Sukses

Terdampak Konflik Timur Tengah, Saham Komoditas Harus Didekap atau Justru Lepas?

IHSG melemah ketika terjadi konflik di kawasan Timur Tengah dimulai dari serangkaian serangan rudal balistik oleh Iran ke Israel sekitar 200 rudal. Apakah pelemahan ini dipicu saham-saham komoditas?

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan rudal Iran menghujani langit Israel pada Selasa malam. Israel pun berjanji tidak akan tinggal diam. Mereka akan melakukan pembalasan yang lebih besar. Saat ini, Timur Tengah dalam kondisi mencekan dan berpotensi akan terjadi perang besar.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menjelaskan saham-saham komoditas akan lebih terdampak dari memanasnya konflik Timur Tengah.

“Ini karena tensi geopolitik yang tinggi akan membuat komoditas global akan semakin volatil, ANTM yang bergerak di sektor mineral logam terdampak cukup positif oleh sentimen ini, dampak dari kenaikan harga emas global,” kata Miftahul kepada Liputan.com, Jumat (4/10/2024). 

Miftah menambahkan, tensi geopolitik secara keseluruhan tetap akan mempengaruhi gerak pasar saham, tetapi dampak secara langsung cenderung minor. Hal ini didorong karena masih banyaknya sentimen positif untuk market.

Di sisi lain, Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menjelaskan konflik di Timur Tengah bersifat klasik yang sudah ada jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. 

“Ketika IHSG melemah kita akui memang ketika terjadi konflik di kawasan Timur Tengah dimulai dari serangkaian serangan rudal balistik oleh Iran ke Israel sekitar 200 rudal. Kalau serangan mereda, market akan kembali normal,” kata Nafan kepada Liputan6.com.

Nafan menambahkan, pergerakan IHSG selama Oktober dalam 8 tahun terakhir secara keseluruhan bullish, sehingga masih ada harapan IHSG untuk mencatatkan kinerja positif dan ditutup menguat hingga akhir Oktober.

“Dengan catatan sentimen terkait penurunan suku bunga masih kuat di sisi lain tensi eskalasi konflik Iran Israel mereda. Biasanya kan kalau di Timur Tengah walaupun terjadi eskalasi, tetapi tidak sampai menjadi perang dunia ketiga karena masing-masing pihak masih menahan diri,” pungkasnya. 

2 dari 4 halaman

Iran Serang Israel dengan Ratusan Rudal, Perang Besar di Depan Mata?

Selasa malam, ratusan rudal Iran menghujani langit Israel. Rekaman yang disiarkan TV Israel, seperti dilaporkan BBC, memperlihatkan sejumlah rudal terbang di atas wilayah Tel Aviv sesaat sebelum pukul 19.45 waktu setempat.

"Banyak orang berada di ruang terbuka saat ini. Sebagian memutuskan mencoba melanjutkan perjalanan, sementara yang lain mencoba bersembunyi di pinggir jalan dan berlindung, entah itu di bawah jembatan atau tempat pemberhentian," tutur koresponden Sky News Alistair Bunkall yang melaporkan dari Tel Aviv saat serangan terjadi.

Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Jakarta dalam pesan tertulisnya yang diterima Liputan6.com, Rabu (2/10) menjelaskan bahwa serangan pada Selasa malam diluncurkan dalam rangka menggunakan hak wajar Iran untuk membela diri sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB dan sebagai respons terhadap pelanggaran kedaulatan dan integritas wilayah Iran serta tewasnya pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan penasihat militer senior Iran Abbas Nilforoshan di Beirut pada 27 September.

Pasal 51 Piagam PBB memuat soal hak asasi pembelaan diri individu atau kolektif jika terjadi serangan bersenjata.

Iran menggarisbawahi target serangan rudalnya adalah fasilitas militer dan keamanan Israel.

"Penggunaan hak pembelaan diri oleh Republik Islam Iran, setelah menahan diri dalam waktu yang lama, menunjukkan pendekatan bertanggung jawab Iran terhadap perdamaian dan keamanan regional dan internasional pada saat tindakan ilegal dan genosida oleh rezim apartheid pendudukan zionis terhadap rakyat Palestina dan agresi militer rezim ini terhadap Lebanon dan Suriah masih berlanjut," sebut Kedubes Iran.

