Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke posisi 7.328 pada 8-12 Juli 2024. Kenaikan IHSG didorong sektor saham properti dan real estate serta infrastruktur.
Masing-masing sektor saham itu berkontribusi 7,25 persen dan 4,13 persen terhadap indeks saham, demikian mengutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, ditulis Minggu (14/7/2024). Pada pekan ini, data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) mengejutkan pasar. Inflasi bulanan Amerika Serikat lebih rendah dari yang diharapkan.
Baca Juga
Inflasi AS turun menjadi 3 persen pada Juni 2024, level terendah sejak Juni 2023, dan dibandingkan Mei sebesar 3,3 persen. Inflasi tersebut juga di bawah prediksi 3,1 persen. Sementara itu, inflasi inti melambat menjadi 3,3 persen, yang merupakan level terendah sejak April 2021, dan 3,4 persen pada Mei.
Advertisement
"Pasar juga melihat pemulihan di Inggris seiring pertumbuhan ekonomi lebih kuat,” demikian seperti dikutip.
Ekonomi Inggris tumbuh 0,4 persen pada Mei 2024 dan kalahkan prediksi 0,2 persen. Sektor jasa tumbuh 0,3 persen, dan termasuk terbesar terhadap pertumbuhan. Di sisi lain, Jerman juga mencatat surplus neraca perdagangan naik menjadi 24,9 miliar euro pada Mei 2024 dari sebelum revisi pada April 2024 sebesar 22,2 miliar euro. Surplus tersebut juga lewati prediksi 21,1 miliar dan termasuk terbesar sejak Januari.
Sementara itu, inflasi China melambat 0,2 persen YoY, di bawah prediksi dan terlemah sejak Maret. Di sisi lain, Indonesia catat pertumbuhan penjualan ritel sekitar 2,1 persen YoY pada Mei 2024, menguat dari bulan sebelumnya 2,7 persen.
Pasar global tetap memperhatikan data ekonomi AS, data bulanan yang tidak terduga baru-baru ini seiring deflasi di AS membawa sentimen positif. Data inflasi bulanan yang mengejutkan di AS menunjukkan deflasi bulanan pertama sejak Mei 2020.
Inflasi AS
Hal itu didorong harga energi yang turun 2 persen, terutama harga bensin merosot 3,8 persen. Seiring data ekonomi itu, pelaku pasar telah mengubah harapan penurunan suku bunga pada 2024 dan sekitar 86 persen kemungkinan penurunan suku bunga pada awal September.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun menjadi 4,2 persen dibandingkan posisi puncaknya pada April sebesar 4,7 persen.
Pertanyaan yang tersisa adalah apakah tingkat inflasi bulanan dapat terus melampaui harapan dan menurunkan angka tahunan inflasi mendekati target the Fed 2 persen.
"Seperti yang sering diingatkan oleh ketua the Fed Jerome Powell, satu data saja tidak cukup untuk memberikan gambaran kepercayaan kepada the Fed, seperti rilis inflasi yang akan datang sebelum September tetap penting,” demikian seperti dikutip.
Ashmore menilai, pasar cenderung bereaksi berlebihan dalam waktu dekat dan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mungkin tetap berhati-hati dalam hal ini pada pertemuan FOMC ke depan pada akhir Juli. Hal ini mengingat pemangkasan suku bunga lebih awal dapat menciptakan biaya besar dari kredibilitas dan kembali menyalakan tekanan inflasi.
"Selain itu, the Fed mungkin ingin tetap netral mempertimbangkan pemilihan Presiden AS mendatang pada November, dengan asumsi kondisi pasar masih relatif stabil,”demikian seperti dikutip.
Secara keseluruhan, mengingat valuasi saham yang murah saat ini di Indonesia terutama untuk saham blue chip, Ashmore melihat ada potensi pertumbuhan signifikan.
"Kami masih bullish untuk obligasi bertenor panjang seiring berkurangnya penerbitan obligasi pemerintah dan skenario suku bunga tinggi sudah mencapai puncak. Diversifikasi adalah strategi utama untuk memitigasi risiko dan memastikan lebih aman dalam portofolio investasi,”
Advertisement
Kinerja IHSG pada 8-12 Juli 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada 8-12 Juli 2024. Analis menilai penguatan IHSG didorong sentimen rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan China serta the Federal Reserve (the Fed).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (13/7/2024), IHSG melambung 1,02 persen ke posisi 7.327,59 dari pekan lalu di posisi 7.253,37. Kapitalisasi pasar bursa menguat 0,37 persen menjadi Rp 12.478 triliun dari pekan lalu Rp 12.431 triliun.
Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian menguat 11,97 persen menjadi 17,41 miliar saham dari pekan lalu 15,55 miliar saham. Kenaikan tertinggi pekan ini terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan meningkat 15,29 persen menjadi 1,09 juta kali transaksi dari 947 ribu kali transaksi pada pekan lalu.
Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian merosot 1,78 persen menjadi Rp 10,46 triliun dari Rp 10,65 triliun pada penutupan pekan lalu. Investor asing mencatatkan aksi beli saham Rp 1,24 triliun pada Jumat, 12 Juli 2024. Selama sepekan, investor asing membeli saham Rp 1,55 triliun.
Sektor Saham
Pada pekan ini, mayoritas sektor saham menghijau kecuali sektor saham energy turun 1,49 persen, sektor saham basic materials merosot 0,53 persen. Sementara itu, sektor saham industri melonjak 3,32 persen, sektor saham konsumer nonsiklikal bertambah 2,03 persen dan sektor saham siklikal naik 1,26 persen.
Selanjutnya sektor saham perawatan kesehatan menguat 0,26 persen, sektor saham keuangan melesat 1,89 persen. Kemudian sektor saham properti dan real estate bertambah 7,25 persen, dan pimpin penguatan. Sektor saham teknologi naik 0,48 persen, sektor saham infrastruktur menanjak 4,13 persen dan sektor saham transportasi dan logistic menguat 2,84 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan ini IHSG bergerak menguat 1,02% dan masih disertai dengan adanya peningkatan volume pembelian.
"Selama sepekan ini, pergerakan IHSG dipengaruhi oleh rilis data inflasi China dan AS dan sikap dovish The Fed yang diperkirakan akan cenderung melunak untuk suku bunganya,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement