Sukses

7 Fakta yang Wajib Tahu Supaya Kenal Pasar Modal hingga BEI

Berikut tujuh fakta terkait pasar modal Indonesia dan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Liputan6.com, Jakarta - Pada 10 Agustus 1977, pasar modal Indonesia kembali diaktifkan. Kini, pasar modal Indonesia kembali diaktifkan memasuki usia 47 tahun.

Usia tak lagi muda tetapi matang. Secara perlahan, pasar modal Indonesia terus berkembang. Ini juga dilihat dari jumlah investor pasar modal. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal Indonesia tercatat 13.078.620 hingga Juni 2024.

Selain itu, jumlah investor saham Indonesia telah mencapai 5,7 juta SID. Hingga 19 Juli 2024, jumlah emiten yang tercatat di BEI mencapai 934 perusahaan.

Mengutip Antara, ditulis Senin (5/8/2024), bila dibandingkan dengan bursa saham dengan sejumlah negara di Asia, pertumbuhan jumlah perusahaan tercatat di Indonesia, salah satu yang teraktif. Pasar modal Indonesia hanya kalah dari India.

Secara global, BEI berada pada peringkat ke-7 dari sisi jumlah Initial Public Offering (IPO) pada 2024 dan peringkat ke-1 di antara bursa ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) sejak 2018.

Seiring pasar modal Indonesia yang kembali diaktifkan memasuki usia 47 tahun, menarik untuk diketahui sejarah pasar modal Indonesia dan perkembangannya. Berikut ulasannya:

1.Sejarah Pasar Modal Indonesia

Bursa efek hadir di Indonesia sebelum Indonesia merdeka.Pemerintah Hindia Belanja membentuk bursa efek pertama di Batavia pada Desember 1912. Mengutip laman sikapiuangmu.ojk, pasar modal saat itu didirikan untuk kepentingan VOC.

Mengutip laman CIMBNiaga.co.id, pasar modal di Indonesia termasuk tertua keempat di Asia setelah Bombay, Hong Kong, dan Tokyo. Alasan pihak pemerintahan Belanda mendirikan bursa efek di Batavia karena pada awal abad ke-19, Perkebunan sedang dibangun besar-besaran. 

Seiring pembangunan, pemerintah Belanda membutuhkan modal, salah satu sumber dana dari tabungan orang Eropa dan Belanda yang memiliki penghasilan di atas rata-rata. Alasan itu pada 14 Desember 1912 didirikan Vereniging voor de Effectenhandel atau asosiasi perdagangan efek.

 

2 dari 6 halaman

Sejarah Pasar Modal: Dibayangi Perang Dunia

Namun, pasar modal Indonesia tidak berjalan seperti sesuai harapan. Seiring ada perang dunia I sehingga bursa efek di Batavia ditutup pada 1914-1918, demikian mengutip laman IDX.co.id.

Kemudian bursa efek di Jakarta kembali dibuka bersama dengan bursa efek di Semarang dan Surabaya pada 1925-1942. Selain itu, seiring isu politik karena perang dunia II bursa efek di Semarang dan Surabaya ditutup pada awal 1939.

Pada 1942-1952, bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama perang dunia II. Pasar modal Indonesia kembali hadapi tantangan. Pada 1956, program nasionalisasi perusahaan Belanda, dan bursa efek tidak makin aktif. Bahkan perdagangan di bursa efek vakum pada 1956-1977.

2. Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia

Setelah perjalanan panjang sejak 1912, bursa efek kembali diresmikan pada 10 Agustus 1977 oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankandi bawah Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam.

Pengaktifkan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan PT Semen Cibinong Tbk (SMCB) sebagai emiten pertama saat diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia.

Adapun Semen Cibinong didirikan pada 15 Juni 1971. Perseroan mencatatkan saham perdana pada 10 Agustus 1977 dengan nilai nominal Rp 500. Harga saham perdana Rp 10.000 dengan jumlah saham yang dilepas 178.750.

Sementara itu, perdagangan di bursa efek sangat lesu pada 1977-1987. Hal ini lantaran jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24 emiten. Di sisi lain, masyarakat juga belum berminat dengan instrument pasar modal dan lebih memilih instrumen perbankan.

