Sukses

Perluas Bisnis, PGEO Kembangkan Produk di Luar Panas Bumi

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) memiliki peran sentral sebagai main engine dalam mempercepat pengembangan panas bumi di Tanah Air yang dapat memberi dampak besar kepada perekonomian nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Dengan potensi sumber daya panas bumi yang luar biasa besar, kemampuan industri dalam negeri yang semakin mumpuni, dan kebijakan yang mendukung, Indonesia dapat menjadi pemain utama energi hijau dunia dengan mempercepat pengembangan panas bumi dalam agenda transisi energi nasional.

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Julfi Hadi menjelaskan, Indonesia memiliki sumber daya panas bumi terbesar kedua di dunia yaitu mencapai 24 GW. Namun sejauh ini, baru sekitar 10% dari total potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan.

Selain sumber daya yang melimpah, panas bumi memiliki karakteristik sebagai energi hijau pemikul beban (base load) yang mampu menyediakan pasokan listrik yang stabil sehingga paling sesuai untuk menggantikan energi fosil.

"Panas bumi adalah kunci transisi energi nasional untuk mencapai target nol emisi (net zero) pada 2060 karena hanya panas bumi yang mampu memainkan peran sebagai base load hijau. Bila pengembangan panas bumi bisa dipercepat, Indonesia berpotensi menjadi raksasa energi hijau dunia. PGE memiliki visi untuk memosisikan Indonesia sebagai kekuatan besar energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi panas bumi yang kami miliki," kata dia dalam keterangan tertulis, Minggu (20/10/2024).

Sebagai pionir dengan pengalaman lebih dari 40 tahun dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia, Pertamina Geothermal Energy memiliki peran sentral sebagai main engine dalam mempercepat pengembangan panas bumi di Tanah Air yang dapat memberi dampak besar kepada perekonomian nasional.

 

 

2 dari 3 halaman

Lapangan Kerja

Percepatan pengembangan energi panas bumi, sesuai peta jalan energi baru dan terbarukan nasional yang menargetkan kapasitas 10,5 GW pada 2035 dari kapasitas 2,6 GW saat ini, bisa menarik investasi USD 18 miliar dengan kontribusi sampai USD 22 miliar ke PDB dan menjadi daya ungkit dalam penciptaan sampai 1 juta lapangan kerja.

“Dampak penting percepatan pengembangan energi panas bumi adalah hilirisasinya dengan menarik investasi manufaktur pembangkit listrik panas bumi dan membuat Indonesia menjadi center of excellence panas bumi. Ditambah produk turunan panas bumi seperti hidrogen hijau, amonia hijau, dan silika hijau, percepatan pengembangan energi panas bumi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,” kata Julfi Hadi.

“Dengan skala usaha dan kapasitas yang dimiliki, PGE siap mendorong pemanfaatan sumber daya ini secara lebih masif, berkontribusi signifikan terhadap target Net Zero Emission pada 2060 dan kemandirian energi nasional.” tambah dia. 

 

 

3 dari 3 halaman

Paradigma Baru

Dalam upayanya mempercepat pengembangan energi panas bumi, PGE telah menerapkan paradigma baru pengembangan panas bumi dengan pendekatan yang lebih efisien dan inovatif. Strategi ini mencakup pengembangan skala besar di atas 50 MW, adopsi teknologi baru seperti Electrical Submersible Pumps (ESP) dan sumur multilateral, serta kolaborasi lintas sektor untuk mengurangi biaya dan risiko.

Selain listrik, PGE juga tengah mengeksplorasi potensi bisnis di luar kelistrikan (off-grid), seperti pengembangan produk sampingan dari energi panas bumi, termasuk hidrogen hijau, silika, dan kredit karbon.

PGE juga berkomitmen untuk meningkatkan manufaktur lokal komponen penting pembangkit listrik panas bumi, seperti heat exchanger, sehingga dapat menekan biaya produksi dan PGE turut menekankan pentingnya dukungan insentif fiskal dan non-fiskal dari pemerintah untuk menarik investasi, serta mempercepat waktu antara eksplorasi hingga operasi komersial menjadi kurang dari lima tahun.

Dengan paradigma ini, PGE berupaya mendorong “boom” dalam pengembangan panas bumi dan memperkuat peran Indonesia sebagai pemimpin energi hijau.