Sukses

Saham FedEX Anjlok 13% Imbas Permintaan Layanan Prioritas Loyo

FedEx mengungkapkan bahwa labanya tertekan karena permintaan yang menurun pada segmen pengiriman prioritas.

Liputan6.com, Jakarta - Saham perusahaan logistik ternama asal Amerika Serikat, FedEx anjlok 13% pada hari Jumat (20/9), setelah mencatat kinerja yang menurun pada kuartal pertama 2024. 

Sebagai informasi, FedEx, sebagai perusahaan pengiriman barang raksasa, sering dianggap sebagai barometer perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global. Akibatnya, pada hari Jumat, saham pesaingnya, UPS dan DHL, merosot.

FedEx sendiri tengah melakukan restrukturisasi yang rumit untuk memangkas biaya overhead miliaran dolar.

"Meskipun DRIVE dan inisiatif perubahan struktural lainnya telah berhasil, permintaan yang terus-menerus lesu terus membayangi manfaatnya," kata analis Raymond James, Patrick Brown, dikutip dari US News, Minggu (21/9/2024).

FedEx mengungkapkan bahwa labanya tertekan karena permintaan yang menurun untuk pengiriman prioritas yang menguntungkan antar bisnis, yang menyebabkan serangkaian pemotongan target harga dari analis Wall Street.

Suku bunga pinjaman yang tinggi dan lingkungan ekonomi makro yang menantang juga memaksa pelanggan untuk mencari peluang guna mengendalikan biaya.

"Kelemahan dalam ekonomi industri menekan volume B2B kami, khususnya di AS," ungkap CEO FedEX, Raj Subramaniam.

FedEx menurunkan batas atas pendapatan operasional yang disesuaikan setahun penuh menjadi antara USD 20 dan USD 21 per saham, dibandingkan dengan kisaran sebelumnya sebesar USD 20 hingga USD 22 per saham.

"Batas bawah kisaran EPS mencerminkan asumsi bahwa lingkungan penetapan harga terus menjadi sangat kompetitif dan ekonomi industri tetap tertantang," UNGKAP analis Baird, Garrett Holland dalam sebuah catatan.

FedEx juga memangkas perkiraan pendapatan fiskal 2025 mendatang, dan kini memperkirakan pendapatannya akan tumbuh dengan persentase satu digit lebih rendah, dibandingkan dengan pertumbuhan persentase satu digit rendah hingga menengah yang diperkirakan sebelumnya.

2 dari 2 halaman

The Fed Pangkas Suku Bunga, Sektor Saham Ini Patut Dicermati

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menjelaskan pemangkasan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI) membawa sentimen positif untuk pasar saham tanah air. 

"Ini membawa sentimen serta optimis pada market saham ke depannya, dimana pada periode pekan ini IHSG kembali mencatatkan harta tertinggi (ATH)," kata Miftahul kepada Liputan6.com, Jumat (20/9/2024). 

Miftah menjelaskan penurunan suku bunga secara general bisa berefek ke hampir semua sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, menurut Miftah sektor properti, financial masih menjadi salah satu sektor yang berpotensi memaksimalkan sentimen ini.

Miftah menuturkan, investor bisa melakukan akumulasi buy di saham saham yang ada sektor tersebut tentunya dengan catatan kinerja yang bertumbuh dan masih berada di range fair to under valuenya. 

"Investor juga bisa memanfaatkan trading buy pada saham seperti BBRI dan SMRA," jelasnya. 

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangan Jumat, 20 September 2024. IHSG koreksi setelah sentuh rekor tertinggi dan rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip data RTI, IHSG dibuka stagnan di posisi 7.905,39. Pada pukul 09.47 WIB, IHSG merosot 1,62 persen ke posisi 7.777.