Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) terpantau berada di zona hijau usai umumkan pembagian dividen jumbo. Pada perdagangan hari ini, Rabu 6 November 2024, saham ADRO naik 0,25 persen ke posisi 4.050 hingga penutupan sesi I.
Merujuk data RTI, ADRO dibuka pada posisi 4.060 dan bergerak pada rentang 3.980-4.110. Frekuensi perdagangan saham ADRO hingga penutupan sesi I tercatat sebanyak 15.029 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 65,82 juta lembar senilai Rp 266,70 miliar. Dalam sepekan, saham ADRO naik 11,26 persen dna naik 70,17 persen ytd.
Baca Juga
Sebelumnya, perseroan mengumumkan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 18 November 2024.
Advertisement
Salah satu agenda yang akan dibahas dalam rapat tersebut adalah pembagian dividen tambahan dividen tunai final dalam jumlah sebesar-besarnya sampai dengan USD 2,63 miliar. Dividen tambahan itu mengacu pada saldo laba perseroan per 31 Desember 2023.
Perseroan memiliki saldo kas internal secara konsolidasian yang cukup untuk melaksanakan pembagian dividen tunai. Namun demikian, dalam rangka pengelolaan dana kas internal dan arus kas Perseroan yang efisien, tidak menutup kemungkinan Perseroan juga dapat menggunakan pendanaan pihak ketiga jangka pendek untuk pembayaran sebagian dari dividen tunai.
Dari sisi nominalnya, dividen tambahan yang akan dibagikan itu terbilang yang paling besar sejak perusahaan melantai di Bursa. Sebagai perbandingan, pada tahun buku 2023 perseroan membagikan dividen senilai USD 800 juta dengan dividend payout ratio 48,74 persen.
Pada tahun buku sebelumnya, yakni pada 2022, perseroan membagikan dividen tunai USD 1 miliar, dengan dividend payout ratio 40 persen. Sementara jika diurai dari sisi divided payout ratio, paling banyak yakni pada 2020. Saat itu, perseroan membagikan dividen USD 146,82 juta, setara 99,92 persen laba tahun buku 2020.
Adaro Energy Indonesia Borong 15,29% Saham ADMR, Ini Alasannya
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membeli saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pada 20 Juni 2024. Hal ini untuk penyederhanaan struktur kepemilikan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk di Adaro Minerals Indonesia.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (28/6/2024), PT Adaro Energy Indonesia Tbk membeli 6.251.800.000 saham ADMR di harga Rp 1.326 per saham. Jumlah saham yang ditransaksikan itu sebesar 15,29 persen. Adapun nilai transaksi sekitar Rp 8,28 triliun.
"Tujuan transaksi penyederhanaan struktur kepemilikan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk di PT Adaro Minerals Indonesia Tbk,” demikian dikutip dari keterbukaan informasi BEI.
Setelah transaksi pembelian saham, Adaro Energy Indonesia memiliki 34.275.250.000 saham ADMR atau setara 83,84 persen dengan status kepemilikan langsung. Sebelumnya Adaro Energy Indonesia memiliki 28.023.450.000 saham ADMR atau setara 68,55 persen.
Pada penutupan perdagangan Kamis, 27 Juni 2024, harga saham ADRO stagnan di posisi Rp 2.750 per saham. Saham ADRO ditransaksikan Rp 68,46 miliar dengan volume perdagangan 24,92 juta saham. Total frekuensi perdagangan 6.495 kali.
Sementara itu, saham ADMR ditutup naik 0,38 persen ke posisi Rp 1.330 per saham dengan nilai transaksi Rp 18,12 miliar. Total frekuensi perdagangan 2.600 kali dengan volume perdagangan 13,57 juta saham.
Advertisement
Bagaimana Kinerja Keuangan Adaro Energy pada 2023?
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja keuangan tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan mengalami penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/3/2024), PT Adaro Energy Indonesia Tbk membukukan pendapatan usaha USD 6,52 miliar atau sekitar Rp 102,38 triliun (kurs Rp 15.708,00 per USD) pada 2023.
Pendapatan itu turun 19,56 persen dibandingkan pendapatan paa 2022 yang tercatat sebesar USD 8,1 miliar. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan pada 2023 naik 15 persen menjadi USD 3,98 miliar dari USD 3,45 miliar pada 2022.
Kenaikan ini terutama karena kenaikan biaya royalti kepada pemerintah dari tahun sebelumnya. Biaya penambangan dan biaya pemrosesan juga naik, akibat kenaikan volume. Walaupun konsumsi bahan bakar naik 14 persen, biaya bahan bakar pada 2023 tetap setara dengan 2022 karena harga minyak lebih rendah. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) pada 2023 naik 9 persen dari 2022.
Aset Perseroan
Dengan demikian, perseroan membukukan laba bruto USD 2,54 miliar pada 2023, turun 45,47 persen dari USD 4,65 miliar pada 2022. Pada periode ini, beban usaha perseroan turun 8 persen menjadi USD 344 juta dari USD 375 juta pada 2022. Perseroan juga mencatatkan beban lain-lai USD 37,85 juta. Sehingga diperoleh laba usaha USD 2,16 miliar, turun dari USD 4,31 miliar pada 2022.
Sepanjang 2023, Adaro Energy Indonesiamembukukan biaya keuangan USD 109,4 juta, penghasilan keuangan USD 140,42 juta dan bagian atas keuntungan veto ventura bersama USD 107,77 juta. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,64 miliar atau sekitar Rp 25,78 triliun.
Laba ini turun 34,16 persen dibandingkan laba 2022 sebesar USD 2,49 miliar. Total aset per akhir 2023 turun 3 persen menjadi USD 10,47 miliar dari USD 10,78 miliar pada akhir 2022. Total liabilitas pada akhir 2023 tercatat USD 3,06 miliar, atau turun 28 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir 2023, ekuitas tercatat sebesar USD 7,4 miliar, atau naik 14 persen karena kenaikan laba ditahan.
Advertisement