Liputan6.com, Jakarta - Konflik di Timur Tengah semakin memanas setelah Iran menyerang Israel pada Selasa, 2 Oktober 2024. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Iran akan membayar mahal atas serangan misil yang dilancarkan terhadap Israel.
Semakin memanasnya konflik di Timur Tengah antara Israel dan iran, bagaimana dampaknya bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke depan?
Baca Juga
Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menjelaskan konflik di Timur Tengah bersifat klasik yang sudah ada jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.
Advertisement
"Ketika IHSG melemah kita akui memang ketika terjadi konflik di kawasan Timur Tengah dimulai dari serangkaian serangan rudal balistik oleh Iran ke Israel sekitar 200 rudal. Kalau serangan mereda, market akan kembali normal,” kata Nafan kepada Liputan6.com, Kamis (3/10/2024).
Sentimen Positif Masih Ada
Nafan menjelaskan selera risiko investor akan kembali meningkat yang membuat market kembali normal. Selain itu, masih banyak sentimen positif untuk pasar saham, salah satunya komitmen dari bank sentral dunia untuk menerapkan kebijakan pelonggaran moneter.
"Di bulan November akan ada penerapan penurunan suku bunga. Bulan ini seharusnya bank sentral Eropa akan menerapkan kebijakan pelonggaran moneternya. Bahkan Bank Indonesia (BI) semestinya terus menerapkan kebijakan pre-emptive maupun juga forward looking,” jelasnya.
IHSG Masih Berpotensi Bullish
Nafan menambahkan, pergerakan IHSG selama Oktober dalam 8 tahun terakhir secara keseluruhan bullish, sehingga masih ada harapan IHSG untuk mencatatkan kinerja positif dan ditutup menguat hingga akhir Oktober.
"Dengan catatan sentimen terkait penurunan suku bunga masih kuat di sisi lain tensi eskalasi konflik Iran Israel mereda. Biasanya kan kalau di Timur Tengah walaupun terjadi eskalasi, tetapi tidak sampai menjadi perang dunia ketiga karena masing-masing pihak masih menahan diri,” pungkasnya.
Pembukaan IHSG pada 3 Oktober 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada perdagangan Kamis (3/10/2024) usai alami koreksi tajam. Pergerakan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang menghijau.
Mengutip data RTI, IHSG dibuka stagnan di posisi 7.563,26. Pada pukul 09.12 WIB, IHSG naik tipis 0,12 persen ke posisi 7.572. Kemudian pada pukul 09.42 WIB, IHSG berbalik arah ke zona merah ke posisi 7.520. Indeks LQ45 menguat 0,20 persen ke posisi 940. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Pada awal sesi perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 7.581,33 dan level terendah 7.558,22. Sebanyak 256 saham menguat dan 143 saham melemah. 200 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 134.258 kali dengan volume perdagangan 2,1 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 1,1 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.350.
Mayoritas sektor saham menghijau pada perdagangan Kamis pagi ini. Sektor saham energi melemah 0,07 persen, sektor saham industri susut 0,41 persen, sektor saham consumer siklikal merosot 0,03 persen dan sektor saham kesehatan terpangkas 0,28 persen.
Sedangkan sektor saham basic naik 0,14 persen, sektor saham consumer nonsiklikal menguat 0,13 persen, sektor saham keuangan bertambah 0,05 persen. Kemudian sektor saham properti bertambah 0,55 persen, sektor saham teknologi naik 0,29 persen, sektor saham infrastruktur menanjak 0,53 persen dan sektor saham transportasi melesat 0,50 persen.
Advertisement
Investor Asing Lepas Saham Rp 662,49 Miliar, IHSG Tinggalkan 7.600
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam pada perdagangan Rabu, 2 Oktober 2024. Koreksi IHSG terjadi di tengah aksi jual saham oleh investor asing.
Mengutip data RTI, IHSG merosot 1,03 persen ke posisi 7.563,26. Indeks saham LQ45 terpangkas 1,54 persen ke posisi 938,69. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.642 dan level terendah 7.501,46. Sebanyak 453 saham melemah sehingga menekan IHSG. 163 saham menguat dan 186 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.505.438 kali dengan volume perdagangan 33,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 14,9 triliun. Pada Rabu pekan ini, investor asing jual saham Rp 662,49 miliar. Dengan demikian, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 49,48 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah tercatat 15.259.
Mayoritas sektor saham yang memerah juga mendorong IHSG melemah. Hanya sektor saham basic yang menguat 0,03 persen. Sektor saham transportasi dan logistik turun 1,95 persen, dan catat koreksi terbesar. Sementara itu, sektor saham energi tergelincir 0,30 persen, sektor saham industri susut 0,45 persen, dan sektor saham consumer nonsiklikal terpangkas 1,33 persen.
Di sisi lain, sektor saham consumer siklikal melemah 1,74 persen, sektor saham kesehatan turun 0,38 persen, sektor saham keuangan terpangkas 1,32 persen. Kemudian sektor saham properti terpangkas 1,49 persen, sektor saham teknologi melemah 1,39 persen, dan sektor saham infrastruktur susut 1,75 persen.
Prospek IHSG di Tengah Era Suku Bunga Rendah
Sebelumnya, The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga bunga acuan menjadi 4,75-5 persen atau 50 basis poin (bps). Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen.
Di tengah masuknya era suku bunga rendah, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengungkapkan Mandiri Sekuritas pada Agustus telah merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir 2024.
Adrian menjelaskan, target IHSG hingga akhir tahun mencapai level 7.800 untuk skenario dasar, sedangkan untuk skenario Bullish, Mandiri Sekuritas menargetkan IHSG mencapai level 8.000.
Sebelumnya Mandiri Sekuritas menargetkan IHSG mencapai level 7.460 pada akhir 2024 untuk skenario dasar dan 7.640 untuk skenario bullish.
“Skenario ini dipakai dengan harapan ekonomi Amerika masih soft landing. Ini masih ada kesempatan saham dari sisi valuasi masih untuk mendorong Indeks target kami hingga akhir tahun,” kata Adrian dalam acara Economic Outlook Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, Kamis (26/9/2024).
Adrian menambahkan, katalis besarnya adalah dengan melihat apakah kebijakan ke depan akan pro pertumbuhan atau tidak. Selain itu, dari sisi potensi portfolio serta inflow dan imbal hasil lebih menarik dengan adanya penurunan suku bunga global.
“Selain itu, dari sisi investor masih ada ruang bertumbuh baik untuk Investor saham investor asing dan domestik karena dari sisi valuasi saham di IHSG masih terdiskon,” jelasnya.
Adapun terkait peralihan ke pemerintahan baru, Adrian menyebut investor akan lebih melihat dari sisi kebijakan-kebijakan yang akan dibawa oleh pemerintahan baru seperti kebijakan fiskal dalam satu tahun pertama.
Advertisement