Liputan6.com, Jakarta - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi pasar saham terutama sektor retail akan diuntungkan dari potensi pemangkasan suku bunga oleh otoritas moneter pada kuartal terakhir tahun ini.
Head of Investment Information Mirae Asset, Martha Christina mengatakan prediksi itu dapat terealisasi ketika kebijakan pemangkasan suku bunga direalisasikan Bank Indonesia sebelum akhir tahun.
Baca Juga
“Penurunan suku bunga tersebut diperkirakan akan memperkuat daya beli masyarakat serta mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga,” kata Martha dalam siaran pers, dikutip Senin (16/9/2024).
Advertisement
Martha menjelaskan, konsumsi rumah tangga, yang merupakan pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, diproyeksikan akan menguat pada kuartal IV/2024. Pemangkasan suku bunga dan peningkatan kepercayaan konsumen akan mendorong masyarakat untuk lebih aktif melakukan pembelian barang dan jasa.
"Sektor ritel, khususnya segmen barang konsumsi, fashion, dan elektronik, diprediksi akan mendapatkan keuntungan signifikan dari tren ini,” ujar Martha.
Martha menuturkan melihat inflasi yang terkendali dan suku bunga yang lebih rendah akan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, dengan kredit konsumsi yang diproyeksikan meningkat dan berdampak langsung pada penguatan beberapa sektor, termasuk sektor ritel.
Adapun untuk sektor dan saham pilihan di pasar saham, Martha mengatakan sedang memperhatikan dua sektor yaitu perbankan (BMRI, BBCA, BBRI) dan sektor ritel dengan perhatian utama pada kinerja fundamental masing-masing perusahaan.
Dia mengatakan ketiga saham bank tersebut masuk ke dalam 10 saham pilihan yang masuk ke dalam top picks Mirae Asset, bersama dengan ASII, TLKM, ICBP, MYOR, MAPI, ACES, dan SIDO.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
BI Berpotensi Turunkan Suku Bunga, Angin Segar bagi Pasar Obligasi Indonesia
Bank Indonesia (BI) diperkirakan ikut melakukan penurunan suku bunga, mengikuti ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada September 2024. Sejak 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi yang sempat melonjak hingga 8%.
Namun, per Agustus 2024, inflasi AS telah menurun menjadi 2,9%, mendekati target 2% dari The Fed, sementara tingkat pengangguran AS meningkat dari 3,7% di Januari menjadi 4,2% di Agustus 2024 (FRED, 2024).
Menurut analisis dari PT Kredit Rating Indonesia, tren ini memberikan indikasi kuat pelonggaran moneter dari The Fed dapat diikuti oleh langkah serupa dari Bank Indonesia, yang akan berdampak positif bagi perekonomian dalam negeri.
"Potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed dapat memberikan Bank Indonesia ruang untuk menurunkan suku bunga acuannya. Hal ini akan berdampak positif pada biaya pendanaan domestik, yang pada akhirnya dapat merangsang konsumsi dan investasi di Indonesia," tulis Direktur PT Kredit Rating Indonesia dalam risetnya, dikutip Sabtu (14/9/2024).
Bank Indonesia selama ini mempertahankan suku bunga yang tinggi untuk melindungi nilai tukar rupiah dan menjaga stabilitas inflasi. Pada Juni 2024, nilai tukar rupiah melemah hingga Rp 16.849/USD, yang mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga ke angka 6.25 guna menahan laju depresiasi Rupiah.
Menurut PT Kredit Rating Indonesia, tingginya suku bunga domestik juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter ketat The Fed.
Ketika The Fed menaikkan suku bunga, investor cenderung memindahkan modal ke aset-aset AS yang lebih aman, yang menyebabkan aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini menekan nilai tukar rupiah dan meningkatkan biaya pendanaan di dalam negeri.
"Jika The Fed memotong suku bunganya, tekanan ini akan berkurang, memberikan kesempatan bagi Bank Indonesia untuk mengambil langkah serupa," kata Syaiful.
Advertisement
Ekonomi Indonesia
PT Kredit Rating Indonesia mencatat bahwa perekonomian Indonesia menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada paruh pertama 2024. Inflasi Indonesia turun menjadi 2,1% pada Agustus 2024, dari 3,05% pada Maret 2023 (Bank Indonesia, 2024).
Tingkat pengangguran juga mengalami perbaikan, turun menjadi 4,8% pada kuartal pertama 2024. Meski demikian, PT Kredit Rating Indonesia juga memperingatkan bahwa risiko eksternal seperti fluktuasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi di negara mitra dagang Indonesia harus terus diwaspadai dalam merumuskan kebijakan suku bunga.
Jika Bank Indonesia mengikuti langkah The Fed dengan menurunkan suku bunganya, dapat dicermati sentimen positif yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
"Penurunan suku bunga akan berdampak langsung pada biaya pendanaan yang lebih rendah, meningkatkan daya beli masyarakat, dan mendorong pertumbuhan investasi, terutama di sektor pasar utang yang telah menunjukkan peningkatan penerbitan obligasi pada paruh pertama 2024," ujar Syaiful.
Namun, PT Kredit Rating Indonesia juga mengingatkan bahwa penurunan suku bunga bisa memicu depresiasi lebih lanjut pada rupiah, yang dapat meningkatkan biaya impor dan menimbulkan kembali tekanan inflasi. Oleh karena itu, keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas makroekonomi harus menjadi perhatian utama dalam kebijakan suku bunga Bank Indonesia.