Sukses

Wijaya Karya Raup Pendapatan Rp 12,55 Triliun hingga September 2024, Ini Pendorongnya

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatat pendapatan berasal dari segmen infrastruktur dan gedung, industri, EPC dan realti properti.

Liputan6.com, Jakarta - Upaya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dalam meningkatkan efisiensi dan profitabilitas di tengah berbagai tantangan sektor infrastruktur mulai membuahkan hasil. Hal ini tercermin dalam laporan keuangan kuartal III-2024.

Hingga 30 September 2024, WIKA membukukan pendapatan sebesar Rp12,55 triliun. Pendapatan itu susut 16,78 persen  dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,07 triliun. Perseroan mencatat laba ke pemilik entitas induk sebesar Rp 741,43 miliar dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 5,8 triliun. Demikian mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI),

Pendapatan itu, tercatat dengan kapasitas tingkat produksi (burn rate) sebesar 34,3% dari kontrak berjalan Perseroan. Kontribusi utama pendapatan tersebut berasal dari segmen infrastruktur dan gedung, industri, EPC dan realti properti. WIKA juga berhasil membukukan laba kotor sebesar Rp1,06 triliun, dengan Gross Profit Margin (GPM) sebesar 8,4%, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,1%.

Perseroan menyebutkan, hal ini menunjukkan kemampuan eksekusi proyek WIKA yang semakin excellence, terutama pada lini bisnis utama yang menjadi core operasi Perseroan, seperti infrastruktur & gedung serta EPCC yang naik rata-rata 0,6% dari tahun sebelumnya.

Selain membukukan peningkatan margin laba kotor, WIKA juga mencatatkan peningkatan laba usaha sebesar Rp839,75 miliar atau meningkat 55,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian Operating Profit Margin (OPM) Perseroan berhasil meningkat dengan peningkatan yang sama secara year on year.

Sejalan dengan langkah Perseroan untuk terus mempercepat upaya penyehatan keuangan, dari sisi neraca WIKA berhasil memperbaiki kolektabilitas piutang hingga 30,4% menjadi sebesar Rp6,61 triliun dari Rp9,50 triliun per September 2023.

2 dari 4 halaman

Pangkas Utang

Selain itu WIKA juga terus berupaya maksimal untuk melakukan pembayaran kepada mitra kerja, sehingga utang usaha Perseroan tercatat menurun hingga 50,7% di periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, arus kas atas aktivitas operasi Perseroan juga menunjukkan perbaikan hingga 86,9% dari -Rp1,67 triliun menjadi -Rp218,94 miliar di kuartal III-2024. Perbaikan ini merupakan hasil dari upaya transformasi Perseroan yang fokus dalam peningkatan likuiditas sebagai upaya penyehatan keuangan.

"Manajemen percaya dengan meningkatkan tata kelola, perkuatan manajemen risiko, keunggulan eksekusi proyek, fokus terhadap likuiditas serta pengelolaan struktur modal kerja yang baik, Perseroan akan mampu menjaga nilai kompetitifnya di masa mendatang”, ujar Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito (BW) seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (31/10/2024).

3 dari 4 halaman

Kondisi Likuiditas

Kondisi likuiditas yang semakin baik ini tercermin dari current ratio Perseroan yang telah meningkat menjadi 191,8% dengan rasio solvabilitas seperti rasio utang berbunga terhadap ekuitas (gearing ratio) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang juga kini telah menurun menjadi 2,18 kali dan 3,12 kali dari posisi sebelumnya 3,10 kali dan 5,07 kali.

Agung BW menyampaikan apresiasinya kepada seluruh stakeholders yang telah mendukung upaya penyehatan Perseroan, baik kepada lembaga keuangan atas selesainya proses restrukturisasi keuangan dan Pemerintah yang telah memperkuat struktur permodalan WIKA.

4 dari 4 halaman

Wijaya Karya Bayar Obligasi dan Sukuk, Segini Nilainya

Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) melakukan pembayaran jatuh tempo pokok Obligasi dan Sukuk sebesar Rp 896 miliar pada 9 September 2024.

Rinciannya, terdiri dari obligasi berkelanjutan II tahap I Tahun 2021 seri A sebesar Rp 571 miliar dan sukuk mudharabah berkelanjutan II tahap I tahun 2021 seri A sebesar Rp 325 miliar.

Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito menjelaskan, pembayaran ini sesuai dengan perjanjian antara WIKA dan para pemegang obligasi dan sukuk dalam perjanjian perwaliamanatan. WIKA juga melakukan pembayaran atas bunga obligasi dan sukuk PUB II tahap I sebesar Rp 55,06 miliar.

Sebelumnya, perseroan juga telah melakukan pembayaran atas bunga obligasi dan sukuk PUB II tahap II tahun 2022 sebesar Rp 46,51 miliar pada 19 Agustus 2024.

"Upaya Perseroan untuk memenuhi kewajibannya kepada para stakeholders merupakan buah dari langkah transformasi yang dijalankan,” kata Agung dalam keterangan resmi, Selasa (10/9/2024).

Upaya transformasi tersebut dilakukan melalui 3 pilar utama yaitu fokus terhadap kas, keunggulan eksekusi proyek dan penyeimbangan portofolio bisnis. Tujuan utamanya yakni untuk mempercepat pemulihan dan memperkuat fundamental WIKA untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan.

Agung menambahkan, keberlangsungan usaha WIKA juga berjalan beriringan dengan pemberdayaan mitra kerja di sekitar wilayah operasi Perseroan. Berdasarkan laporan arus kas operasi pada laporan keuangan kuartal II 2024, perseroan telah merealisasikan pembayaran kepada pemasok senilai Rp 9,43 triliun.

"Di tengah langkah penyehatan yang dilakukan WIKA, ini merupakan angin segar dalam menjaga kepercayaan seluruh stakeholders. Kami percaya bahwa dalam membangun bisnis yang berkelanjutan, diperlukan dukungan dan rangkaian kerjasama sinergis diantara seluruh pihak yang terlibat,” pungkas Agung.

Video Terkini