Sukses

Siklus Pemangkasan Suku Bunga, Bagaimana Langkah Bank Mandiri?

Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) secara bersamaan menurunkan suku bunga acuan. The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%.

Liputan6.com, Jakarta Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) secara bersamaan menurunkan suku bunga acuan. The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Pemangkasan ini lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penurunan 25 bps.

Sementara, BI mengambil keputusan serupa dengan menurunkan suku bunga acuan BI Rate dari 6,25% menjadi 6%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

Sejalan dengan kebijakan tersebut, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berencana melakukan penurunan suku bunga, baik untuk bunga kredit maupun bunga dana. Penurunan suku bunga utamanya akan diberlakukan pada pengajuan baru. Sementara bunga kredit dan bunga dana yang sudah dan atau sedang berjalan, menyesuaikan bunga yang berlaku secara fix.

"Transmisinya sebagian besar dari kredit kita reference rate, jadi sudah pasti turun. Reference plus margin, jadi sudah pasti turun untuk bunga kredit. Kalau bunga dana yang tergantung program yang baru. Kalau yang baru itu ya langsung (suku bunga terbaru), tapi yang sudah berjalan fixing itu (tidak berubah) karena ada kontrak," jelas Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi kepada wartawan, Senin (30/9/2024).

BI memperkirakan peluang bagi the Fed untuk menurunkan suku bunga sebesar 75 bps pada tahun 2024, lebih tinggi dari proyeksi bulan sebelumnya sebesar 50 bps.

Chief of Economist PT Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, Bank Indonesia juga menilai bahwa penurunan suku Bank Indonesia yang lebih cepat dibandingkan the Fed, didorong oleh kepastian terkait pemangkasan suku bunga di AS, penguatan Rupiah, inflasi yang rendah, serta kebutuhan untuk mendukung perekonomian, pembiayaan fiskal, dan sektor perbankan.

 

2 dari 2 halaman

Pertumbuhan Kredit

BI memperkirakan pertumbuhan kredit akan mencapai batas atas target 10-12% untuk tahun 2024, dengan kontribusi signifikan dari sektor tersier dan industri yang menciptakan lapangan kerja.

Belum ada indikasi dari BI untuk menurunkan GWM, tetapi Bank Indonesia mengungkapkan bahwa 'diskon GWM' sebesar 4% sejauh ini telah menambah likuiditas sebesar total Rp 256 triliun atau 3,4% dari dana pihak ketiga.

"Ini mengindikasikan GWM efektif sebesar 5,6% dibandingkan 9% dalam headline. BI memproyeksikan pertumbuhan PDB 5,1% untuk 2024 dan melihat potensi peningkatan ke arah 5,2% bahkan bisa lebih tinggi untuk 2025, didorong oleh belanja fiskal yang lebih agresif," tambah Rangga.