Sukses

Saham CrowdStrike Anjlok Setelah Gangguan IT Global

Saham CrowdStrike tersungkur usai memicu pemadaman teknologi informasi (IT) besar-besaran secara global menjelang akhir pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Saham perusahaan keamanan siber CrowdStrike anjlok pada Jumat, 19 Juli 2024 setelah pembaruan yang menyebabkan pemadaman teknologi informasi (TI) besar-besaran yang berdampak pada bisnis di seluruh dunia.

Mengutip CNBC, Sabtu (20/7/2024), saham CrowdStrike dibuka turun lebih dari 14 persen pada Jumat waktu setempat. Pada penutupan perdagangan, saham CrowdStrike anjlok 11 persen ke posisi USD 304,96.

Pada Jumat pagi, CEO CrowdStrike George Kurtz menuturkan, masalah itu disebabkan oleh kerusakan yang ditemukan dalam pembaruan konten tunggal untuk host windows.

"Ini bukan insiden keamanan atau serangan siber. Masalah ini telah diidentifikasi, diisolasi dan perbaikan telah dilakukan,” ujar Kurts.

Microsoft juga melaporkan masalah yang memengaruhi layanan cloud Azure dan rangkaian aplikasi Microsoft 365. Saham Microsoft pun ditutup merosot 0,74 persen.

Banyak situs web yang berbeda tidak berfungsi pada Jumat pagi, saat pesawat-pesawat dilarang terbang dan studio televisi menghentikan siarannya, di tengah pemadaman teknologi informasi atau information technology (TI) atau gangguan IT besar-besaran yang sedang berlangsung.

Sebelumnya pada Jumat, CrowdStrike mengalami pemadaman besar-besaran yang disebabkan masalah pembaruan yang memengaruhi produk Falcon sensor-nya yang dirancang untuk menghentikan pelanggaran dunia maya memakai teknologi cloud. CrowdStrike kini sedang dalam proses mengembalikan pembaruan secara global.

"CrowdStrike mengetahui laporan kerusakan pada host windows yang terkait dengan sensor Falcon,” ujar CrowdStrike kepada NBC News.

Pakar keamanan siber mengatakan, masalah pembaruan di CrowdStrike bertanggung jawab secara langsung memengaruhi sistem windows di seluruh dunia dengan laptop menampilkan layar yang eror dengan layar biru.

Hal ini terjadi setelah Microsoft sebelumnya mengatakan sebagian besar layanan cloud-nya telah dipulihkan setelah mengalami pemadaman yang memengaruhi aplikasi cloud-nya di Amerika Serikat. Tidak jelas apakah pemadaman ini terkait dengan pembaruan CrowdStrike.

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Saham Cyber Lainnya Melonjak

Pemadaman global ini menunjukkan bagaimana satu titik kegagalan dalam rantai pasokan siber dapat menyebabkan dampak besar secara global. Tekanan CrowdStrike menjadi keuntungan bagi saham cyber lainnya.

Sebelumnya CrowdStrike telah menjadi pemenang di antara saham-saham cyber dalam setahun terakhir, dengan saham CrowdStrike naik hampir 188 persen selama 12 bulan terakhir.

Beberapa analis telah mengajukan pertanyaan mengenai valuasi CrowdStrike yang tinggi. Kapitalisasi pasar perusahaan itu senilai USD 83,5 miliar pada penutupan perdagangan Kamis pekan ini.

Analis Redburn Atlantic Nina Marques menuturkan, pekan ini, perusahaan tersebut hadapi tantangan bersaing dengan perusahaan cyber lainnya di pasar perusahaan yang sangat besar.

"Meskipun kami tidak mempermasalahkan kualitas dan kinerja produk CrowdStrike, kami mengantisipasi tantangan perusahaan dalam menembus pasar perusahaan yang sangat besar untuk memaksimalkan peluang cross-sell untuk imbangi dampak deflasi,” ujar Marques.

