Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mengumumkan kinerja periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan laba meski pendapatan turun.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Senin (28/10/2024), perseroan membukukan pendapatan USD 306,02 juta atau sekitar Rp 4,8 triliun (kurs Rp 15.695,10 per USD). Pendapatn itu turun tipis 0,71 persen dibandingkan pendapatan per September 2023 yang tercatat sebesar USD 308,2 juta.
Beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya hingga september 2024 tercatat sebesar Rp 132,2 juta, naik dari USD 126,21 juta pada September 2023. Alhasil, perseroan membukukan laba bruto USD 173,82 juta pada September 2024, turun dari USD 181,98 juta pada September 2023.
Advertisement
Pada periode sembilan bulan tahun ini, perseroan membukukan beban umum dan administrasi sebesar USD 2,84 juta, pendapatan keuangan USD 24,76 juta, dan pendapatan lain-lain USD 14,26 juta. Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan beban keuangan sebesar USD 16,8 juta.
Namun setelah memperhitungkan penyusutan beban pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 133,99 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun. Laba itu naik 0,36 persen dibandingkan laba per September 2023 yang tercatat sebesar USD 133,51 juta.
Aset perseroan sampai dengan 30 September 2024 turun menjadi USD 2,95 miliar dibandingkan USD 2,96 miliar per akhir tahun lalu. Liabilitas sampai dengan 30 September 2024 turun menjadi USD 964,66 juta dari USD 992,89 juta pada Desember 2023. Sementara ekuitas sampai dengan 30 September 2024 naik menjadi USD 1,98 miliar dari USD 1,97 miliar pada Desember 2023.
PGEO Selesaikan Program MESOP 13 Juta Saham
Sebelumnya,PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bisnis panas bumi dari hulu ke hilir, telah selesai melaksanakan program Management and Employee Stock Option Program (MESOP) Tahap I dan Tahap II.
Corporate Secretary Pertamina Geothermal Energy Kitty Andhora menjelaskan, jumlah hak opsi yang dikonversi menjadi saham atau jumlah saham MESOP yang diterbitkan sebesar 13.016.558 lembar saham. Nominal exercise dari MESOP ini sebesar Rp 10,41 miliar.
Sebelum penerbitan saham MESOP tahap I dan II, jumlah saham PGEO mencapai 41.495.007.591 lembar. Dengan demikian, jumlah saham PGEO usai program ini meningkat menjadi 41.508.024.149 lembar.
"Hak opsi yang belum dilaksanakan pada periode ini dapat dilaksanakan pada periode pelaksanaan MESOP PGEO tahap selanjutnya," ungkap Kitty dikutip dari keterbukaan informasi, Minggu (20/10/2024).
Program MESOP PGEO didasarkan pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.32/POJK.04/2015 tentang penambahan modal perusahaan terbuka dengan hak memesan efek terlebih dahulu, sebagaimana telah diubah dengan POJK No.14/POJK.04/2019.
Advertisement
Pertamina Geothermal Energy Garap 2 Proyek Panas Bumi di Kenya
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) mencapai kesepakatan dengan perusahaan pengembang panas bumi Kenya, Geothermal Development Company Ltd (GDC) dan Africa Geothermal International Ltd (AGIL). Dalam kesepakatan ini emiten dengan kode saham PGEO ini akan mengembangkan lapangan panas bumi di Kenya.
Eksplorasi dua lapangan panas bumi di Kenya yang dikembangkan PGEO bersama kedua mitranya ini diharapkan bisa dimulai pada tahun 2024 ini.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi mengatakan, kesepakatan ini merupakan tindak lanjut kesepakatan awal yang telah dicapai dengan GDC dan AGIL pada 2023. PGE dan GDC pada 15 September 2023 menandatangani Non-Disclosure Agreement (NDA) untuk pengembangan potensi panas bumi di Kenya dan Indonesia.
Sebelumnya, pada 22 Agustus 2023, PGE dan AGIL juga telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk pengembangan lapangan panas bumi Longonot yang terletak di kawasan Great Rift Valley, Kenya.
Salah satu agenda utama pertemuan lanjutan dengan GDC adalah membahas hasil kajian teknis awal oleh PGE terhadap lapangan Suswa yang diperkirakan memiliki potensi sumber daya sebesar 200 MW.
Namun, masih diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengonfirmasi besaran potensi tersebut melalui pengeboran eksplorasi.
Untuk itu, PGE dan GDC telah merencanakan penandatanganan Joint Development Agreement (JDA) yang akan mengatur peran GDC dalam eksplorasi pada 2 sumur pertama melalui skema government drilling dan kemungkinan eksplorasi lanjutan pada tiga sumur lain yang akan dilakukan oleh PGE.