Sukses

Catat, Emiten Sektor Ini Tebar Dividen Paling Banyak

Hingga 9 Agustus 2024, sektor finansial dan bank menjadi sektor dengan distribusi dividen terbesar mencapai Rp 58,24 triliun

Liputan6.com, Jakarta PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat beberapa sektor yang paling banyak bagikan dividen. Hingga 9 Agustus 2024, sektor finansial dan bank menjadi sektor dengan distribusi dividen terbesar mencapai Rp 58,24 triliun.

"Angka ini nantinya akan terus bertambah karena angka sebelumnya adalah setahun penuh. Sementara yang 2024 baru setengah tahun lebih sedikit. Artinya financial sector akan membagikan angka yang lebih besar di akhir tahun," kata Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat dalam konferensi pers di Gedung Bursa, Senin (12/8/2024).

Optimisme itu merujuk pada distribusi dividen sektor ini pada 2023 yang tercatat sebesar Rp 50,57 triliun. Sektor selanjutnya yang didistribusikan dividen paling banyak adalah energi dan coal production senilai Rp 30,86 triliun.

Sebagai perbandingan, distribusi dividen sektor ini pada akhir 2023 tercatat sebesar Rp 56,2 triliun.

Sektor Lain

Sektor-sektor lainnya seperti industrial, multi sektor dan holdingnya di tahun 2023 sudah membagikan 7,83 triliun. Sementara setahun pada tahun 2023 sektor ini distribusinya Rp 11,79 triliun.

"Kemudian industrial integrated telecommunication services di tahun 2024 ini Rp 7,36 triliun. Tahun 2023 mereka membagikan Rp 6,88 triliun. Artinya tahun ini jauh lebih besar dibandingkan tahun 2023 karena saat ini baru setengah tahun," imbuh Samsul.

Terakhir, ada sektor industrial wireless dan telecommunication service sudah membagikan Rp 3,73 triliun sepanjang 2024. Adapun tahun lalu distribusi dividen dari sektor saham ini tercatat sebesar Rp 4,20 triliun.

 

2 dari 2 halaman

Rekomendasi Saham Pekan Ini 12-16 Agustus 2024

Perdagangan saham pada pekan ini diwarnai sejumlah data penting dari Amerika Serikat (AS) dan China. Pada periode perdagangan 12-16 Agustus 2024, sejumlah data ekonomi yang patut diperhatikan yakni PPI AS dan CPI AS. PPI AS mengukur perubahan harga yang diterima produsen, khususnya mengenai harga bahan baku.

"Jika harga bahan baku naik, bisa jadi perusahaan akan menaikkan harga produknya dan menyebabkan inflasi pada sisi konsumen naik. Data ini perlu diperhatikan karena data ini juga akan menjadi pertimbangan The Fed untuk menentukan kebijakan moneternya," kata Equity Analis Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, Senin (12/8/2024).

Selain dari sisi produsen, AS juga akan merilis data inflasi untuk bulan Juli dari sisi konsumen atau CPI. Data CPI AS dirilis pada Rabu (WIB) pekan ini. Dari sisi konsensus kita dapat melihat bahwa CPI diproyeksikan melambat ke 2,9% (yoy) dan untuk Core CPI juga diproyeksikan akan melambat ke 3,2% (yoy).

"Jika inflasi AS sesuai dengan konsensus, atau lebih kecil dari periode sebelumnya, hal ini dapat menjadi sentimen positif untuk pasar, dan semakin meningkatkan probabilitas untuk The Fed menurunkan suku bunganya sebesar 50 bps di bulan September 2024 nanti," jelas Imam.

Data China

Selain data dari AS, data dari China dan Indonesia perlu diperhatikan, seperti data tingkat pengangguran yang diproyeksikan oleh konsensus turun ke 5% dari sebelumnya di 5,1%.

Jika tingkat pengangguran lebih kecil dari periode sebelumnya atau lebih kecil dari konsensus maka dapat menjadi sentimen positif untuk pasar khususnya IHSG.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • Bursa Efek Indonesia atau BEI adalah salah satu tempat yang memperjualbelikan saham, obligasi, dan sebagainya di Indonesia.

    BEI

  • dividen

  • Bursa