Sukses

Harga Minyak Dunia Ambruk, Hati-hati Jika Pegang Saham Ini

Penurunan harga minyak berpotensi memberikan sentimen negatif jangka pendek bagi emiten produsen migas dan penunjang migas.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah AS turun lebih dari 4% pada hari Selasa, mencatat penutupan terendah sejak Desember dan menghapus semua keuntungan untuk tahun ini. harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober dipatok USD 70,34 per barel, turun USD 3,21 atau 4,36%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS telah turun 1,8%.

Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak November dibanderol USD 73,75 per barel, turun USD 3,77 atau 4,86%. Sepanjang tahun ini, patokan harga minyak global tersebut telah turun 4,3%.

Investment Analyst Stockbit, Hendriko Gani menjelaskan, penurunan ini terjadi seiring potensi peningkatan produksi dari Libya setelah mengalami konflik domestik dalam beberapa pekan terakhir. Informasi saja, Libya merupakan salah satu eksportir minyak mentah dunia dengan produksi hingga 1,2 juta barel per hari.

Sementara itu, harga minyak juga mengalami tekanan seiring permintaan minyak yang masih rendah. Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur China, yang merupakan negara importir minyak terbesar di dunia, tercatat mengalami kontraksi ke level 49,4 pada Agustus 2024.

"Hasil tersebut menandai kontraksi aktivitas pabrik di China dalam 4 bulan beruntun, sekaligus menjadi level PMI manufaktur yang terendah dalam 6 bulan terakhir," terang Hendriko dalam risetnya, dikutip Rabu (4/9/2024).

Selain itu, AS juga mencatatkan aktivitas manufaktur yang lebih lemah dari ekspektasi pada Agustus 2024. PMI manufaktur AS untuk bulan Agustus tercatat sebesar 47,2, lebih rendah dari ekspektasi konsensus sebesar 47,9.

"Penurunan harga minyak berpotensi memberikan sentimen negatif jangka pendek bagi emiten produsen migas dan penunjang migas, seperti MEDC, ENRG, WINS, ELSA, dan LEAD," beber Hendriko.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Dunia Ambruk, Apa Penyebabnya?

Harga minyak mentah AS turun lebih dari 4% pada hari Selasa, mencatat penutupan terendah sejak Desember dan menghapus semua keuntungan untuk tahun ini.

“Campuran beracun dari kelebihan pasokan, penurunan permintaan, teknikal yang melemah, dan fundamental produk yang buruk bersekongkol untuk menghancurkan harga minyak mentah saat ini,” ungkap Bob Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho Securities, kepada klien pada hari Selasa.

Dikutip dari CNCB, Rabu (4/9/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober diipatok USD 70,34 per barel, turun USD 3,21 atau 4,36%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS telah turun 1,8%.

Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak November dibanderol USD 73,75 per barel, turun USD 3,77 atau 4,86%. Sepanjang tahun ini, patokan harga minyak global tersebut telah turun 4,3%.

Pemerintah Libya bagian timur di Benghazi telah memangkas produksi dalam perselisihan dengan pemerintah yang didukung PBB di Tripoli mengenai siapa yang akan mengepalai bank sentral.

Gubernur bank sentral Libya, Sadiq al-Kabir, mengatakan kepada Bloomberg bahwa ada indikasi kuat bahwa pemerintah yang bersaing di negara Afrika Utara itu hampir mencapai kesepakatan untuk mengakhiri pertikaian.

Harga minyak sudah tertekan karena OPEC+ bersiap meningkatkan produksi dalam beberapa minggu mendatang, dan aktivitas manufaktur di Tiongkok dan AS mengecewakan pasar.

Delegasi OPEC+ telah mengindikasikan bahwa kelompok tersebut masih berencana untuk meningkatkan produksi minyak pada bulan Oktober.

 

3 dari 3 halaman

Manufaktur China

Sementara itu, manufaktur di China turun ke level terendah dalam enam bulan pada bulan Agustus , menurut data yang dirilis selama akhir pekan. China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia.

Dan aktivitas manufaktur di AS lebih lambat dari yang diharapkan bulan lalu, menurut laporan dari Institute for Supply Management pada hari Selasa.

Namun, OPEC+ memperjelas pada bulan Juni bahwa mereka dapat membalikkan peningkatan produksi yang direncanakan berdasarkan kondisi pasar.

Kepala Strategi Komoditas Global RBC Capital Markets Helima Croft mengatakan, jalan terbaik bagi OPEC+ adalah menunggu hingga Desember mengingat melambatnya permintaan di Tiongkok.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini