Liputan6.com, Jakarta - PT Prodia StemCell Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan terapi berbasis sel punca, secara resmi menandatangani perjanjian kerja sama dengan Pusat Riset Biomedis, Organisasi Riset Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Bersama BRIN, sister company PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) ini akan fokus mengembangkan prototipe nasal drop untuk terapi stroke berbasis sekretom yang bersumber dari sel punca atau stem cell dengan standar pengolahan Good Manufacturing Practice (GMP). Acara penandatanganan berlangsung di Gedung BRIN, Rawamangun, Jakarta Timur, pada Kamis, 10 Oktober 2024 yang merupakan langkah penting dalam pengembangan inovasi kesehatan di Indonesia.
Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas, sehingga membutuhkan pendekatan terapi baru yang lebih efektif. Penggunaan sekretom dari stem cell, yang memiliki kemampuan regeneratif dan imunomodulator, diharapkan dapat menjadi terobosan dalam dunia pengobatan stroke.
Advertisement
Direktur PT Prodia StemCell Indonesia, Dr. Cynthia Retna Sartika, M.Si., menyampaikan rasa antusiasnya terhadap kolaborasi ini."Kami bangga dapat bekerja sama dengan BRIN dalam pengembangan terapi inovatif ini. Nasal drop berbasis sekretom ini memiliki potensi besar untuk merevolusi pengobatan stroke di Indonesia, dengan teknologi berbasis sel punca yang telah terbukti memiliki manfaat regeneratif," kata Cynthia dalam keterangan, Sabtu, 12 Oktober 2024.
Perusahaan yakni, dengan dukungan riset mendalam dan teknologi GMP, produk ini akan memberikan dampak besar bagi pasien stroke. Selain itu, perwakilan dari Pusat Riset Biomedis BRIN juga menambahkan pengembangan prototipe ini merupakan bagian dari upaya bersama dalam mendorong kemandirian Indonesia dalam riset dan teknologi kesehatan.
"Kami berharap kerja sama ini akan membuka jalan untuk pengembangan terapi berbasis bioteknologi lainnya di masa depan, serta memperkuat ekosistem inovasi kesehatan nasional." kata Peneliti BRIN, Ratih Rinendyaputri.
Uji Klinis
Kolaborasi ini tidak hanya mencakup riset laboratorium, tetapi juga uji klinis untuk memastikan keamanan dan efektivitas terapi stroke ini. Nasal Drop berbasis sekretom dari stem cell ini harapannya dapat mencegah progresifitas penyakit stroke.
"Prototipe dalam bentuk nasal drop ini juga lebih mudah dalam pengaplikasiannya untuk dilakukan disaat-saat darurat saat seseorang terkena stroke,” ungkap Ratih.
Menurut beberapa hasil penelitian dikatakan bahwa penggunaan sekretom dengan nasal drop lebih efektif dalam penanganan kasus stroke. Hal ini tentu didukung dengan proses pengolahan yang telah mengikuti standar GMP di Laboratorium ProSTEM, sehingga produk yang dikembangkan diharapkan dapat memenuhi syarat kualitas yang ketat dan mampu menembus pasar global.
Acara penandatanganan ini turut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan di bidang kesehatan dan riset, termasuk ahli biomedis, regulator, serta perwakilan industri farmasi dan bioteknologi.
Dengan adanya perjanjian kerja sama ini, diharapkan Indonesia dapat terus maju dalam pengembangan terapi berbasis sel punca, serta memberikan harapan baru bagi pasien stroke di dalam dan luar negeri.
Advertisement
Kinerja Semester I 2024
Sebelumnya, PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) mencatat penurunan pendapatan dan laba pada semester I 2024.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (7/8/2024), PT Prodia Widyahusada Tbk meraup pendapatan dari kontrak dengan pelanggan Rp 1,03 triliun hingga semester I 2024. Pendapatan itu turun tipis 2,89 persen dari periode semester I 2023 sebesar Rp 1,06 triliun.
Beban pokok pendapatan susut 9,37 persen menjadi Rp 413,34 miliar hingga 30 Juni 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 414,88 miliar. Dengan demikian, laba bruto turun 4,51 persen menjadi Rp 618,93 miliar hingga semester I 2024 dari periode semester I 2023 sebesar Rp 648,18 miliar.
Perseroan mencatat kenaikan beban usaha menjadi Rp 494,05 miliar hingga semester I 2024 dari semester I 2023 sebesar Rp 478,38 miliar. Pendapatan lainnya turun menjadi Rp 3,12 miliar hingga semester I 2024 dari semester I 2023 sebesar Rp 3,63 miliar. Beban lainnya naik menjadi Rp 679 miliar hingga semester I 2024 dari semester I 2023 sebesar Rp 377 miliar.
Dengan demikian laba usaha terpangkas 26,41 persen dari Rp 173,05 miliar hingga semester I 2023 menjadi Rp 127,33 miliar hingga semester I 2024. Seiring kinerja tersebut, PT Produa Widyahusada Tbk mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 115,67 miliar hingga semester I 2024. Laba tersebut susut 22,25 persen dari semester I 2023 sebesar Rp 148,77 miliar. Dengan demikian, laba per saham dilusi turun menjadi Rp 122,90 hingga Juni 2024 dari semester I 2023 sebesar Rp 158,07.
Total ekuitas turun menjadi Rp 2,33 triliun pada 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 2,36 triliun. Total liabilitas susut menjadi Rp 287,48 miliar pada 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 347,44 miliar. Aset Perseroan merosot jadi Rp 2,61 triliun hingga 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 2,70 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 417,24 miliar pada 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 542,96 miliar.
Prodia Bikin Anak Usaha di Bidang Jasa Informasi
Sebelumnya, PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) bersama PT Prodia Utama, pemegang saham pengendali perseroan mendirikan anak usaha di bidang aktivitasa jasa informasi.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (26/8/2022), PT Prodia Widyahusada Tbk bersama PT Prodia Utama mendirikan anak usaha bernama PT Prodia Digital Indonesia (PT PRDI). PT PRDI ini bergerak di bidang usaha aktivitas jasa informasi. Adapun PT PRDI didirikan dengan modal dasar senilai Rp 1 triliun yang terbagi atas 1.000.000 lembar saham.
Dari modal dasar itu telah ditempatkan dan disetor penuh sebesar 30 persen yaitu 300.000 lembar saham dengan nominal seluruhnya Rp 300 miliar.
Perseroan atas saham sejumlah 297.000 lembar yang keseluruhannya bernilai nominal Rp 297 miliar yang mewakili 99 persen dari modal ditempatkan dan disetor PT PRDI. Kemudian Prodia Utama atas saham sejumlah 3.000 lembar yang keseluruhannya bernilai nominal Rp 3 miliar yang mewakili 1 persen dari modal ditempatkan dan disetor PT PRDI.
“Pendirian anak perusahaan ini tidak akan berdampak negatif terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan,” ujar Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk Dewi Muliaty.
Advertisement