Liputan6.com, Jakarta Bos raksasa chip Nvidia, Jensen Huang melepaskan sejumlah besar kepemilikan saham dari portofolionya bulan lalu, dengan nilai yang fantastis.
Mengutip Business Insider, Sabtu (10/8/2024) pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa menunjukkan, Huang menjual saham perusahaannya senilai USD 322,7 juta atau sekitar Rp.5,1 triliun pada bulan Juli 2024
Baca Juga
Secara keseluruhan, Jensen Huang telah menjual hampir USD 500 juta (Rp.7,9 triliun) saham selama musim panas ini.
Advertisement
Penjualan tersebut merupakan bagian dari rencana perdagangan yang telah ditentukan sebelumnya yang diajukan Jensen Huang pada bulan Maret, dan transaksi tersebut dilakukan pada waktu yang tepat.
CEO Nvidia tersebut mendahului aksi jual yang lebih luas di sektor teknologi, yang mendapatkan momentum pada Kamis lalu setelah serangkaian data ekonomi yang lemah dan hilangnya pendapatan sektor teknologi.
Saham Nvidia, khususnya, telah berada di bawah tekanan bahkan sebelum terjadinya volatilitas pasar terbaru, karena investor mulai mempertanyakan dampak pengeluaran Kecerdasan Buatan yang besar terhadap pendapatan perusahaan.
Saham Nvidia telah menurun lagi 7% pada hari Senin (5/8), sehingga total penurunan selama sebulan terakhir menjadi sekitar 20%.
Penjualan Jensen Huang menambah penjualan besar-besaran di seluruh perusahaan, dengan orang dalam di perusahaan tersebut menjual saham senilai lebih dari USD 1 miliar (Rp.15,9 triliun)Â sepanjang tahun ini, menurut analisis Bloomberg.
Jensen Huang sebelumnya telah menjual saham Nvidia senilai USD 1,4 miliar (Rp.22,3 triliun) sejak tahun 2020. Dia bermaksud untuk terus menjual sahamnya hingga bulan Agustus mendatang, menurut pengajuan terpisah.
Saham Perusahaan Teknologi Pimpin Penguatan Pasar Global, Nvidia Jadi Bintang Utama
Meski pasar saham global dibayangi kebijakan bank sentral yang lamban, performa saham perusahaan teknologi ternama, salah satunya Nvidia dan Magnificent 7 kembali melonjak hingga menyentuh nilai pasar USD 3,6 triliun.
Indeks saham dunia MSCI yang terdiri dari 47 negara telah mencatat kenaikan sebesar 11% sejak Januari 2024. Namun mereka belum mendekati lompatan 30% yang dicapai perusahaan teknologi, atau keuntungan 150% dari perusahaan chip Nvidia.
“Tiga puluh persen keuntungan S&P tahun ini berasal dari Nvidia saja," kata kepala investasi IBOSS Asset Management Chris Metcalfe, dikutip dari US News, Sabtu (29/6/2024).
Ia pun menyoroti Nvidia yang kini memiliki saham termahal di pasar termahal di dunia.
Namun tak hanya pasar ekuitas yang telah menetapkan tonggak sejarah. Yen Jepang telah merosot ke level terendah dalam 38 tahun terhadap dolar Amerika Serikat di pasar mata uang.
Sementara risiko obligasi Prancis melonjak ke level tertinggi sejak krisis euro, setelah kekalahan Presiden Emmanuel Macron dari kelompok sayap kanan dalam pemilu Uni Eropa bulan ini, mendorongnya untuk mengadakan pemilu parlemen cepat pada hari Minggu.
"Pada akhir tahun lalu, pasar memperkirakan tujuh kali penurunan suku bunga (AS) dan sekarang mereka memperkirakan hanya satu atau dua kali penurunan suku bunga," kata Nadege Dufosse, kepala multi-aset di Candriam.
"Itu adalah faktor pendorong besar dan menjelaskan kinerja (buruknya)."
Advertisement