Sukses

Adiwarna Anugerah Abadi IPO, Incar Modal Rp 80,25 Miliar

PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk (NAIK) menawarkan maksimal 750 juta saham dengan nilai nominal Rp 20 per saham.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk (NAIK) berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Pada aksi tersebut, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 750 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 20 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan itu sebanyak-banyaknya setara 23,08 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Harga penawaran dipatok sebesar Rp 100-107 per saham.

Dengan demikian, perseroan berpotensi mengantongi sebanyak-banyaknya Rp 80,25 miliar dari IPO. Bersamaan dengan penawaran umum perdana saham, perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 375 juta Waran Seri I atau sebanyak-banyaknya 15,00% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO.

Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang Saham Yang Ditawarkan pada Tanggal Penjatahan. Setiap pemegang dua Saham Yang Ditawarkan berhak memperoleh satu Waran Seri I. Di mana setiap satu Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham Perseroan yang dikeluarkan dari portepel dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 135 setiap Waran Seri I.

Waran Seri I dapat dilaksanakan menjadi saham Perseroan setelah 6 bulan sejak diterbitkannya dan sampai dengan 12 bulan berikutnya yaitu sejak tanggal 08 Mei 2025 sampai dengan 08 Mei 2026. Nilai hasil pelaksanaan Waran Seri I adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 50,63 miliar. Rencananya, seluruh dana hasil IPO maupun pelaksanaan Waran Seri I akan digunakan untuk modal kerja perseroan.

Termasuk namun tidak terbatas untuk pembelian material utama, material pembantu, material consumables, serta biaya gaji, lembur tenaga kerja, akomodasi serta mobilisasi tenaga kerja. Setelah IPO, perseroan merencanakan untuk membagikan dividen.

 

 

2 dari 4 halaman

Jadwal IPO

Sebanyak-banyaknya 30% dari laba bersih tahun berjalan Perseroan setelah pajak yang berakhir pada 31 Desember 2025 dan di masa yang akan datang atau sesuai dengan kemampuan kas Perseroan.

Kebijakan Perseroan dalam pembagian dividen tersebut akan diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diadakan setiap tahun atau jumlah lain yang diusulkan oleh pemegang saham Perseroan dan disetujui dalam RUPST, dengan tetap memperhatikan kondisi keuangan dan keberlangsungan usaha Perseroan.

Melansir prospekrus perseroan dalam e-ipo, Selasa (22/10/2024), berikut jadwal penawaran umum perdana saham PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk:

- Masa Penawaran Awal: 22-24 Oktober 2024

- Tanggal Efektif: 31 Oktober 2024

- Masa Penawaran Umum Perdana Saham: 4-6 November 2024

- Tanggal Penjatahan: 6 November 2024

- Tanggal Distribusi Secara Elektronik: 7 November 2024

- Pencatatan Saham dan Waran di BEI: 8 November 2024

- Awal Perdagangan Waran Seri I: 8 November 2024

- Akhir Perdagangan Waran Seri I:

Pasar Reguler & Negosiasi: 5 Mei 2026

Pasar Tunai: 7 Mei 2026

- Awal Pelaksanaan Waran Seri I: 8 Mei 2025

- Akhir Pelaksanaan Waran Seri I: 8 Mei 2026

3 dari 4 halaman

IPO Melambat selama 3 Kuartal, Bagaimana Potensi ke Depan?

Sebelumnya, Pasar IPO Indonesia mengalami perlambatan pada 3 kuartal pertama 2024, tercatat 34 IPO yang berhasil mengumpulkan total USD 300 juta. Kinerja ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatat 66 IPO menghasilkan total USD 3,3 miliar.

EY Indonesia Strategy and Transactions Partner, Reuben Tirtawidjaja menjelaskan, perolehan dana IPO Indonesia pada kuartal tiga 2024 juga lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (USD 1,4 miliar) dan Thailand (USD 0,6 miliar).

“Perlambatan ini terutama disebabkan oleh pemilihan umum pada awal tahun ini dan antisipasi investor terhadap pembentukan pemerintahan baru pada Oktober 2024,” kata Reuben, dalam siaran pers, dikutip Selasa (15/10/2024).

Reuben menambahkan, hal ini mempengaruhi keputusan seputar IPO karena investor semakin berhati-hati, dan banyak yang lebih memilih untuk mengambil pendekatan wait and see mengenai kebijakan pemerintah yang akan datang sebelum membuat keputusan investasi.

Momentum IPO Perusahaan EBT

Reuben menuturkan, kedepannya, energi terbarukan mungkin menjadi salah satu sektor yang harus diwaspadai mengingat semakin besarnya minat pasar terhadap sektor ini, dimana telah terjadi beberapa kali IPO dalam lima tahun terakhir.

“Termasuk suksesnya pencatatan saham perdana PT Kencana Energi Lestari Tbk, PT. Arkora Hydro Tbk, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, dan PT Barito Renewables Energy Tbk,” jelasnya.

Menurutnya, meskipun jumlah IPO energi terbarukan mungkin tidak terlalu mengesankan, harga saham perusahaan-perusahaan ini telah meningkat setidaknya 30 persen pada 30 September 2024 sejak penawaran perdana mereka, yang menunjukkan tingginya minat investor.

“Mengingat komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060 dan antisipasi kebijakan yang menguntungkan dari pemerintahan baru terhadap industri energi terbarukan, diharapkan lebih banyak perusahaan energi terbarukan akan melakukan IPO di tahun-tahun mendatang,” pungkas Reuben.

4 dari 4 halaman

27 Perusahaan Antre di Pipeline IPO, Intip Rincian Sektornya

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Adapun hingga 11 Oktober 2024, terdapat 36 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 5,42 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 27 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.

"Hingga saat ini, terdapat 27 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (12/10/2024).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 12 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

Rincian Sektor

Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 5 Perusahaan dari sektor energy

• 2 Perusahaan dari sektor financials

• 2 Perusahaan dari sektor healthcare

• 3 Perusahaan dari sektor industrials

• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 3 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 0 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic.