Sukses

Gabung Indeks S&P 500, Saham Dell dan Palantir Melonjak 7%

Saham perusahaan yang ditambahkan ke indeks S&P 500 sering kali mengalami reli setelah pengumuman tersebut karena manajer dana secara teratur memperbarui portofolio.

Liputan6.com, Jakarta - Saham perusahaan perangkat lunak dan komputer asal Amerika Serikat, Dell dan Palantir melonjak sekitar 7% dalam perdagangan hari Jumat (6/9), setelah S&P Global mengumumkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut akan bergabung dengan indeks S&P 500.

Melansir CNBC International, Minggu (8/9/2024) hadirnya Palantir akan menggantikan American Airlines, dan Dell menggantikan Etsy.

Sebagai catatan, saham-saham perusahaan yang ditambahkan ke indeks S&P 500 sering kali mengalami reli setelah pengumuman tersebut karena manajer dana yang melacak indeks tersebut secara teratur memperbarui portofolio mereka untuk mencerminkan penambahan.

Bagi Dell, pengumuman tersebut menandai kembalinya ke indeks tolok ukur. Pembuat komputer dan server tersebut merupakan konstituen dari tahun 1996 hingga 2013, ketika pendirinya Michael Dell dan perusahaan ekuitas swasta Silver Lake menjadikan perusahaan tersebut sebagai perusahaan tertutup.

Dell kemudian kembali menjadi perusahaan publik pada 2018.

Super Micro Computer, yang bersaing dengan Dell dalam penjualan server untuk beban kerja Kecerdasan Buatan, bergabung dengan S&P 500 awal tahun ini setelah reli saham yang bersejarah yang telah mendorong kapitalisasi pasarnya melampaui USD 50 miliar. Nilainya sejak saat itu telah terpotong setengah.

Setelah beroperasi sebagai perusahaan rintisan yang didukung modal ventura selama lebih dari 15 tahun, Palantir melantai di Bursa Efek New York pada tahun 2020, dan pada kuartal keempat tahun 2022, perusahaan tersebut mulai membukukan laba.

Pada kuartal kedua, laba bersih Palantir mencapai USD 135,6 juta, naik dari USD 27,9 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Untuk bergabung dengan S&P 500, sebuah perusahaan harus melaporkan laba pada kuartal terakhirnya dan memiliki laba kumulatif selama empat kuartal terakhir.

2 dari 3 halaman

Wall Street Anjlok Parah, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Kinerja Terburuk

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau sering disebut dengan Wall Street mengalami tekanan yang sangat dalam pada penutupan perdagangan saham Jumat.

Indeks saham S&P 500 catat kinerja mingguan terburuk sejak 2023 sedangkan Nasdaq anjlok 2% dan juga mencetak kinerja mingguan terburuk sejak 2022.

Penurunan bursa saham AS ini karena investor menilai dampak dari laporan pekerjaan bulan Agustus 2024 yang sangat lemah. Selain itu, pelemahan Wall Street juga karena investor membuang saham-saham teknologi terkemuka.

Mengutip CNBC, Sabtu (7/9/2024), S&P 500 turun 1,73% dan ditutup pada level 5.408,42. Sementara Nasdaq Composite turun 2,55% dan ditutup pada level 16.690,83. Indeks yang sarat teknologi ini mengakhiri sesi dengan selisih lebih dari 10% dari rekor penutupannya.

Sedangkan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 410,34 poin atau 1,01% dan ditutup pada level 40.345,41.

"Ini adalah pergerakan yang sebagian besar didorong oleh sentimen kekhawatiran pertumbuhan," kata analis investasi John Hancock Investment Management, Emily Roland.

"Pasar berfluktuasi antara gagasan apakah berita buruk adalah berita buruk, atau apakah berita buruk adalah berita baik. Perasaan bahwa hal itu dapat menghidupkan kembali harapan bahwa Fed bergerak lebih agresif daripada yang diantisipasi pasar." tambah dia.

3 dari 3 halaman

Saham Teknologi

Saham teknologi dengan kapitalisasi besar anjlok karena investor membuang aset berisiko di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi AS.

saham Amazon turun 3,7% dan Alphabet merosot 4%. Sementara itu, saham Meta Platforms turun lebih dari 3%. Broadcom turun 10% karena panduan kuartal saat ini yang kurang bersemangat.

Nama-nama saham-saham semikonduktor lainnya juga ikut terseret dengan Nvidia dan Advanced Micro Devices masing-masing turun sekitar 4%.

VanEck Semiconductor ETF (SMH) turun 4% dan membukukan minggu terburuknya sejak Maret 2020.

Video Terkini