"Berlawanan dengan rezim zionis yang selalu menganggap warga sipil yang tidak bersalah dan infrastruktur sipil sebagai target yang sah untuk penyerangan dan pembunuhan, Republik Islam Iran berdasarkan prinsip-prinsip moral dan ajaran suci Islam serta dengan mematuhi sepenuhnya prinsip perbedaan menurut hukum humaniter internasional, hanya menargetkan sasaran dan infrastruktur militer dan keamanan rezim zionis dalam serangan rudal defensifnya."

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi seperti dikutip dari kantor berita IRNA menegaskan pihaknya akan memberikan respons keras kepada pihak ketiga mana pun yang mendukung Israel. Setiap reaksi dari Israel, tegas Araghchi, akan menghadapi tanggapan yang lebih kuat dari Iran.

 

3 dari 4 halaman

Wadeh Sadeq 2 atau Janji Sejati 2

Ketika ditanya pada hari Rabu apakah Iran telah memberikan peringatan langsung kepada Amerika Serikat (AS) tentang serangan ke Israel, Araghchi seperti dilansir The Guardian menuturkan, "Tidak, saya tidak mengonfirmasi hal tersebut. Namun, kami telah bertukar pesan melalui Kedutaan Swiss di Teheran, yang memberikan peringatan yang diperlukan kepada AS."

Swiss telah lama bertindak sebagai perantara diplomatik bagi AS di Teheran.

Araghchi menggarisbawahi pesan itu dikirim setelah Iran meluncurkan serangan.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri merinci bahwa serangan pada Selasa malam yang dijuluki "Wadeh Sadeq 2 atau Janji Sejati 2" menargetkan tiga pangkalan militer Israel, yaitu markas besar Mossad; pangkalan udara Navatim yang berisi jet tempur F35; dan pangkalan udara Hatsarim yang digunakan untuk membunuh Nasrallah, radar strategis, serta pusat pengumpulan tank, pengangkut personel Israel di daerah sekitar Jalur Gaza.

"Kami sepenuhnya siap untuk domain defensif dan ofensif. Jika rezim zionis ... tidak dikendalikan oleh AS dan Eropa serta ingin melanjutkan kejahatan atau bertindak melawan kedaulatan dan integritas teritorial kami, operasi seperti malam ini akan diulang dengan intensitas yang lebih besar dan semua infrastruktur rezim akan menjadi sasaran," kata Bagheri.

Adapun Operasi Wadeh Sadeq 1 merujuk ke serangan Iran ke Israel pada 13-14 April tahun ini, yang dilakukan sebagai balasan atas serangan Israel ke Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April. 

4 dari 4 halaman

Bagaimana Reaksi Israel?

"Iran membuat kesalahan besar malam ini dan mereka akan membayarnya," ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, tidak lama setelah serangan rudal Iran.

Netanyahu mengaku bahwa serangan Iran gagal.

"Serangan itu digagalkan berkat sistem pertahanan udara Israel, yang merupakan tercanggih di dunia," tutur Netanyahu, yang juga berterima kasih kepada AS atas dukungannya.

"Rezim di Iran tidak memahami tekad kami untuk membela diri dan tekad kami untuk membalas dendam terhadap musuh-musuh kami ...siapa pun yang menyerang kami — kami akan menyerang mereka."

Netanyahu menambahkan, "Israel sedang bergerak dan poros kejahatan sedang mundur. Kami akan melakukan segala yang diperlukan untuk melanjutkan tren ini, untuk mencapai semua tujuan perang ... memastikan keberadaan dan masa depan kami."

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari dalam unggahan di platform media sosial X menggemakan pernyataan serupa, "Serangan Iran merupakan eskalasi yang serius dan berbahaya. Akan ada konsekuensinya … Kami akan menanggapi di mana pun, kapan pun, dan dengan cara apa pun yang kami pilih, sesuai dengan arahan pemerintah Israel."

IDF mengatakan serangan Iran melibatkan lebih dari 180 rudal, sementara laporan media pemerintah Iran menyebutkan bahwa sekitar 200 rudal diluncurkan. Menurut AS, serangan itu hampir dua kali lipat dari yang terjadi pada bulan April.

"Ada sejumlah kecil serangan di pusat Israel dan beberapa serangan lainnya di Israel selatan," kata Hagari. "Mayoritas rudal yang masuk dicegat oleh Israel dan koalisi pertahanan yang dipimpin oleh AS."