Sukses

Rugi Wijaya Karya Bengkak hingga Rp 7,13 T pada 2023, Kereta Cepat Jadi Biang Kerok

Direktur Utama Wijaya Karya (WIKA) Agung Budi Waskito menuturkan, ada dua komponen yang sebabkan rugi, salah satunya kereta cepat.

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) membeberkan biang kerok yang menyebabkan perusahaan merugi pada 2023.

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito menyinggung proyek Kereta Cepat Whoosh menjadi salah satu penyebab perusahaan tekor.

Agung menjelaskan, sebelum infra-boom atau sebelum 2015 perseroan masih mengantongi aset Rp 15,9 triliun dengan rasio keuangan yang masih cukup baik. Saat itu, perseroan masih bergerak berdasarkan core bisnisnya di konstruksi dan belum banyak melakukan ekspansi.

Namun, saat infra-boom terjadi pada 2015-2019, perseroan mulai ekspansi di properti. Perseroan juga banyak penugasan pada proyek strategis nasional (PSN) termasuk kereta cepat Jakarta-Bandung. Hal itu membuat aset perseroan melonjak hingga mencapai Rp 62 triliun pada 2019. Lalu pandemi Covid-19 terjadi pada 2019-2022.

Di tengah lumpuhnya berbagai aktivitas kala itu, perseroan didesak untuk menyelesaikan semua proyek-proyek termasuk kereta cepat. Sehingga puncaknya pada 2023 perseroan mengalami guncangan finansial yang cukup dalam.

"Jadi ada dua komponen. Yang pertama adalah beban bunga yang cukup tinggi, kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat yang tiap tahun juga cukup besar " jelas Agung, dikutip Jumat (12/7/2024).

PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang menggenggam mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60%. WIKA menjadi salah satu pemegang saham PSBI dengan porsi kepemilikan 38% saham. Pada tahun buku 2023, rugi perseroan bengkak hingga Rp 7,13 triliun, meski pendapatan naik tipis. Rugi itu naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, di mana rugi perseroan mencapai Rp 59,6 miliar.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Aset Perseroan

Aset perseroan sampai dengan akhir 2023 turun menjadi Rp 65,98 triliun dari Rp 75,07 triliun pada 2022. Liabilitas pada 2023 turun menjadi Rp 56,41 triliun dari Rp 57,58 triliun pada 2022.

Sementara ekuitas pada 2023 turun signifikan tersisa Rp 9,57 triliun dari Rp 17,49 triliun pada 2022.

"2023 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi Perseroan di mana tahun tersebut, Perseroan melakukan restrukturisasi keuangan dan transformasi yang menjadi bagian dalam 8 metode stream penyehatan yang telah disetujui pemegang saham dengan tujuan untuk mempercepat pemulihan sekaligus memperkuat fundamental WIKA guna menjalankan bisnis secara berkelanjutan," imbuh Agung dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.

Sekalipun masih membukukan hasil usaha yang belum menggembirakan, namun upaya penyehatan yang berjalan beriringan dengan sejumlah langkah transformasi yaitu fokus terhadap arus kas, keunggulan eksekusi proyek dan penyeimbang portofolio yang didasarkan pada pendekatan organisasi lean, manajemen risiko dan digitalisasi mulai memberikan hasil progresif sesuai dengan inisiasi yang telah dijalankan oleh Perseroan.

 

3 dari 4 halaman

Wijaya Karya Catatkan Kontrak Baru Rp 8,86 Triliun

Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk memperoleh kontrak baru sebesar Rp 8,86 Triliun hingga Mei 2024. Kontribusi terbesar pada kontrak baru Wijaya Karya berasal dari segmen industri, disusul oleh segmen infrastruktur dan gedung, dilanjutkan oleh segmen properti, dan EPCC.

Dari sisi kepemilikan, sebagian besar proyek yang diraih oleh WIKA berasal dari Pemerintah dan BUMN, dengan skema pembayaran monthly progress. 

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito mengungkapkan perolehan kontrak baru tersebut sekaligus membuat posisi kontrak di tangan WIKA saat ini meningkat menjadi Rp 52,31 triliun dimana 97% memiliki pola pembayaran termin bulanan, dimana sesuai dengan stream penyehatan yang dijalankan Perseroan. 

“Implementasi ini membuahkan hasil dengan diterimanya arus kas masuk yang berasal dari aktivitas operasi sebesar Rp 7,66 Triliun sampai dengan bulan Mei 2024,” kata Agung dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (7/7/2024).

Agung menambahkan, perolehan kontrak baru ini termasuk diantaranya proyek Muara Wahau Road Diversion, Water Treatment Plant Batam, dan sejumlah kontrak baru lainnya baik dari induk maupun anak perusahaan. 

 

 

 

4 dari 4 halaman

WIKA Kembali Ditunjuk untuk Garap Rediversion Muara Wahau Road Diversion

WIKA kembali ditunjuk oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC) untuk mengerjakan Rediversion MWRD sepanjang 18,9 km, setelah sukses dalam pembangunan dan pemeliharaan proyek Muara Wahau Road Diversion (MWRD) pada 2023.

“Ini merupakan sinergi lanjutan antara KPC dan WIKA. Ini menunjukan KPC sebagai proyek owner tetap percaya dengan kualitas pekerjaan dan project delivery WIKA,” jelas Agung .

Pengerjaan Rediversion MWRD oleh KPC ditujukan untuk memindahkan jalur MWRD, yang semula dibangun sebagai jalan alternatif nasional di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, guna memperluas area operasi KPC. 

Dengan nilai kontrak yang diterima perusahaan senilai Rp 550 Miliar, WIKA akan mengerjakan pekerjaan tanah yang mencakup persiapan badan jalan, pengerasan jalan, penanganan tanah existing, serta konstruksi baja, dengan target rampung pada Desember 2025.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini