Liputan6.com, Jakarta Bursa saham di Asia-Pasifik dibuka lebih tinggi pada hari Rabu, menyusul komentar dovish dari Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell semalam.
Powell mengisyaratkan kehati-hatian dalam mempertahankan suku bunga pada level yang terlalu tinggi, dengan mengatakan bahwa mengurangi pengekangan kebijakan terlalu lambat atau terlalu sedikit dapat melemahkan aktivitas ekonomi dan lapangan kerja.
Baca Juga
Data Inflasi China dan Jepang
Di Asia, investor akan menilai data inflasi dari Tiongkok dan Jepang, dengan Tiongkok merilis data harga konsumen dan produsen untuk bulan Juni.
Advertisement
Inflasi di Tiongkok diperkirakan akan sedikit meningkat menjadi 0,4%, naik dari 0,3% pada bulan Mei. Sementara PPI diperkirakan akan mencatat penurunan yang lebih lembut sebesar 0,8% dari penurunan 1,4% pada bulan Mei.
Di Jepang, Nikkei 225 menunjukkan pembukaan indeks yang lebih lemah setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada hari Selasa, dengan kontrak berjangka di Chicago pada 41.540 dan di Osaka pada 41.500 dibandingkan dengan penutupan indeks sebelumnya di 41.580,17.
Kontrak berjangka untuk indeks S&P/ASX 200 Australia berada pada level 7.771, sedikit lebih rendah dari penutupan terakhirnya pada level 7.829,7.
Indeks berjangka Hang Seng Hong Kong berada pada level 17.641, lebih tinggi dari penutupan terakhir HSI pada level 17.523,23.
Di AS semalam, S&P 500 naik ke rekor baru pada hari Selasa setelah komentar Powell, naik 0,07% menjadi 5.576,98 dan menandai penutupan rekor ke-36 tahun ini.
Nasdaq Composite naik 0,14% dan ditutup pada level 18.429,29, yang juga mengakhiri hari pada rekor tertinggi. Sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 0,13%.
Saham di Jepang Jadi Pilihan Utama BlackRock
Sebelumnya, BlackRock Investment Institute (BII) memilih bursa saham Jepang sebagai pilihan investasi saham yang jadi favoritnya. Selain itu, pemilihan parlemen baru-baru ini di Inggris juga telah membuat valuasi saham di Inggris menjadi menarik.
Mengutip Channel News Asia, ditulis Rabu (10/7/2024), Partai Konservatif Inggris menderita kekalahan bersejarah pada pemilihan umum (Pemilu) pekan lalu dengan sejumlah menteri kehilangan kursi.
“Valuasi sangat menarik, dan mengingat stabilitas politik yang dirasakan mengarah pada sentimen yang lebih baik, kami pikir ada peluang taktis untuk saham di Inggris,” ujar Global Chief Investment Strategist BlackRock, Wei Li.
BII, cabang dari perusahaan investasi BlackRock yang berbasis di Amerika Serikat menyediakan penelitian investasi eksklusif mengatakan, prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama membuat obligasi terkait inflasi menjadi menarik. "Di tingkat negara, Meksiko dan India harus mendapat manfaat dari perbaikan rantai pasokan dalam jangka panjang,” BII menambahkan.
Di sisi lain, BlackRock Investment Institute optimistis terhadap saham-saham Amerika Serikat dan kecerdasan buatan. “Saham di Jepang merupakan keyakinan tertinggi kami berkat dukungan dari kembalinya inflasi ringan, reformasi perusahaan yang ramah pemegang saham dan Bank of Japan hati-hati menormalisasi kebijakan, bukan melakukan pengetatan,” ujar BII.
Sehubungan dengan utang pemerintah Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden, Li menuturkan, utang jangka panjang tidak cukup mencerminkan prospek pelebaran defisit fiskal Amerika Serikat sehingga mendorong preferensi BlackRock terhadap treasury dalam jangka waktu pendek hingga menengah.
Selain itu, ia mengatakan, baik kandidat terdepan dalam pemilihan presiden AS, Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden AS Donald Trump tidak memprioritaskan pengurangan belanja pemerintah yang dapat menyebabkan premi jangka panjang lebih besar. Ini merujuk pada kompensasi yang dibutuhkan investor untuk memiliki utang jangka panjang.
“Kedua kandidat ini tidak benar-benar berbicara mengenai rencana untuk menurunkan defisit fiskal. Mereka membelanjakan uang dengan cara yang berbeda, tetapi sama-sama ingin melakukan pembelanjaan,” ujar dia.
Advertisement
Bursa Saham Jepang Catat Kinerja Terbaik di Asia pada 2023
Sebelumnya, Jepang mencatat kinerja terbaik di bursa saham Asia Pasifik pada 2023. Indeks Nikkei 225 naik 28 persen, mencapai level yang belum pernah terlihat sejak 1989.
Dikutip dari CNBC, ditulis Sabtu (30/12/2023), indeks Nikkei 225 membukukan rekor tertinggi pada akhir 1989 seiring gelembung real estate dan saham. Ketika krisis itu terjadi, Jepang terjerumus dalam periode perlambatan ekonomi, yang sering disebut sebagai lost decade di Jepang. Namun, kali ini berbeda.
Harga real estate di seluruh negeri belum melonjak seperti pada akhir 1980-an. Jepang telah mengalami perubahan struktural pada 2023.
Perusahaan-perusahaan telah mencatat kinerja yang lebih baik, sebagian karena melemahnya yen sehingga membuat produk menjadi lebih kompetitif.
Nikkei juga melaporkan, korporasi membelanjakan lebih banyak pada 2023. Investasi modal oleh perusahaan-perusahaan Jepang mencapai rekor 31,6 triliun yen atau sekitar USD 221,03 miliar pada tahun fiskal 2023.
Laporan tersebut mengatakan, investasi ke Jepang yang merupakan dua pertiga dari keseluruhan investasi perusahaan Jepang akan alami persentase pertumbuhan dua digit untuk tahun kedua berturut-turut. Investasi luar negeri juga meningkat 22,6 persen, pertumbuhan dua digit selama tiga tahun berturut-turut.
Minat Investor Asing
Minat investor asing juga berperan mendorong kinerja indeks Nikkei yang lebih baik. Hal ini didukung oleh pandangan bullish investor sekaligus miliarder Warren Buffett terhadap saham di Jepang.
Investor asing telah menemukan peluang di Jepang berkat pelemahan yen dan potensi kenaikan yang lebih tinggi pada saham,
Head of Macroeconomic Pictet, Dong Chen menuturkan pada Juni, perusahaan-perusahaan global melakukan diversifikasi rantai pasokan dari China. Hal ini dapat menguntungkan Jepang terutama di sektor kelas atas yang lebih padat teknologi seperti semikonduktor.
"Semua hal ini mengarah ke arah yang benar, kami pikir ada alasan untuk bersikap lebih positif secara struktural terhadap Jepang dibandingkan sebelumnya,” ia menambahkan.
Advertisement