Lembaga riset itu menurunkan peringkat saham CrowdStrike menjadi jual pada Kamis dan memangkas target harga saham menjadi USD 275 dari USD 380. Dengan demikian, ada pengurangan sebesar 28 persen.

Saat saham CrowdStrike anjlok pada Jumat, 19 Juli 2024, vendor keamanan siber lainnya juga diuntungkan. Hal ini seiring kemungkinan besar investor bertaruh kalau bisnis mungkin akan berpaling dari CrowdStrike dan berbondong-bondong ke perusahaan pesaing.

Saham Palo Alto naik 1,3 persen, saham Fortinet menguat 1,6 persen pada pra pembukaan perdagangan. Sementara itu, saham Zscaler dan Cloudfrale masing-masing naik sekitar 1 persen sebelum pra pembukaan perdagangan.

3 dari 4 halaman

Penerbangan, Bank, Stasiun Televisi hingga Pasar Saham Kolaps Gara-gara Gangguan IT CrowdStrike

Sebelumnya, layanan keuangan, stasiun televisi hingga penerbangan di seluruh dunia tengah kolaps, imbas insiden gangguan pada raksasa keamanan siber CrowdStrike. Perusahaan terkena masalah saat melakukan pembaruan perangkat lunak pada teknologi terbarunya.

CEO perusahaan George Kurtz memastikan jika perusahaannya secara aktif bekerja mengatasi layanan yang terkena dampak cacat yang ditemukan dalam satu pembaruan konten untuk host Windows. Sementara host Mac dan Linux tidak terpengaruh.

“Ini bukan insiden keamanan atau serangan siber. Masalahnya telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah dilakukan,” katanya di media sosial melansir CNBC, Jumat (19/7/2024).

Di sektor penerbangan, perjalanan udara sangat terpukul karena pesawat dilarang terbang dan pelayanan yang tertunda sehingga menyebabkan penumpukan penumpang di bandara.

Maskapai United Airlines memperkirakan gangguan jadwal penerbangan akan terus berlanjut sepanjang hari Jumat waktu setempat.

Layanan lain yang terganggu adalah sektor perbankan dan penyedia layanan kesehatan. Dua bank besar di Afrika Selatan, Capitec dan Absa, mengaku layanan pelanggan akan terganggu akibat gangguan teknis tersebut.

Stasiun televisi juga tidak bisa beroperasi. Di Inggris, Bursa Saham London ikut merasakan dampaknya. Secara garis besar dunia usaha di seluruh dunia bergulat dengan permasalahan IT yang terjadi. 

 Secara terpisah, layanan cloud Microsoft dipulihkan setelah adanya gangguan operasi, meskipun banyak pengguna terus melaporkan masalah tersebut. Imbas kejadian ini, harga saham CrowdStrike anjlok sekitar 10%.

 

4 dari 4 halaman

Minta Maaf

Kurtz meminta maaf kepada mereka yang terkena dampak. “Saya ingin memulai dengan mengatakan kami sangat menyesal atas dampak yang kami timbulkan terhadap pelanggan, wisatawan, siapa pun yang terkena dampak hal ini, termasuk perusahaan kami,” jelas dia.

Dia mengakui saat ini sistem sedang melakukan pembaruan, dan pembaruan tersebut memiliki bug perangkat lunak di dalamnya dan menyebabkan masalah dengan sistem operasi Microsoft.

"Dan kini kami bekerja sama dengan setiap pelanggan untuk memastikan bahwa kami dapat menghadirkan mereka kembali online,” tambah dia.

Kurtz menambahkan bahwa pembaruan tersebut merupakan hal yang normal dan merupakan bagian dari proses rutin perusahaan untuk mencegah risiko keamanan, namun ia mencatat bahwa penyelidikan akan diperlukan untuk melihat hal apa yang salah.

Konfirmasi ini muncul setelah meluasnya laporan masalah teknis, dengan banyak pengguna Microsoft di seluruh dunia menghadapi masalah “layar biru”.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.