Liputan6.com, Jakarta PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan KSO TIMAS - PPS melakukan penandatanganan Perjanjian Pengadaan Pipa Proyek Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun Pembangunan Pipa Transmisi Gas Bumi Cirebon-Semarang Tahap 2 (Ruas Batang–Cirebon–Kandang Haur Timur).
Seperti pada proyek Cirebon – Semarang (Cisem) Tahap 1, Pengadaan pipa untuk proyek Cisem Tahap 2 ini kembali diproduksi dan dikerjakan oleh Konsorsium Krakatau Steel melalui anak usahanya PT Krakatau Pipe Industries dengan spesifikasi pipa ERW/HSAW pipa 20 Inch x 9,53 mm WT, 3LPE Coating.
“Melalui anak usaha Krakatau Pipe Industries, lebih kurang 28.000 ton pipa baja Krakatau Steel kami suplai untuk kebutuhan proyek strategis ini,” jelas Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo.
Advertisement
Sebagai informasi, Pembangunan Proyek Cisem Tahap 2 sepanjang 245 km terbagi dalam tiga segmen yaitu dari Batang-Pemalang sepanjang 63 km, Pemalang-Cirebon sepanjang 108 km, dan dari Cirebon- Kandang Haur Timur sepanjang 74 km, selanjutnya secara parallel akan dilakukan pembangunan dari 3 ruas tersebut.
Lebih lanjut Purwono menjelaskan bahwa kerja sama ini dilakukan dengan skema multi years contract yang merupakan bagian dari rencana interkoneksi pipa transmisi antara jaringan pipa transmisi Sumatera, Jawa Bagian Barat dengan jaringan pipa transmisi Jawa Bagian Timur.
Rantai Suplai Pasokan Gas Bumi
Interkoneksi pipa ini memperkuat rantai suplai pasokan gas bumi dan dapat diakses masyarakat dengan harga terjangkau secara berkelanjutan, terutama untuk kebutuhan sektor industri eksisting di sepanjang jalur pipa dan kawasan-kawasan industri yang akan segera beroperasi di beberapa wilayah, antara lain Kawasan Industri Terpadu Batang dan Kawasan Ekonomi Khusus Kendal, serta kawasan industri lainnya yang sedang dalam proses perencanaan.
“Proyek strategis ini tentunya didukung sepenuhnya oleh Krakatau Steel Group dan kami berharap ke depan akan lebih banyak lagi potensi kerja sama PSN yang bisa digarap oleh pelaku industri baja nasional sebagai wujud keberpihakan pada kemajuan industri nasional,” ujar Purwono.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Infrastruktur Migas Laode Sulaeman sebagai perwakilan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendukung pernyataan dari Direktur Utama Krakatau Steel tersebut dan menegaskan bahwa pengerjaan proyek pipa transmisi gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 2 harus mengutamakan sumber daya dalam negeri secara optimal. Proyek ini pun ditargetkan dapat rampung pada Desember 2025.
Pendapatan Makin Amblas, Rugi Krakatau Steel Bengkak pada Kuartal I 2024
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengumumkan kinerja kuartal pertama tahun ini yang berakhir pada 31 Maret 2024. Pada periode tersebut, pendapatan perseroan mengalami penurunan signifikan.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/7/2024), perseroan membukukan pendapatan sebesar USD 231,79 juta atau sekitar Rp 3,79 triliun (kurs Rp 16.351,40 per USD).
Pendapatan itu turun 66,4 persen dibandingkan pendapatan pada kuartal I 2023 yang tercatat sebesar USD 689,83 juta. Beban pokok pendapatan pada kuartal I 2024 ikut turun menjadi USD 211,85 juta dari USD 637,39 juta pada kuartal I tahun lalu.
Alhasil, perseroan membukukan laba bruto USD 19,94 juta pada kuartal I 2024, dibanding Rp 52,44 juta pada kuartal I 2023. Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan beban penjualan sebesar USD 4,96 juta, beban umum dan administrasi USD 21,96 juta, serta pendapatan operasi lainnya sebesar USD 6,26 juta.
Dengan demikian, perseroan membukukan rugi operasi senilai USD 728 ribu. Padahal, pada kuartal I tahun lalu perseroan masih membukukan laba operasi senilai USD 21,86 juta.
Advertisement
Rugi Bersih
Pada kuartal I 2024, perseroan membukukan bagian rugi bersih dari entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar USD 16,12 juta, pendapatan keuangan USD 705 ribu, biaya keuangan USD 30,6 juta, dan laba selisih kurs USD 21,29 juta.
Setelah memperhitungkan beban pajak final, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 29,14 juta atau sekitar Rp 476,53 miliar. Rugi itu naik 59,50 persen dibandingkan rugi periode berjalan pada kuartal I 2023 yang tercatat sebesar USD 18,27 juta.
Aset perseroan hingga akhir Maret 2024 turun menjadi USD 2,79 miliar dari USD 2,85 miliar pada Desember 2023. Liabilitas turun dari USD 2,35 miliar pada Desember 2023 menjadi USD 2,33 miliar pada Maret 2024. Bersamaan dengan itu, ekuitas sampai dengan 30 Maret 2024 turun menjadi USD 459,74 juta dibanding USd 496,8 juta pada akhir tahun lalu.