Liputan6.com, Jakarta - Penggalangan dana di pasar modal masih menjadi salah satu opsi menarik yang dipertimbangkan perusahaan untuk mencari pendanaan, selain dari bank.
Di pasar modal, penghimpunan dana dapat dilakukan melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering/IPO) dan saham perusahaan akan tercatat sebagai perusahaan terbuka setelahnya. Hingga paruh pertama tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah kedatangan 32 emiten baru dari target Bursa sebanyak 62 IPO hingga akhir tahun.
Baca Juga
Dengan sekitar 30 perusahaan berada di pipline IPO, Bursa optimistis target IPO tahun ini tercapai. Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memperkirakan IPO pada paruh kedua tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan paruh pertama 2024. Secara keseluruhan, IPO tahun ini memang relatif lebih lesu dibandingkan IPO beberapa tahun belakangan.
Advertisement
"Terlebih lagi dengan adanya seleksi ketat oleh BEI bisa jadi penghimpunan dana lewat IPO tidak begitu banyak dibandingkan tahun lalu," kata Khaer, begitu panggilan akrabnya, kepada Liputan6.com, Jumat (12/7/2024).
Menarik dicermati, pergerakan saham IPO belakangan rawan koreksi. Sehingga dari sisi investor, perlu melakukan penelaahan lebih lanjut jika mengincar cuan dari saham IPO.
Menurut Khaer, strategi saham IPO saat ini masih dengan memanfaatkan momentum pada saat saham tersebut listing di pasar.
"Meski begitu, patut dicermati bahwa volatilitas yang tinggi di saham ini membuat risk pada jenis saham ini terbilang sangat berisiko , terlebih lagi dengan track record kinerja bisnis yang masih minim membuat saham yang listing ini kurang begitu capable untuk di hold dalam jangka waktu yang cukup lama," imbuh Khaer.
Â
Penyebab IPO Merosot pada Semester I 2024
Sebelumnya, Bursa angkat suara mengenai aksi penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang cenderung sepi pada tahun ini. Merujuk data Ernst and Young (EY), Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menjelaskan jumlah IPO dan nilai fund raised IPO di dunia mengalami penurunan sebesar masing-masing 12% dan 16% (yoy) pada semester I 2024 dibandingkan semester I 2023.
Penurunan nilai dan jumlah IPO tersebut terjadi terutama pada wilayah Asia Pasifik atau negara-negara berkembang, di mana nilai fund raised IPO Asia-Pasifik turun sebesar 73% (yoy). Melemahnya sentimen pasar IPO tersebut dapat disebabkan oleh bauran dari beberapa faktor. Antara lain, kenaikan tingkat suku bunga. Hal ini menyebabkan turunnya likuiditas di pasar keuangan global.
"Lalu ada Wait and see periode pemilu, di mana lebih dari 60 negara memilih presiden baru pada tahun ini," ungkap Jeffrey dalam pemberitaan Lipuan6.com sebelumnya.
Bersamaan dengan itu, terjadi pelemahan ekonomi wilayah, termasuk China dan Hong Kong. Faktor lainnya yang menghambat penghimpunan dan ai pasar modal adalah risiko geopolitik yang mempengaruhi kenaikan volatilitas ekonomi dunia.
Advertisement
24 Calon Emiten Antre di Pipeline IPO BEI hingga 5 Juli 2024
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 5 Juli 2024, terdapat 27 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 4,05 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 24 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
“Hingga saat ini, terdapat 24 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (6/7/2024).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 6 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 0 Perusahaan dari sektor basic materials
• 2 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 8 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 1 Perusahaan dari sektor energy
• 2 Perusahaan dari sektor financials
• 3 Perusahaan dari sektor healthcare
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 2 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Â
Â
Pipeline Obligasi-Rights Issue
Saat ini, Bursa mencatat penerbitan 64 emisi dari 40 penerbit EBUS dengan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 63,4 triliun. Hingga 5 Juli 2024, terdapat 40 emisi dari 29 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline obligasi.
Lebih lanjut, berikut klasifikasi sektor penerbitan obligasi:
• 5 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 13 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 2 Perusahaan dari sektor industrials
• 4 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Rights Issue
Adapun untuk aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline. Adapun per 5 Juli 2024, telah terdapat 12 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 32,57 triliun.
Selanjutnya, 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 1 Perusahaan dari sektor basic materials
• 8 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor energy
• 5 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Â
Advertisement