Sukses

Pefindo Ungkap Peringkat Sejumlah BUMN pada Kuartal II 2024, Bagaimana Emiten BUMN Karya?

Dari hasil peninjauan peringkat sejumlah BUMN pada kuartal II 2024 oleh Pefindo, ada BUMN catat kenaikan peringkat, dan ada yang masih tetap. Berikut ulasannya.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memaparkan hasil peninjauan peringkat sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada kuartal II 2024. Hal itu berdasarkan kinerja keuangan maupun kemampuan membayar utang masing-masing perseroan. Dari hasil peninjauan Pefindo, PT Hutama Karya yang mencatat rating tertinggi yaitu idAA-.

Kepala Divisi Pemeringkatan Non-Jasa Keuangan 2 Pefindo Yogie Surya Perdana mengatakan, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang sempat turun peringkat ke idSD (selective default) saat ini berada di idBBB-. Hal itu didukung pencapaian kesepakatan dengan kreditur mengenai restrukturisasi.

"Seiring dengan Wijaya Karya sudah berhasil mencapai kesepakatan dengan kreditur terkait restrukturisasi, maka peringkat surat utangnya dan juga peringkat korporasinya juga kembali kami naikkan,” ujar Yogie Surya Perdana seperti dikutip dari Antara, ditulis Jumat (19/7/2024).

Di sisi lain, peringkat PT Waskita Karya (Persero) (Waskita) betah berada di level idSD, PT Adhi Karya (Persero) Tbk di level idA-, serta PT PP Properti Tbk (PP) di level idA. Yogie menuturkan, dari semua BUMN Karya yang ditinjau oleh pihaknya, PT Hutama Karya (Persero) (HK) merupakan perseroan yang memiliki rating paling tinggi, yakni idAA-.

"Hal itu tidak terlepas dari kepemilikan 100 persen yang masih dimiliki oleh pemerintah dan peran HK sebagai salah satu kontraktor yang dipercaya untuk membangun Jalan Tol Trans-Sumatera," tutur Yogie.

Yogie mengatakan, sesuai arahan dari Kementerian BUMN, kini BUMN Karya kembali fokus pada core competence masing-masing, sehingga skema pembayaran menjadi lebih normal dan wajar. Ia menilai, upaya itu dapat menjadi katalis positif bagi industri konstruksi di Tanah Air.

 

2 dari 4 halaman

Klaster Kesehatan

Yogie menuturkan, klaster kesehatan menjadi kelompok BUMN lainnya yang juga berkinerja kurang baik, salah satunya karena kinerja keuangan PT Kimia Farma dan PT Indofarma yang merugi.

Pada kuartal I 2024, Kimia Farma mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp102,73 miliar. Sedangkan Indofarma alami rugi bersih Rp720,99 miliar pada 2023. Kinerja negatif tersebut membuat outlook PT Biofarma (Persero) sebagai holding BUMN kesehatan menjadi negatif, meskipun peringkatnya masih bertahan di level idAA.

"Atas kinerja keuangan kedua anak perusahaan Biofarma ini tentu dampaknya terhadap holding ya secara kacamata kredit ini negatif,” ujar dia.

Namun, Yogie menuturkan, tidak semua BUMN berkinerja kurang baik, salah satunya PT Angkasa Pura I yang naik peringkat dari idAA+ menjadi idAAA. Sementara itu, Perum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas) mendapatkan revisi outlook dari negatif menjadi stabil dengan peringkat tetap pada level idBBB-.

"Lalu, yang upgrade (naik peringkat) juga, itu ada PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA yang sebelumnya di idBBB+, ratingnya kami upgrade menjadi idA,” ujar dia.

3 dari 4 halaman

Bisnis Stabil, Garuda Indonesia Raih Peringkat IdBBB dari Pefindo

Sebelumnya, maskapai nasional Garuda Indonesia meraih peringkat IdBBB dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) atas kemampuan kinerja Perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang atas efek utang yang dikelolanya. Perolehan peringkat tersebut menunjukkan bahwa Garuda Indonesia memiliki outlook yang stabil serta kemampuan yang memadai untuk memenuhi komitmen jangka panjangnya.

