Sukses

BEI Luncurkan IDX-Infovesta Multi-Factor 28, Intip Konstituennya

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, indeks IDX-Infovesta Multi-Factor 28 memperkenalkan metode baru dalam pembobotan saham yang tidak hanya fokus pada kapitalisasi pasar.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Infovesta Utama meluncurkan indeks baru bertajuk IDX-Infovesta Multi-Factor 28. Indeks ini merupakan indeks saham multifaktor pertama di Indonesia yang terdiri dari 28 saham dengan pertumbuhan tinggi, valuasi wajar, dan volatilitas rendah.

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menjelaskan, indeks ini memperkenalkan metode baru dalam pembobotan saham yang tidak hanya fokus pada kapitalisasi pasar.

Namun, juga mempertimbangkan faktor volatilitas berdasarkan nilai beta, dan ukuran likuiditas yang dihitung berdasarkan nilai market cap free flow sebagai salah satu indikatornya. Peluncuran ini merujuk pada tren terhadap pertumbuhan produk investasi pasif meningkat dengan sangat cepat.

Berdasarkan data 2017, terdapat 23 produk dengan AUM sekitar Rp 5,9 triliun. Sementara data per Juli 2024, sudah ada 70 produk dengan pertumbuhan AUM menjadi 17 triliun.

Menurut Jeffrey, investor melihat produk investasi pasif lebih efisien, transparan dan biayanya lebih rendah dibandingkan dengan produk investasi aktif.

"Melihat perkembangan ini tentu bursa juga harus terus-menerus mengembangkan indeks yang bisa digunakan untuk para manajer investasi yang ujung-ujungnya kita harapkan memberikan keuntungan yang optimal kepada para investor," kata Jeffrey dalam edukasi wartawan pasar modal, Jumat (13/9/2024).

Menariknya, saham perbankan raksasa tanah air, seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI tidak masuk dalam indeks ini. Selain itu, sektor properti juga tidak ada dalam konstituen saat ini. Manager Research, Product, and Consulting Infovesta, Irfan Hilman menjelaskan, IDX-Infovesta Multi-Factor 28 merupakan indeks yang berbasis data atau data-driven. Sehingga pemilihan sahamnya tergantung pada beberapa skor, seperti skor pertumbuhan (growth), skor value, dan skor dari local activity.

"Kebetulan dari semua sektor, saham properti tidak ada yang masuk ke kategori yang memiliki skor tinggi. Mungkin karena sektor properti  mengalami penurunan imbas kondisi ekonomi yang kurang bagus. Jadi memiliki skor pertumbuhan yang kurang bagus, sehingga tidak terpilih ke dalam indeks kami," jelas Irfan.

 

2 dari 4 halaman

Proses Pemilihan Saham

Proses pemilihan saham untuk IDX-Infovesta Multi-Factor 28 memang melalui tahapan seleksi yang ketat. Di mana hanya saham-saham yang telah tercatat di BEI selama minimal lima tahun, memiliki nilai transaksi harian di atas Rp 500 juta selama enam bulan terakhir, dan memenuhi kriteria tertentu lainnya yang berkesempatan untuk menjadi bagian dari indeks.

Saham-saham terpilih kemudian dihitung menggunakan metode capped adjusted market capitalization weighted, dengan pembobotan tiap saham maksimal 15%, yang disesuaikan pada saat evaluasi berkala.

"Jadi menjawab kenapa 4 bank terbesar di Indonesia saat ini, BBCA, BMRI, BBRI, BBNI itu tidak masuk ke dalam indeks kami karena itu tadi, indeks saham ini adalah indeks yang data-driven. Jadi kalau skor mereka diganti-gantikan dengan saham-saham lain itu masih kalah, otomatis sahamnya tidak masuk ke dalam indeks kami gitu," kata Irfan.

Berikut daftar konstituen IDX-Infovesta Multi-Factor 28 per September 2024:

INDF - Indofood Sukses Makmur Tbk

MIKA - Mitra Keluarga Karyasehat Tbk

AMRT - Sumber Alfaria Trijaya Tbk.

ICBP - Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

MYOR - Mayora Indah Tbk

GGRM - Gudang Garam Tbk

ITMG - Indo Tambangraya Megah Tbk

AALI - Astra Agro Lestari Tbk

NISP - Bank OCBC NISP Tbk

ISAT - Indosat Tbk

TOWR - Sarana Menara Nusantara Tbk

DSNG - Dharma Satya Nusantara Tbk

UNTR - United Tractors Tbk

LSIP - PP London Sumatra Indonesia Tbk

ADRO - Adaro Energy Indonesia Tbk

TLKM - Telkom Indonesia (Persero) Tbk

SMSM - Selamat Sempurna Tbk

AKRA - AKR Corporindo Tbk

BDMN - Bank Danamon Indonesia Tbk

JSMR - Jasa Marga (Persero) Tbk

BNGA - Bank CIMB Niaga Tbk

PGAS - Perusahaan Gas Negara Tbk

ASII - Astra International Tbk

SRTG - Saratoga Investama Sedaya Tbk

PNLF - Panin Financial Tbk

EMTK - Elang Mahkota Teknologi Tbk

INKP - Indah Kiat Pulp & Paper Tbk

INCO - Vale Indonesia Tbk

3 dari 4 halaman

Saham BRIS dan BREN Masuk Indeks FTSE di Jajaran Emiten Kapitalisasi Besar

Sebelumnya, FTSE Russell mengumumkan perubahan susunan konstituen FTSE Global Equity Index termasuk Asia Pacific Ex Japan and China edisi September 2024. Pada daftar terbaru tersebut, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) masuk jajaran emiten kapitalisasi besar atau large cap.

Mengutip publikasi FTSE Global Equity Index Series, ditulis Sabtu (24/8/2024), saham BRIS masuk dari emiten jajaran kapitalisasi menengah menjadi besar, sedangkan saham BREN masuk ke emiten kapitalisasi besar.

Selain itu, FTSE juga mengeluarkan sejumlah emiten asal Indonesia dari jajaran kapitalisasi besar antara lain PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT GoTo Gojek Indonesia Tbk (GOTO), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

FTSE memasukkan emiten asal Indonesia tersebut ke emiten jajaran kapitalisasi menengah yakni CPIN, GOTO, KLBF dan UNTR. FTSE pun mengeluarkan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Smartfren Tbk (FREN).

Selanjutnya FTSE juga memasukkan sejumlah emiten ke jajaran emiten kapitalisasi kecil antara lain PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Bank jago Tbk (ARTO), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Selanjutnya ada sejumlah saham yang masuk emiten jajaran kapitalisasi mikro atau micro cap antara lain PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII),  PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), PT Cardig Aero Services Tbk (CASS), dan PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk (JTPE).

 

4 dari 4 halaman

Emiten Lainnya

Selanjutnya emiten yang masuk emiten kapitalisasi mikro yakni PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN), PT Surya Pertiwi Tbk (SPTO), PT Temas Tbk (TMAS), dan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL). Selain itu, ada 17 emiten yang keluar dari emiten jajaran kapitalisasi kecil.

Emiten itu antara lain PT Adira Finance Tbk (ADMF), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), PT China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR), PT Budi Starch and Sweetener Tbk (BUDI).

Selanjutnya saham PT Bundamedik Tbk (BMHS), PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT), PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD).

Kemudian saham PT Jaya Real Property Tbk (JRPT), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Mahkota Group Tbk (MGRO), PT Samator Indo Gas Tbk (AGII), PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA), dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).

Â