Liputan6.com, Jakarta - Cushman & Wakefield Indonesia, perusahaan layanan real estat komersial global, menyebut pasar properti rumah tapak akan terus bertumbuh pada tahun ini. Adapun pada paruh pertama 2024, tingkat permintaan pasar terhadap properti rumah tapak terus meningkat. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi pengembang PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).Â
Dalam risetnya, Cushman & Wakefield Indonesia menyebutkan bahwa permintaan properti terutama rumah tapak dipimpin oleh segmen menengah yang mewakili sekitar 29,5 persen dari total permintaan. Setelah itu, diikuti oleh segmen atas dan menengah atas yang masing-masing menyumbang 25,8 persen dan 25,5 persen dari total unit yang terjual.
Baca Juga
Ternyata, Tangerang memimpin dengan rata-rata penyerapan perumahan tertinggi, yaitu rata-rata 15 unit per bulan. Lalu, disusul Bekasi sebanyak 14 unit per bulan.
Advertisement
Hal ini terbukti. Lippo Karawaci berhasil mencetak pra penjualan sebesar Rp 3,14 triliun, pada periode Januari - Juni 2024.
Pencapaian tersebut terutama bersumber dari berlanjutnya penjualan produk rumah tapak dengan harga terjangkau dari peluncuran sebelumnya, seperti Cendana Homes, XYZ Livin, dan Waterfront Uptown, serta peluncuran baru seri Zen di Park Serpong dan XQ Livin di Lippo Cikarang Cosmopolis.
Penjualan produk rumah tapak tersebut mendominasi keseluruhan pra penjualan pada Semester I/2024, yaitu sebesar 66%.
Pra penjualan LPKR pada semester pertama tahun ini yang sebesar Rp 3,14 triliun, setara dengan 58% dari target tahun 2024. Pencapaian ini juga mencerminkan peningkatan sebesar 27% jika dibandingkan dengan Semester I/2023.
"LPKR akan terus berinovasi dan memperluas penawaran produk untuk pemilik rumah pertama, dengan meluncurkan produk perumahan baru yang terjangkau di Park Serpong dan Lippo Cikarang Cosmopolis," terang Group CEO LPKR John Riady, dalam keterangan tertulis, Jumat (6/9/2024).
John juga menambahkan bahwa setelah mencapai 58% dari target pra penjualan di Semester I/2024, perusahaan optimis akan dapat mencapai target tahun ini, dengan mempertahankan momentum penjualan di paruh kedua tahun 2024.
Bos Lippo: Keberlanjutan Jadi Fondasi Ketangguhan Bisnis
Sebelumnya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berkeyakinan bahwa keberlanjutan adalah strategi yang sangat penting yang dapat menggerakkan penciptaan nilai dan pertumbuhan jangka panjang bagi organisasi.
Group CEO Lippo Karawaci John Riady menjelaskan, untuk itu, pada tahun lalu, di kawasan Lippo Village (LV), telah dimulai kegiatan operasional daur ulang air limbah, yang ditandai dengan peluncuran fasilitas daur ulang air limbah yang baru pada Februari 2023.
Fasilitas tersebut menggunakan proses ultrafiltrasi canggih untuk mengolah air limbah yang diproses oleh Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang sudah ada, mengubahnya menjadi air bersih yang sesuai standar.
Air daur ulang ini, meskipun tidak layak untuk diminum, berfungsi sebagai sumber daya yang berharga bagi pelanggan komersial. Mereka dapat memanfaatkannya sebagai sumber air alternatif untuk kegiatan seperti membilas toilet dan pengoperasian menara pendingin.
LV memiliki rencana untuk meningkatkan volume air yang diolah dari penampungan air hujan dan air limbah daur ulang. Saat ini, fasilitas daur ulang air limbah beroperasi dengan kapasitas 25 liter per detik (lps) pada tahap awal, dengan target mencapai kapasitas akhir 100 lps untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Dengan menggunakan kembali air limbah melalui proses daur ulang ini, LPKR telah menunjukkan komitmennya terhadap praktik pengelolaan air yang berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan.Â
Advertisement
Fondasi Ketangguhan
John Riady melanjutkan, di dalam kondisi ekonomi global yang terus dinamis akibat dari perubahan iklim dan ketidakpastian ekonomi di masa depan, aspek keberlanjutan menjadi fondasi ketangguhan bisnis.
"Di LPKR, diyakini bahwa keberlanjutan adalah strategi yang sangat penting yang dapat menggerakkan penciptaan nilai dan pertumbuhan jangka panjang bagi organisasi," kata dia.Â
Oleh karena itu, LPKR menekankan integrasi keberlanjutan dalam strategi bisnis utama, pekerjaan, dan manajemen risiko, guna memastikan agar Direksi dan tim Manajemen organisasi menerapkan pendekatan menyeluruh yang menyertakan berbagai aspek ESG dari bisnis, sekaligus memaksimalkan potensi dari peningkatan efisiensi dan peluang-peluang baru.
Â