Adapun pemeringkatan Pefindo atas Garuda Indonesia tersebut diberikan berdasarkan data dan informasi Perusahaan serta Laporan Keuangan Tidak Diaudit per 31 Maret 2024 serta Laporan Keuangan Audit per 31 Desember 2023.

Pemeringkatan tersebut dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-2/MBU/03/2023 tentang “Pedoman Tata Kelola dan Kegiatan Korporasi Signifikan BUMN,” yang mengharuskan BUMN untuk mengukur kesehatannya secara berkala melalui pemeringkatan atau rating.

Di antara aspek yang menjadi dasar pemeringkatan tersebut adalah Ikhtisar Keuangan dan Corporate Action Perusahaan. Selain itu, penilaian juga didasarkan pada aspek Industry Overview, yang turut mencakup upaya Perusahaan dalam memitigasi potensi risiko akibat fluktuasi harga bahan bakar ataupun kejadian tak terduga seperti pandemi dan serangan teroris.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan, perolehan rating tersebut menggambarkan upaya berkelanjutan Perusahaan dalam merealisasikan langkah-langkah penyehatan Perusahaan.

“Capaian ini menunjukkan bahwa Garuda Indonesia adalah emiten yang sehat, serta memiliki komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki outlook bisnisnya dan melaksanakan kewajibannya, dalam hal ini memenuhi janjinya kepada seluruh kreditur,” ujarnya.

“Sehat-tidaknya Garuda Indonesia tidak hanya akan berdampak terhadap kelangsungan bisnis Perusahaan namun juga akan turut menentukan kredibilitas Garuda di mata publik, khususnya para kreditur yang telah mendukung proses restrukturisasi Perusahaan,” tambah Irfan.

Ia menjelaskan, berdasarkan Pasal 81 Peraturan Menteri BUMN No. PER-2/MBU/03/2023, peringkat IdBBB yang berhasil diraih Garuda Indonesia turut menegaskan bahwa perusahaan yang dipimpinnya itu masuk dalam kategori emiten yang sehat.

 

4 dari 4 halaman

Berbagai Inisiatif Strategis

Sementara itu, berbagai inisiatif strategis yang dilaksanakan Garuda Indonesia pada Kuartal 1 tahun ini berhasil membukukan pendapatan usaha secara group sebesar US$711,98 juta, atau tumbuh sebesar 18,07% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.

Capaian tersebut turut didukung pertumbuhan pendapatan di berbagai lini, termasuk lini Penerbangan Berjadwal yang tumbuh sebesar 18,19% menjadi sebesar US$599,01 juta, Penerbangan Tidak Berjadwalyang tumbuh sebesar 53,57% menjadi sebesar USD 19,67 juta, dan Pendapatan Lainnya yang juga mencatatkan peningkatan sebesar 11,92% menjadi US$92,28 juta.

Adapun pada tahun 2023 lalu, fundamen kinerja Garuda Indonesia juga menunjukkan tren positif, selaras dengan komitmen Perusahaan dalam mengimplementasikan inisiatif-inisiatif yang menghasilkan sejumlah capaian krusial.

Selain berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$251,99 juta dan menyelesaikan pembayaran utang secara penuh kepada para ‘kreditur dengan nilai utang hingga Rp255 juta’ sesuai skema perjanjian perdamaian yang mendapatkan putusan homologasi, Garuda Indonesia juga berhasil mengoptimalkan strategi perbaikan ekuitas Perseroan yang memberikan dampak positif pada posisi ekuitas Perusahaan.

“Melalui berbagai inisiatif kinerja Perusahaan yang berkelanjutan, dengan landasan bisnis yang simple, profitable, dan full-service, serta outlook industri aviasi yang telah kembali ke situasi sebelum pandemi, kami meyakini bahwa upaya untuk membawa Perusahaan kembali sehat dapat berjalan on the track sesuai roadmap penyehatan kinerja yang terus kami perkuat,” ujar Irfan.