Sukses

Kalbe Farma Siapkan Amunisi Hadapi Persaingan Bisnis Kesehatan, Apa Saja?

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menggelontorkan sejumlah belanja moda alias capital expenditure (capex) di tengah persaingan bisnis pada sektor kesehatan yang sangat kondusif.

Liputan6.com, Jakarta PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menggelontorkan sejumlah belanja modal alias capital expenditure (capex) di tengah persaingan bisnis pada sektor kesehatan yang sangat kondusif.

Direktur Kalbe Farma Kartika Setiabudy mengatakan, ada banyak kesempatan yang bisa dieksplor oleh berbagai perusahaan di sektor farmasi. KLBF disebutnya terus melakukan berbagai inisiatif, baik secara internal maupun melalui kemitraan strategis.

"Secara mandiri, kita melakukan berbagai investasi. Bisa dilihat juga dari spending untuk belanja modal (capex) kita, dimana kita mengalokasikan juga untuk beberapa produk-produk baru maupun penambahan kapasitas dari sisi farma," ujar Kartika dalam sesi public expose, dikutip Rabu (28/8/2024).

Kartika menyampaikan, ada beberapa penambahan lini produksi yang tengah dilakukan, termasuk untuk obat-obatan kanker yang terus berjalan. Lalu, juga melakukan investasi pada proyek Cyclotron atau radio farmasi, yang diklaim akan jadi fasilitas pertama di Indonesia.

"Kita akan bisa menghasilkan Cyclotron yang bisa digunakan oleh rumah sakit, dimana mereka akan memiliki PET machine untuk melakukan scan guna deteksi dini untuk penderita kanker," terang Kartika.

Selain itu, Kalbe juga melakukan berbagai kerja sama dengan sejumlah partner strategis. Kartika mengumumkan, pihaknya tahun ini telah mengumumkan adanya dua kolaborasi.

"Salah satunya di Thailand dengan salah satu distributor lokal di Thailand untuk mengembangkan atau melakukan penetrasi produk-produk specialty, khususnya onkologi milik Kalbe di Pasar Thailand," ungkapnya.

Kedua, KLBF juga melaksanakan kerja sama strategis dengan mitra bisnisnya dari China. Dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam produksi bahan baku obat, yang masih banyak impor.

"Memang saat ini Indonesia kebanyakan kita masih melakukan impor untuk bahan baku obat. Sudah ada beberapa inisiatif yang dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia untuk memproduksi bahan baku obat," imbuhnya.

2 dari 3 halaman

Tak Mau Terus Impor Alat Kesehatan, Kalbe Farma Sasar Industri Manufaktur

Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengintip peluang untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dari sisi manufaktur, khususnya alat kesehatan (alkes). Khususnya setelah adanya arahan dari pemerintah bagi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk mendongkrak tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

Direktur Kalbe Farma Kartika Setiabudy mengatakan, selama ini KLBF lebih banyak menjual dan mengiklankan alat kesehatan impor yang bukan produknya.

"Kita sudah merintis beberapa proyek di sektor alat kesehatan, bagaimana kita mau merubah yang selama ini kami banyak melakukan impor dan menjual atau melakukan marketing untuk produk-produk impor alat kesehatan, kita mau merubah kemampuan kita untuk lebih bergerak ke arah manufaktur dalam negeri," ujarnya dalam sesi public expose, Selasa (27/8/2024).Kartika menyampaikan, Kalbe memiliki beberapa proyek yang akan dikembangkan untuk alat kesehatan. Baik itu yang merupakan barang sekali pakai (consumable), atau produk-produk alat kesehatan yang bersifat medical equipment.

"Jadi misalnya untuk consumable, kita sudah punya pabrik untuk memproduksi benang bedah. Jadi sekarang kita sudah memproduksi dalam negeri untuk benang bedah, pabriknya sudah beroperasi," ungkap dia.

Selain itu, Kalbe Farma juga tengah merintis industri perakitan untuk beberapa alat kesehatan. Dengan tujuan, agar perusahaan pada akhirnya bisa melakukan manufaktur di dalam negeri.

"Jadi mungkin area-area ini akan sangat menarik bagi Kalbe untuk terus kami eksplor ke depannya. Namun tentunya kita tidak melupakan bahwa Kalbe punya bisnis yang lain, apakah itu di produk-produk konsumen kesehatan, dan juga produk nutrisi," kata Kartika.

"Yang kami percaya bahwa dalam jangka panjang, sejalan dengan meningkatnya daya beli, meningkatnya edukasi masyarakat, tingkat pemahaman tentang kesehatan, tentunya sektor-sektor ini akan sangat positif ke depannya," dia menambahkan.

Adapun jika melihat pertumbuhan Kalbe Farma di tahun ini dan ke depan, Kartika menilai sektor farmasi masih jadi fokus area perusahaan. Khususnya setelah pemerintah melalui Kementerian Kesehatan melakukan transformasi di sektor kesehatan.

"Jadi bagi Kalbe sebagai perusahaan di sektor kesehatan, tentunya sektor farma jadi salah satu growth driver kami, baik tahun ini maupun mungkin ke depan untuk jangka waktu medium atau long term," pungkas Kartika.

3 dari 3 halaman

Kalbe Farma Raih Laba Rp 1,8 Triliun pada Semester I 2024

Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membukukan kinerja keuangan positif pada semester I 2024. Ini ditunjukkan dari pertumbuhan penjualan dan laba.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (4/8/2024), PT Kalbe Farma Tbk meraih penjualan Rp 16,32 triliun pada semester I 2024. Penjualan itu naik 7,5 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,17 triliun.

Beban pokok penjualan naik 9,5 persen menjadi Rp 9,86 triliun hingga semester I 2024 dari periode semester I 2023 sebesar Rp 9 triliun. Meski demikian, Perseroan mencatat pertumbuhan laba bruto 4,7 persen pada semester I 2024 menjadi Rp 6,46 triliun. Pada periode semester I 2024, laba bruto Perseroan tercatat Rp 6,17 triliun.

PT Kalbe Farma Tbk meraup beban penjualan Rp 3,22 triliun hingga semester I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,2 triliun. Beban umum dan administrasi turun menjadi Rp 731,16 miliar pada semester I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 734,58 miliar. Beban penelitian dan pengembangan bertambah menjadi Rp 215,61 miliar pada semester I 2024 dari periode semester I 2023 sebesar Rp 207.07 miliar.

PT Kalbe Farma Tbk membukukan laba sebelum pajak penghasilan Rp 2,36 triliun, tumbuh 22,06 persen dari periode semester I 2023 sebesar Rp 1,93 triliun. Seiring kinerja tersebut, PT Kalbe Farma Tbk meraup laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 18,05 persen menjadi Rp 1,8 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,52 triliun.

Seiring kinerja itu, Perseroan mencatat laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 38,93 dari periode semester I 2023 sebesar Rp 32,87.

Total ekuitas Perseroan naik menjadi Rp 23,53 triliun pada 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 23,12 triliun. Total liabilitas bertambah menjadi Rp 5,02 triliun pada 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 3,93 triliun. Aset Perseroan naik menjadi Rp 28,56 triliun pada 30 Juni 2024 dari Rp 27,05 triliun pada Desember 2023. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 3,69 triliun pada semester I 2024.

Video Terkini