1987-Desember 1988

Pada 1987 ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

Kemudian 2 Juni 1988 yakni Bursa Paralel Indonesia (BP) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Pada Desember 1988, pemerintah mengeluarkan paket Desember 88 (Pakdes 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

3 dari 6 halaman

3. Bursa Efek Surabaya Beroperasi

Pada 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BEI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan terbatas milik swasta yakni Bursa Efek Surabaya (BES).

Kemudian pada 1988-1990, paket deregulasi di perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta terbuka untuk asing dan aktivitas bursa terlihat meningkat.

Sistem perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) semakin berkembang. Pada 22 Mei 1995 diterapkan sistem otomasi perdagangan di BEJ dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

Pada 10 November 1995,pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Undang-Undang ini mulai berlaku Januari 1996.

4.Penerapan Remote Trading

Selanjutnya pada 21 Juli 2000, sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Pada 28 Maret 2002, bursa efek mulai aplikasikan sistem perdagangan jarak jauh atau remote trading.

Selanjutnya penyelesaian transaksi di bursa efek pun semakin pendek mulai 9 September 2002. Penyelesaian transaksi T+4 menjadi T+3.

4 dari 6 halaman

5.Penggabungan Bursa Efek Surabaya ke Bursa Efek Jakarta

Pada 30 November 2007 juga tercipta sejarah di pasar modal Indonesia. Hal ini seiring penggabungan BES ke BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengutip Antara, pada 8 September 2007, pada saat itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengatakan, penggabungan BES dan BEJ dilakukan dalam semangat ingin membangun kebersamaan dan kultur bursa yang jauh lebih optimistis.

"Hal ini juga seiring dengan momentum perekonomian kita yang semakin stabil dan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik yang mengharuskan dan mengharapkan adanya suatu pasar modal yang semakin dinamis," ujar dia.

Dia mengatakan, momentum merger BEJ dan BES untuk membentuk nama baru yaitu BEI ini tidak sekadar nama, tetapi suatu representasi bursa yang akan menampung dan mengembangkan seluruh perekonomian Indonesia. Sri Mulyani menuturkan, bagi perusahaannya sendiri, yaitu BEJ dan BES yang akan menjadi perusahaan baru, ini diharapkan menjadi kultur baru yang bisa mengakomodasi perkembangan ekonomi Indonesia yang masih beragam.

5 dari 6 halaman

6.Perkembangan BEI

Seiring dua bursa yang merger, pasar modal Indonesia makin berkembang dan menerapkan sejumlah sistem. BEI meluncurkan sistem perdagangan baru PT Bursa Efek Indonesia yakni JATS-NextG.

Kemudian pada 2012 diluncurkan prinsip syariah dan mekanisme perdagangan syariah. BEI juga memperbaharui jam perdagangan pada 2 Januari 2013. Untuk meningkatkan investor pasar modal, BEI meluncurkan kampanya Yuk Nabung Saham pada 12 November 2015.

Penyelesaian transaksi di bursa pun makin cepat seiring peluncuran penyelesaian transaksi T+2 atau T+2 settlement pada 26 November 2018. BEI juga menambah tampilan informasi notasi khusus pada kode perusahaan tercatat pada 27 Desember 2018.

Selanjutnya BEI juga meluncurkan papan akselerasi pada 7 Oktober 2019. Pada  10 Agustus 2020, BEI meluncurkan e-ipo. Kemudian pada 25 Januari 2021, BEI mengklasifikasikan industri baru atau IDX-IC.

Pada 6 Desember 2021, BEI pun menyesuaikan mekanisme pre-closing dan penutupan kode broker. Selanjutnya BEI kembali meluncurkan kampanye baru yakni kampanye aku investor saham pada 10 Agustus 2023. BEI pun meluncurkan bursa karbon pada 26 September 2023.

6 dari 6 halaman

7. Transaksi Harian Sentuh Rekor

Salah satu sejarah menarik di pasar modal Indonesia, terutama usai pandemi COVID-19, BEI mencatat rata-rata nilai transaksi harian yang pecah rekor pada Januari 2021.

Saat itu, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menuturkan, rata-rata transaksi harian saham mencapai Rp 21 triliun. Meningkat signifikan dibandingkan rata-rata transaksi harian di 2020 dan 2019, yang masing-masing hanya sebesar Rp 9,2 triliun dan Rp 9,1 triliun.

“2021 merupakan tahun yang penuh harapan, seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang lebih cepat dibandingkan lainnya. Aktivitas perdagangan di BEI pun meningkat dalam 3 bulan terakhir,” kata Inarno.