Sukses

Outstanding SRBI Capai Rp 928 Triliun per 4 Oktober 2024

Tercatat per 4 Oktober 2024, kepemilikan non-residen di SRBI mencapai Rp 252 triliun atau setara 27,2%.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat outstanding dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI terus meningkat. Sejak diperkenalkan pada 15 September 2023, outstanding SRBI telah mencapai Rp 928,2 triliun per 4 Oktober 2024. SRBI menjadi salah satu instrumen pengelolaan likuiditas bagi pelaku pasar dan outlet utama inflow portfolio asing.

SRBI adalah salah satu instrumen investasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk menarik lebih banyak modal asing ke Indonesia. SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa surat berharga milik Bank Indonesia.

"Jadi outstanding SRBI per Oktober kemarin, di Jumat kemarin itu sudah mencapai Rp 928 triliun. Sementara untuk yang SVBI yang berbentuk konvensional itu Rp 55 triliun, dan untuk SUVBI Rp 7 triliun," ungkap Deputi Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Dopul Rudy Tamba dalam Seminar bertajuk Sekuritas Bank Indonesia: Kondisi di Pasar dan Peluang Investasi, Senin (14/10/2024).

Tercatat per 4 Oktober 2024, kepemilikan non-residen di SRBI mencapai Rp 252 triliun atau setara 27,2%. Volume transaksi SRBI terus meningkat dari volume harian Rp 1,03 triliun (mtd September 2023) menjadi Rp 12,86 triliun (mtd Oktober 2024). Transaksi SRBI didominasi oleh tenor 12 bulan. Sementara itu, volume transaksi SVBI dan SUVBI relatif masih terbatas.

 

2 dari 2 halaman

Head to Head dengan Deposito

Sebagai instrumen investasi jangka pendek dan tradable, SRBI dapat menarik minat khususnya investor pasar uang yang memiliki tingkat risiko rendah dengan imbal hasil yang cukup menarik. ⁠Potensi crowding out mash minimal, namun perlu terus dicermati volume penerbitan dan tingkat penyerapan likuiditas pasar yang berlebihan.

"SRBI lebih head to head dengan instrumen deposito dibandingkan obligasi ataupun saham," kata Dopul.

Namun di sisi lain, terdapat tantangan perkembangan SRBI. Antara lain, pajak dan liquidity di pasar sekunder. Kemudian pricing/mark to market, beberapa fund manager menyampaikan bahwa valuasi SRBI belum masuk dalam perhitungan IBPA. Serta, porsi kepemilikan asing yang tinggi berpotensi meningkatkan volatilitas.

Video Terkini