Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada sesi I hari ini, Kamis 22 Agustus 2024. IHSG turun 0,57 persen ke posisi 7.511,292. Penurunan IHSG terjadi di tengah aksi demonstrasi 'Peringatan Darurat'.
Padahal, IHSG betah berlayar di zona hijau hingga beberapa kali catatan rekor all time high (ATH). IHSG pada Kamis (22/8) dibuka pada posisi 7.554, dan tetap bergerak di zona merah pada rentang 7.479,610 - 7.554,593.
Baca Juga
Merujuk data RTI, frekuensi perdagangan saham di Bursa pada sesi I tercatat sebanyak 623.538 kali. Volume saham yang ditransaksikan sebanyak 11,07 miliar lembar senilai Rp 31,85 triliun. Sebanyak 205 saham naik, 350 saham turun, dan sisinya 219 saham stagnan.
Advertisement
Pengamat Pasar Modal Desmond Wira memulai penurunan IHSG saat ini masih merupakan koreksi wajar. Desmond berpandangan, penurunan IHSG dipicu aksi ambil untung di tengah situasi politik di dalam negeri yang memanas.
"Pelaku pasar profit taking setelah ATH terus. Aksi demo menjadi pemicu profit taking. Tapi tidak masif," kata Desmond kepada Liputan6.com, Kamis (22/8/2024).
Meski begitu, Desmond mengatakan prospek IHSG mungkin akan konsolidasi dalam beberapa hari ke depan tapi masih dalam kecenderungan uptrend. Di sisi lain, baru-baru ini Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, sehingga asumsinya sentimen tersebut bisa menahan pelemahan pasar lebih lanjut.
"Bank Indonesia mempertahankan rate. Itu mestinya jadi penahan penurunan IHSG lebih lanjut," imbuh Desmond.
BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 6,25%. Bersamaan dengan itu, deposit facility dan lending facility juga dipertahankan masing-masing di level 5,5% dan 7%. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi konsensus.
Â
Sentimen Positif dari BI
Pihak BI menegaskan langkah ini sejalan dengan strategi penguatan stabilitas nilai tukar rupiah lebih lanjut pada 3Q24. Perry juga menyebut bahwa pihaknya tetap membuka peluang pemangkasan BI Rate pada kuartal IV 2024.
Investment Analyst Lead Stockbit, Edi Chandren menilai, penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS yang signifikan belakangan ini semakin memperlonggar ruang bagi Bank Indonesia untuk mulai memangkas suku bunga, meski tampaknya masih akan menunggu pemangkasan The Fed terlebih dahulu.
"Prospek pemangkasan suku bunga dan penguatan nilai tukar rupiah akan memberikan sentimen positif bagi sektor properti dan konsumer," kata dia dalam riset Stockbit Sekuritas.
Edi mencatat, beberapa saham properti dan konsumer pun telah menguat signifikan dalam 1 bulan terakhir, antara lain PWON naik 11,9%, SMRA naik 14,29%, ICBP naik 6,02%, dan INDF naik 9,05%.
Advertisement