Sukses

Prajogo Pangestu Beli 26,61 Juta Saham BREN, Segini Nilainya

Prajogo Pangestu membeli 26.611.600 saham BREN dalam dua tahap pada awal Oktober 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Chairman Grup Barito Pacific Prajogo Pangestu menambah kepemilikan saham di PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Hal ini dilatarbelakangi oleh kepercayaan dan keyakinan pada perusahaan dan keinginan untuk terus mendukung Indonesia mencapai net zero emission.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (4/10/2024), Prajogo Pangestu membeli 26.611.600 saham BREN dalam dua tahap. Pada tahap pertama, Prajogo Pangestu membeli 16.712.500 saham atau 0,01249 persen dari jumlah seluruh saham yang telah dikeluarkan Perseroan pada 2 Oktober 2024. Harga rata-rata pembelian saham Rp 6.775 per saham, dengan demikian, nilai pembelian saham sebesar Rp 113,24 miliar.

Tahap kedua, tepatnya 3 Oktober 2024, ia membeli 9.899.100 lembar saham atau 0,00740 persen dari jumlah seluruh saham yang telah dikeluarkan Perseroan. Harga rata-rata pembelian saham Rp 6.845 per saham, sehingga nilai pembelian sahan Rp 67,75 miliar. Dengan demikian, total pembelian saham BREN senilai Rp 181 miliar.Adapun pembelian saham ini untuk investasi pribadi dengan status kepemilikan langsung.

"Prajogo menambah kepemilikan saham sebanyak 26.611.600 lembar yang dilakukan pada tanggal 2 dan 3 Oktober 2024.Prajogo senantiasa memberikan dukungan kepada perusahaan untuk melaksanakan ekspansi dan pengembangan usahanya,” ujar Direktur dan Corporate Secretary Barito Renewables Energy Merly, dalam keterbukaan informasi BEI.

Ia menambahkan, Barito Renewables memiliki komitmen kuat untuk terus menggarap sektor energi baru terbarukan.

"Oleh karena itu, kami tetap optimis atas kontribusi yang dapat dipersembahkan perusahaan untuk Indonesia,” ujar Merly.

Baru-baru ini, anak usaha Barito Renewables, Star Energy Geothermal mengumumkan rencana peningkatan kapasitas 102,6 MW pada International Geothermal Conference and Exhibition 2024 (IIGCE).

Inisiatif strategis ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Star Energy Geothermal melalui proyek retrofitting dan penambahan kapasitas baru dalam upaya mendukung Indonesia melakukan target transisi energi.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 3 Oktober 2024, harga saham BREN turun 1,79 persen ke posisi Rp 6.850 per saham. Total frekuensi perdagangan saham BREN 21.896 kali dengan transaksi perdagangan Rp 298,78 miliar. Total volume perdagangan 43,58 juta saham.

2 dari 4 halaman

Kinerja 2023

Sebelumnya, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Barito Renewables Energy berhasil membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun buku 2023 sebesar USD 107,42 juta atau sekitar Rp 1,69 triliun (kurs Rp 15.712, per USD). Laba ini naik 17,88 persen dari laba tahun buku 2022 yang tercatat sebesar USD 91,13 juta

Raihan laba BREN itu sejalan dengan pendapatan yang juga tumbuh positif. Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (19/3/2024), perseroan membukukan pendapatan USD 594,94 juta pada 2023. Pendapatan itu naik 4,42 persen dari pendapatan pada 2022 yang tercatat sebesar USD 569,78 juta.

Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban depresiasi dan amortisasi sebesar USD 73,96 juta, beban kompensasi dan tunjangan karyawan USD 40,18 juta, serta beban konsultan dan teknisi USD 19,88 juta.

Bersamaan dengan itu, tunjangan produksi kepada Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) tercatat sebesar USD 18,23 juta, beban keuangan USD 136,49 juta, kerugian kurs mata uang asing USD 2,86 juta, pendapatan bunga USD 11,4 juta, dan pendapatan lain-lain USD 23,32 juta.

Aset perseroan sampai dengan akhir Desember 2023 naik menjadi USD 3,51 miliar dari USD 3,39 miliar pada 2022. Liabilitas pada 2023 turun menjadi USD 2,86 miliar dari USD 2,96 miliar pada 2022. Sementara ekuitas sampai dengan akhir Desember 2023 naik menjadi USD 650,34 juta dari USD 435 juta pada 2022. 

 

3 dari 4 halaman

Geger Saham BREN Tak Penuhi Free Float hingga Terdepak dari FTSE, BEI Godok Aturan Baru

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana melakukan perubahan aturan mengenai saham beredar atau free float. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, inisiatif ini berkaca pada ketentuan free float yang membuat saham BREN dikeluarkan dari indeks FTSE.

Penghapusan saham BREN pada indeks FTSE disebutkan lantaran empat pemegang saham mengendalikan 97 persen dari total saham yang diterbitkan oleh Barito Renewables Energy. Hal ini tidak memenuhi ketentuan mengenai free float restrictions yang berkaitan dengan konsentrasi pemegang saham utama (high shareholder concentration).

"Berkaitan dengan ketentuan free float, saat ini kami juga sedang melakukan kajian dan pendalaman untuk usulan penyesuaian, khususnya mengenai ketentuan free float saat pencatatan perdana," kata Nyoman kepada wartawan, Selasa (24/9/2024).

Salah satu hal yang dipertimbangkan Bursa adalah terkait kriteria kepemilikan saham yang diperhitungkan sebagai free float saat pencatatan perdana. Di mana Bursa ingin memfokuskan pada jumlah saham yang ditawarkan kepada publik.

"Hal itu akan kami tuangkan dalam rancangan perubahan peraturan dan akan kami mintakan pertimbangan kepada publik," imbuh Nyoman.

 

4 dari 4 halaman

Kata BEI Soal Saham BREN Keluar dari FTSE

Mengenai penghapusan BREN dari indeks FTSE, Bursa enggan berkomentar lebih. Nyoman mengatakan, ketentuan untuk dapat masuk ke dalam indeks FTSE Russell equity indices diatur oleh FTSE Russell.

Sehingga keputusan tersebut merupakan wewenang dari pihak FTSE Russell untuk menentukan saham mana yang dapat masuk ke dalam indeks tersebut sesuai dengan ketentuan yang dimiliki.

"Bursa Efek Indonesia (BEI) senantiasa melakukan evaluasi dan pengembangan atas peraturan Bursa agar tetap relevan terhadap kondisi terkini dalam dinamika pasar modal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan investor, peningkatan kualitas perusahaan tercatat dan daya tarik serta best practices di antara bursa global lainnya," pungkas Nyoman.