Liputan6.com, Jakarta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengumumkan perubahan kepemilikan saham perseroan oleh direksi. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi dilaporkan telah melakukan pembelian 150.000 lembar saham BMRI pada 25 September 2024. Harga transaksi yakni Rp 7.100 per saham atau total senilai Rp 1,06 miliar.
"Tujuan transaksi adalah untuk investasi dengan status kepemilikan langsung," ungkap Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (2/10/2024).
Baca Juga
Setelah transaksi, kepemilikan saham oleh Darmawan Junaidi bertambah menjadi 11.134.200 lembar atau setara 0,01193 persen. Sebelumnya, Darmawan tercatat memiliki 10.984.200 lembar saham BMRI atau setara 0,01177 persen.
Advertisement
Mengawali kuartal IV, BMRI berhasil kembali ke zona hijau dengan kenaikan 1,81 persen ke posisi 7.050. Frekuensi perdagangan saham BMRI hari ini tercatat sebanyak 10.257 kali. Merujuk data RTI, volume saham yang ditransaksikan yakni 82,69 juta lembar senilai Rp 581,69 miliar. Dalam sepekan, BMRI turun 5,05 persen, namun masih naik 16,53 persen YTD.
Sebelumnya, Darmawan memberikan kisi-kisi pembagian dividen tahun buku 2024. Mengenai besaran atau dividen payout ratio (DPR), Dermawan mengatakan kemungkinan masih sama dengan tahun buku sebelumnya. Sebagai gambaran, pada tahun buku 2023 Bank Mandiri membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2023 sebesar Rp 33,03 triliun. Pembagian dividen itu setara 60 persen dari laba bersih 2023. "Gak ada perubahan. Kinerja Mandiri bagus, jadi paling tidak sama dengan tahun lalu untuk rasionya. Secara capital memang kita cukup, sehingga DPR kita proyeksikan tidak akan turun," kata Dermawan kepada wartawan, Senin (30/9/2024).
Secara historis, selama lima tahun terakhir Bank Mandiri telah membagikan dividen dengan DPR sebesar 60 persen. Ke depan, Bank Mandiri akan terus mempertahankan konsistensi perusahaan agar terus dapat meningkatkan value kepada seluruh pemegang saham.
Berburu Saham Perbankan di Tengah Penurunan Suku Bunga
Saham perbankan menarik dicermati di tengah siklus penurunan suku bunga. Secara garis besar, pemangkasan suku bunga terutama BI rate adakan berdampak pada turunnya Cost of Fund bank sehingga berdampak positif terhadap profitabilitas bank.
Selain itu, penurunan suku bunga akan membuka ruang bagi bank menurunkan suku bunga kredit dan mengakselerasi pertumbuhan kredit.
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) secara bersamaan menurunkan suku bunga acuan. The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Pemangkasan ini lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penurunan 25 bps.
Sementara, BI mengambil keputusan serupa dengan menurunkan suku bunga acuan BI Rate dari 6,25% menjadi 6%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mencermati saham-saham buku IV menarik dicermati seperti saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
"BBRI memiliki fundamental kuat dan masih di valuasi di harga yang cukup fair," kata Khaer kepada Liputan6.com, Rabu (2/10/2024).
Selain itu saham second liner di sektor perbankan seperti Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) dinilai memiliki potensi turn arround performa dengan sentimen suku bunga.
"BTPS juga masih diperdagangkan dengan valuasi yang masih cenderung undervalue," imbuh Khaer.
Â
Advertisement
Rekomendasi
Lebih lanjut, Khar merekomendasikan trading buy pada saham BBRI dengan Tp 5.325. Sementara untuk BTPS, trading buy dengan Tp 1.330.
Perlu diketahui, asing beberapa waktu lalu melakukan aksi jual pada saham BBRI. Pengamat pasar modal Teguh Hidayat meyakini aksi jual asing ini hanya sementara. Ke depannya, Teguh memperkirakan investor asing akan kembali ke pasar RI, terutama jika suku bunga baik oleh The Fed maupun Bank Indonesia (BI) kembali turun.
Meski begitu, ada hikmah di balik aksi jual oleh asing, yakni valuasi saham BBRI menjadi atraktif lagi, sementara kinerjanya dinilai masih baik dan prospek cerah seiring penurunan suku bunga. Sehingga, meski asing ramai-ramai keluar dari RI, Teguh mengatakan mereka akan segera menyadari bahwa tidak semua saham big caps di BEI bermasalah.
Pada situasi ini, Teguh menegaskan harga beli maksimal yang disarankan untuk BBRI saat ini adalah PER 11–12 kali, setara Rp 4.700 - 5.100 per saham. "Jadi kalau kemarin-kemarin anda mau masuk tapi ketinggalan kereta, maka sekarang boleh siap-siap," ujar Teguh.
Â