Sukses

Meneropong Prospek Saham saat Suku Bunga Acuan Rendah

Sejumlah sentimen akan bayangi pasar saham Indonesia saat era suku bunga rendah telah dimulai.

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve dan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan menjadi momen penting pada pekan lalu.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Senin (23/9/2024), bursa saham AS atau wall street reli sehari setelah the Fed pangkas suku bunga acuan. Pasar saham Indonesia juga ikut reli dan mencapai titik tertinggi baru seiring pemangkasan suku bunga Bank Indonesia.

Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot pada Jumat, 20 September 2024 ke posisi 7.743. Hal ini seiring pengumuman FSTE keluarkan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dari indeks FTSE Russell seiring perhatian pada jumlah saham yang beredar di publik.

Seiring sentimen itu, hal yang menjadi perhatian apakah investasi dengan straregi value dan growth?

Ashmore menilai, saham tetap menarik di tengah level IHSG saat ini. Hal itu didorong sejumlah faktor. Pertama, siklus pemangkasan suku bunga yang telah dimulai. Kedua, potensi kebijakan pro-pertumbuhan oleh Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Ketiga, siklus pelonggaran simultan oleh bank sentral global.

“Karena faktor-faktor ini, kami memiliki alasan kuat untuk pertumbuhan saham dan obligasi Indonesia,” demikian seperti dikutip.

Selain itu, aliran dana investor asing mulai meningkat tetapi masih ada potensi aliran dana investor asing kembali masuk, berdasarkan siklus pemangkasan suku bunga sebelumnya.

"Secara historis kami juga cenderung melihat strategi dengan saham value mengungguli saham growth berdasarkan tujuh periode pemangkasan suku bunga di AS,” demikian seperti dikutip.

 

2 dari 4 halaman

Koreksi Saham

Selain itu,rata-rata strategi investasi value hasilkan total pengembalian sebesar 30 persen. "Kembali ke konteks Indonesia, perlu diingat kinerja saham-saham tertentu yang luar biasa telah terlihat setiap tahun dalam beberapa tahun terakhir, tetapi jika melihat kondisi terkini, sebagian besar telah jatuh di bawah 90 persen atau hampir 100 persen dari puncaknya atau telah disuspensi dari bursa karena melanggar ketentuan,” demikian seperti dikutip.

Adapun  koreksi IHSG hingga 2 persen pada Jumat pekan lalu juga tidak biasa seiring dikeluarkannya saham BREN dari indeks FTSE Russell. “Kita melihat tidak hanya BREN, tetapi juga saham-saham teraktif mengalami koreksi signifikan, sehingga indeks turun hingga 2,05 persen hanya dalam satu hari,"

Ashmore melihat IHSG melemah hingga 162,39 poin juga didorong dari saham-saham yang fluktuatif terutama bank sebesar. Sebagai penurunan terbesar, saham BREN telah memberikan kontribusi penurunan hingga 83,43 poin dan harga saham telah mencapai batas bawah perubahan harga harian atau auto reject bawah yang ditetapkan oleh bursa saham sebesar 20 persen untuk saham itu. Ashmore melihat, jika tidak termasuk saham-saham yang sangat fluktuatif, IHSG hari ini melemah 0,48 persen.

Seiring hal itu, Ashmore mengingatkan untuk melakukan uji tuntas yang tepat dan memahami mengenai hal dasar investasi. “Yang pada dasarnya menanyakan apakah suatu saham secara fundamental sehat dan dapat dibenarkan untuk investasi,” demikian seperti dikutip.

Ashmore melihat, pergerakan IHSG meski melemah tetapi IHSG relatif stabil dan berada di bawah puncaknya sekitar 17 persen. “Valuasi juga tetap murah secara historis, menambah katalis untuk saham Indonesia. Kami terus melihat potensi strategi investasi secara value seiring penurunan suku bunga,” demikian seperti dikutip dari riset Ashmore.

3 dari 4 halaman

Kinerja IHSG 17-20 September 2024

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan 17-20 September 2024. Sejumlah sentimen global dan domestik bayangi IHSG selama sepekan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (21/9/2024), IHSG melemah 0,88 persen menjadi 7.743 dari pekan lalu 7.812,13. Kapitalisasi pasar merosot 2,85% menjadi Rp13.007 triliun dari Rp13.390 triliun pada pekan lalu.

Sementara itu, mayoritas sektor saham menguat selama sepekan. Sektor saham energi naik 0,84 persen, sektor saham industri mendaki 1,11 persen, sektor saham consumer nonsiklikal bertambah 0,77 persen, sektor saham consumer siklikal menanjak 0,34 persen. Selain itu, sektor saham perawatan kesehatan melambung 3,59 persen, sektor saham keuangan mendaki 1,48 persen, sektor saham properti dan real estate melesat 2,45 persen dan sektor saham transportasi dan logistic menanjak 2,65 persen.

Sedangkan sektor saham basic materials susut 1,26 persen, sektor saham teknologi merosot 1,97 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 4,15 persen. Selama sepekan, investor asing beli saham Rp 4,71 triliun pada periode 17-20 September 2024.

 

4 dari 4 halaman

Kata Analis

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG melemah 0,88 persen disertai dengan munculnya volume penjualan. Sejumlah faktor pengaruhi IHSG pada pekan ini.

Herditya menuturkan, pertama, rilis data neraca dagang Indonesia yang bertumbuh dan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan jadi 6 persen. Kedua, bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) menjadi 5 persen. Ketiga, China mempertahankan suku bunga di 3,35 persen. Keempat, penguatan nilai tukar rupiah terhaadap dolar Amerika Serikat.

“Kelima, emiten BREN yang menjadi pemberat IHSG jelang akhir pekan yang dikarenakan pengumuman dari FTSE,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Herditya menambahkan, pada pekan depan, IHSG masih rawan koreksi dengan level support 7.543 dan level resistance 7.833.

Ia menuturkan, IHSG akan dibayangi sentimen dari rilis data makro ekonomi Amerika Serikat terkait pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan inflasi inti. “Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan pergerakan harga komoditas dunia akan berpengaruh bagi IHSG,” kata dia.