Liputan6.com, Jakarta - PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Dalam aksi tersebut, perseroan akan menawarkan 300 juta saham biasa dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan itu mewakili 15,02% dari  modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Perseroan mematok harga penawaran pada kisaran Rp 835 sampai dengan Rp 900 per saham.
Baca Juga
Dengan demikian, perseroan berpotensi mengantongi sebanyak-banyaknya Rp 270 miliar dari IPO. Rencananya, sebesar 33,34 persen dana hasil IPO akan dialokasikan untuk pembelian bijih nikel dari PT GAG Nikel (GAG) dan PT Nusajaya Persadatama Mandiri (NPM).
Advertisement
Selain itu, juga untuk modal kerja yang akan digunakan antara lain untuk biaya tenaga kerja serta biaya logistik. Sisanya sebesar 66,66 persen dialokasikan kepada PT Bara Makmur Dwitama (BMD) dan PT Indo Lautan Energi (ILE).
Selanjutnya, BMD akan menggunakan dana tersebut modal kerja dan untuk pembelian batu bara PT Titan Infra Energy. Sementara ILE akan mengalokasikan dana tersebut untuk modal kerja dan pembelian bahan bakar solar dari PT ExxonMobil Lubricants Indonesia.
Pembagian Dividen
Setelah IPO, mulai tahun buku 30 April 2024 dan seterusnya, manajemen Perseroan bermaksud membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham Perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 100% atas laba bersih tahun berjalan Perseroan.
Besarnya pembagian dividen akan bergantung pada hasil kegiatan usaha dan arus kas Perseroan serta prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan rencana investasi Perseroan di masa yang akan datang dan dengan memperhatikan UUPT.
Selain itu, peraturan perundang-undangan Pasar Modal yang berlaku dan kebijakan Perseroan dalam pembagian dividen tersebut akan diputuskan oleh para Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diadakan setiap tahun.
Â
Jadwal IPO
Perseroan merupakan perusahaan yang bergerak di sektor basic material dengan bidang usaha perdagangan besar logam dan bijih logam, dan aktivitas perusahaan holding.
Prospek usaha perseroan salah satunya mengacu pada konsumsi nikel global diproyeksikan terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan untuk baterai kendaraan listrik (EV) dan baja tahan karat. Menurut laporan International Energy Agency (IEA), konsumsi nikel global mencapai 3,1 juta ton pada 2023 dan diperkirakan akan tumbuh dengan laju tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 6.3% sampai dengan 2030.
Permintaan baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik merupakan pendorong utama pertumbuhan konsumsi nikel. Diperkirakan, sekitar 30-40% dari total konsumsi nikel global pada 2030 akan digunakan dalam industri baterai. Perseroan percaya bahwa dengan pertumbuhan industri pertambangan di Indonesia yang tinggi, pasar untuk produk dan layanan Perseroan dan Perusahaan Anak akan terus berkembang.
Permintaan yang meningkat untuk bijih nikel, bahan bakar, batu bara, jasa pertambangan, dan jasa angkutan laut menciptakan peluang besar bagi ekspansi dan peningkatan kinerja Perseroan dan Perusahaan Anak.
"Dengan komitmen terhadap inovasi, efisiensi operasional, dan pelayanan terbaik, Perseroan optimistis prospek masa depan perusahaan akan tetap cerah dan menjanjikan. Perseroan siap untuk terus mendukung industri pertambangan Indonesia dengan solusi yang handal dan berkelanjutan, serta berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional," mengutip prospektus perseroan dalam laman e-ipo, Sabtu (11/10/2024).
Lebih lanjut, berikut jadwal IPO PT Daaz Bara Lestari Tbk:
- Masa Penawaran Awal: 11-18 Oktober 2024
- Perkiraan Tanggal Efektif: 30 Oktober 2024
- Perkiraan Masa Penawaran Umum: 1-7 November 2024
- Perkiraan Tanggal Penjatahan: 7 November 2024
- Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik: 8 November 2024
- Perkiraan Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan: 8 November 2024
- Perkiraan Tanggal Pencatatan Pada Bursa Efek Indonesia: 11 November 2024
Advertisement
Perkembangan IPO di BEI
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Adapun sampai dengan 11 Oktober 2024, terdapat 36 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 5,42 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 27 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
“Hingga saat ini, terdapat 27 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (12/10/2024).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 12 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 5 Perusahaan dari sektor energy
• 2 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 3 Perusahaan dari sektor industrials
• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 3 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Â
Â
Pipeline Obligasi dan Rights Issue
Saat ini, Bursa mencatat penerbitan 118 emisi dari 65 penerbit EBUS dengan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 109,6 triliun. Hingga 11 Oktober 2024, terdapat 13 emisi dari 10 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline obligasi.
Lebih lanjut, berikut klasifikasi sektor penerbitan obligasi:
• 1 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 1 Perusahaan dari sektor energy
• 4 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 1 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Rights Issue
Untuk aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, masih terdapat 15 perusahaan tercatat dalam pipeline. Adapun per 11 Oktober 2024, telah terdapat 15 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 34,42 triliun.
Selanjutnya, 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 1 Perusahaan dari sektor basic materials
• 8 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor energy
• 5 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement