Ziad Al-Murshed menuturkan, pihaknya akan menjual surat utang berjangka waktu 15-50 tahun pada 2024. Hal ini seiring membaiknya pasar keuangan dan Perseroan berupaya untuk memanfaatkan neraca keuangan yang sangat besar.
Saudi Aramco telah memulai rencana investasi besar untuk mengembangkan sumber daya gas baru dengan menandatangani kontrak konstruksi senilai USD 25 miliar untuk pengembangan proyek Jafurah. Hal ini sebagai upaya meningkatkan produksi.
Aksi Korporasi Aramco
Perseroan menjual obligasi pertamanya pada 2019, diikuti dengan surat utang bertenor 50 tahun pada 2020 dan menerbitkan surat utang syariah berdenominasi dolar AS pada 2021.
Selain itu, pada Mei 2024, Aramco mempertahankan pembayaran dividen kuartalan sebesar USD 31 miliar kepada pemerintah Arab Saudi dan investor lainnya meski laba lebih rendah. Arus kas, dana dari operasi dikurangi belanja modal sebesar USD 22,8 miliar pada periode itu lebih kecil dari total pembayaran.
Al-Murshed menuturkan, Perseroan akan terus membayar sesuai kemampuannya dan tidak perlu mengeluarkan utang untuk mendukung dividen. Ia menambahkan, dividen dasar akan bersifat berkelanjutan dan progresif yang berarti Perseroan bertujuan meningkatkannya pada tahun mendatang.
Advertisement
Arab Saudi Jual Saham Aramco Lagi, Dana yang Diraup Luar Biasa Besar
Sebelumnya, saham perusahaan minyak milik pemerintah Arab Saudi, Aramco naik pada Minggu menyusul penjualan saham yang meningkatkan perusahaan minyak negara tersebut sekitar USD 11,2 miliar atau setara Rp 182,4 triliun (asumsi kurs Rp 16.291 per dolar AS).
Dilansir dari CNBC Internasional, Senin (10/6/2024), saham Aramco diperdagangkan sekitar USD 7,69 di bursa saham Tadawul Saudi di atas harga penawaran jual saham sekitar USD 7,16. Tidak ada kekurangan permintaan untuk penawaran sekunder, yang diumumkan pada tanggal 30 Mei.
Mengutip sumber, semuah kantor berita internasional melaporkan permintaan untuk penawaran tersebut mencapai USD 65 miliar, dan Aramco menempatkan lebih dari setengah penjualan tersebut kepada investor asing.
Hal ini terjadi ketika Arab Saudi terus melanjutkan rencana ambisiusnya untuk mendiversifikasi perekonomiannya dari minyak di bawah program Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Namun, rencana tersebut yang mencakup serangkaian proyek raksasa memiliki harga yang mahal, dengan permata mahkotanya, kota futuristik Neom, yang diperkirakan menelan biaya sekitar USD 500 miliar.
Sementara itu, harga minyak masih fluktuatif, dengan harga yang turun pada minggu ketiga karena prospek permintaan yang tidak menentu terus membebani dan investor memundurkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS.
Raksasa Minyak Arab Saudi Aramco Raup Laba Rp 1.880 Triliun
Sebelumnya, raksasa perusahaan minyak Saudi Arabia, Aramco melaporkan kinerja keuangan pada 2023. Aramco mencatat laba turun 25 persen menjadi USD 121,3 miliar atau sekitar Rp 1.880 triliun (asumsi dolar AS terhadap rupiah di kisaran 15.504) pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 161,1 miliar atau sekitar Rp 2.497 triliun. Penurunan laba itu didorong dividen jumbo di tengah tantangan ekonomi.
Dikutip dari CNBC, ditulis Selasa (12/3/2024), Aramco menaikkan dividen dasar pada kuartal IV sebesar 4 persen menjadi USD 20,3 miliar dan menaikkan dividen terkait kinerja sebesar 9 persen menjadi USD 10,8 miliar. Dengan demikian, total pembayaran dividen sebesar USD 31 miliar atau sekitar Rp 480,60 triliun masing-masing untuk pemerintah Arab Saudi dan pemegang saham Aramco.
Laba meski menurun, hasil kinerja keuangan Aramco masih mencatat rekor laba bersih tertinggi kedua bagi Aramco, jauh melampaui laba perusahaan-perusahaan sejenis.
“Penurunan tahun ke tahun ini disebabkan rendahnya harga minyak mentah dan volume penjualan serta berkurangnya margin penyulingan dan bahan kimia, yang sebagian diimbangi oleh penurunan royalti produksi sepanjang tahun dan lebih rendahnya pajak penghasilan dan zakat,” ujar Aramco dikutip dari CNBC.
Advertisement
Kinerja Keuangan Perseroan
Selain laba, pendapatan Aramco juga terpangkas 17 persen menjadi USD 440,88 miliar atau sekitar Rp 6.840 triliun dari periode 2022 USD 535,19 miliar atau sekitar Rp 8.303 triliun. Kas juga turun menjadi USD 101,1 miliar pada 2023 dibandingkan 2022 sebesar USD 148,5 miliar.
“Ini adalah tahun di mana permintaan minyak global mencapai rekor meski terjadi gejolak geopolitik, hambatan ekonomi dan tekanan inflasi,” ujar CEO Aramco, Amin Nasser.
Ia prediksi pasar minyak global akan tetap sehat selama sisa tahun ini. “Dan kami memperkirakan pasar tersebut akan cukup kuat dengan pertumbuhan sekitar 1,5 juta barel,” ujar Nasser.
Adapun Arab Saudi memimpin negara-negara OPEC+ pekan lalu untuk memutuskan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga akhir Juni.