Sukses

Saham LVMH Merosot 20%, Kekayaan CEO Bernard Arnault Susut Rp 814 Triliun

Kekayaan CEO LVMH Bernard Arnault meski turun tetapi masih lebih kaya dibandingkan mantan CEO Microsoft Bill Gates.

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri dan CEO perusahaan barang mewah LVMH, Bernard Arnault turun peringkat dalam jajaran orang terkaya di dunia. Kini ia berada di posisi kelima dari daftar orang terkaya berdasarkan versi Fortune.

Mengutip Yahoo Finance, ditulis Rabu (25/9/2024), Bernard Arnault pernah menuturkan selama dirinya bukan orang terkaya di dunia, tidak akan benar-benar bahagia. Hari itu pun tiba.

Arnault turun peringkat berada di posisi kelima dari orang terkaya di dunia setelah harga saham LVMH merosot 20 persen. Hal itu mendorong kekayaan bersih Arnault turun USD 54 miliar atau sekitar Rp 815,43 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.100).

Arnault yang mengelola puluhan merek bergengsi termasuk Moet Hennessy, Louis Vuitton, Dior, Givenchy, dan Fendi diperkirakan memiliki kekayaan USD 231 miliar atau sekitar Rp 3.487 triliun pada akhir Maret, menurut Bloomberg Billionaires Index. Kekayaan Arnault itu menempatkannya di atas CEO Tesla Elon Musk, pendiri Amazon Jeff Bezos, dan CEO Meta Mark Zuckerberg.

Hingga Senin, 23 September 2024, kekayaan Arnault diprediksi mencapai USD 177 miliar atau sekitar Rp 2.672 triliun. Kini, peringkat Arnault lebih rendah dari masing-masing CEO perusahaan itu, ditambah salah satu pendiri Oracle Larry Ellison.

Tahun lalu, saham LVMH telah turun lebih dari 16 persen, dan kini diperdagangkan sekitar USD 132 per saham. Adapun Arnault memiliki sekitar 48 persen saham konglomerat itu. Sejak awal 2024, kekayaan bersih Arnault turun USD 30 miliar, dan menjadikannya orang paling merugi dalam daftar tahun ini.

LVMH tidak menanggapi permintaan komentar Fortune.

2 dari 4 halaman

Apa yang Terjadi di LVMH?

Selama semester I 2024, LVMH melaporkan penurunan pendapatan cukup besar, tetapi divisi anggur dan minuman keras alami nasib lebih buruk.

"Mungkin situasi global saat ini, baik geopolitik maupun ekonomi makro, tidak membuat orang-orang bersemangat dan membuka botol sampanye,” ujar Chief Financial Officer LVMH, Jean-Jacques Guiony.

Ia menambahkan, pihaknya belum mengetahui penyebab utama penurunan tetapi volume turun dua digit.

Namun, bukan hanya LVMH yang mengalami masa sulit di pasar saat ini. Merek-merek mewah besar lainnya dan perusahaan induknya telah melaporkan kerugian tahun ini. Pendapatan barang mewah stagnan selama kuartal II 2024, pertumbuhan paling lambat dalam 15 kuartal, menurut catatan Bank of America tentang barang-barang mewah. Permintaan memburuk selama Juli, Agustus, dan September melambat.

Michael Kors yang bernaung di bawah Capri Holdings mengalami penurunan pendapatan kuartal I lebih dari 14 persen year over year (YoY), berdasarkan kinerja kuartal pertama tahun fiskal Capri yang dipublikasikan pada 8 Agustus.

3 dari 4 halaman

Kekayaan Bersih Bernard Arnault

Arnault meski telah kehilangan sejumlah besar kekayaan pada 2024 akibat pasar barang mewah yang sedang berjuang. Kekayaan Arnault yang mencapai USD 177 miliar, masih lebih kaya ketimbang mantan CEO Microsoft Bill Gates dan Steve Ballmer, serta Warren Buffett, Michael Dell dan CEO Nvidia Jensen Huang.

Ditambah lagi, Arnault tetap aktif investasi tahun ini. Perusahannya telah investasi di lima perusahaan rintisan yang fokus pada artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan pada 2024 yang jumlahnya mencapai ratusan juta dolar AS. Ditambah pada Juli, ia ikut mengincar untuk akuisisi Hotel Bauer yang ikonik di Venesia seharga USD 305 juta, tetapi kalah dalam penawaran.

Arnault yang berusia 75 tahun belum siap meninggalkan jabatannya: Ia memaksa dewan direksinya untuk memperpanjang usia pensiun bagi ketua dan CEO dari 75 tahun menjadi 80 tahun sehingga ia dapat bertahan lebih lama.

Namun, ia menerima surat dari Warren Buffett yang berusia 93 tahun yang mengatakan, ia seharusnya menaikkan batas usia, menurut Bloomberg. Namun, Arnault mengatakan ia bekerja 12 jam sehari. "Setiap pagi saya bersenang-senang saat tiba di kantor," kata Arnault kepada Bloomberg.

4 dari 4 halaman

Salip Elon Musk, CEO LVMH Bernard Arnault Jadi Orang Terkaya di Dunia

Sebelumnya, miliarder dan CEO perusahaan barang mewah Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH), Bernard Arnault menjadi orang terkaya di dunia, dan menggeser CEO Tesla Elon Musk.

Dikutip dari Forbes, Sabtu (27/1/2024), CEO LVMH Bernard Arnault dan keluarganya mencatat kekayaan naik sekitar USD 22,9 miliar menjadi USD 207,8 miliar atau sekitar Rp 3.277 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.772) pada Jumat, 26 Januari 2024. Kekayaan Bernard Arnault menyalip Elon Musk yang mencatat kekayaan USD 204,7 miliar. Hal itu berdasarkan daftar Forbes real-time billionaires.

Pada perdagangan Kamis, 25 Januari 2024, saham Tesla merosot 12 persen hingga kapitalisasi pasar Tesla susut sekitar USD 80 miliar. Saat itu, Elon Musk kehilangan kekayaan lebih dari USD 18 miliar. Koreksi saham Tesla terjadi setelah Perseroan memperingatkan volume kendaraan akan melambat pada 2024.

Sementara itu, saham LVMH naik lebih dari 13 persen pada Jumat siang waktu setempat. Hal ini setelah Perseroan melaporkan penjualan yang kuat. Kapitalisasi pasar LVMH mencapai USD 388,8 miliar pada perdagangan Jumat pekan ini, dibandingkan kapitalisasi pasar Tesla sebesar USD 586,14 miliar.

Saham LVMH ditutup melonjak 12,81 persen ke posisi 773,10 euro pada Jumat, 26 Januari 2024. Dengan demikian, kapitalisasi pasar saham LVMH menjadi 366,87 miliar euro. Saham LVMH berada di level tertinggi 779,90 euro dan terendah 728,80 euro.

Dikutip dari India Times, kenaikan saham LVMH seiring laporan kuartalan Perseroan. LVMH mencatat kenaikan 10 persen untuk penjualan kuartal IV yang didorong kuatnya permintaan termasuk dari pembeli China untuk produk fesyen kelas atas selama periode perdagangan akhir tahun.

Hasil ini memberikan jaminan kepada investor akan ketahanan industri barang mewah dalam hadapi tantangan ekonomi dan melambatnya permintaan setelah belanja besar-besaran setelah pandemi COVID-19.