Sukses

Blak-blakan, Lo Kheng Hong Bocorkan Sektor Saham Favoritnya

Investor Lo Kheng Hong mengungkapkan sektor saham yang menjadi jagoannya di tengah ketidakpastian ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Investor kawakan, Lo Kheng Hong buka-bukaan mengenai sektor saham jagoannya. Di era ekonomi yang tidak pasti, seiring transisi pemerintah baru baik di dalam negeri dan di luar negeri, Lo Kheng Hong jagokan sektor perbankan.

Sektor ini menjadi favorit Lo lantaran dari sisi kinerjanya mampu membukukan laba hingga puluhan triliun. Namun tentu tidak semua bank masuk kriteria investasi Lo. Ada beberapa pertimbangan untuk investasi pada saham sektor ini, salah satunya Price to Book Value atau PBV.

"Saya ambil bank-bank yang asetnya Rp 200-350 triliun. PBV masih di bawah 1x. Jadi kalau lihat bank yang aset Rp 200-350 triliun, sekarang (di portofolio) ada 2 emiten bank, menyusul 1 lagi (jadi 3), nama saya muncul sebagai 10 besar pemegang saham di sana," kata Lo dikutip Minggu (10/11/2024).

Diketahui, Lo memiliki saham perbankan seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Selain perbankan, sektor lain yang masih menjadi favorit Lo adalah batu bara. Untuk sektor batu bara, investor yang kerap dijuluki Warren Buffet Indonesia itu berinvestasi lewat saham PT ABM Investama Tbk (ABMM).

“Masih kok, masih batu bara itu,” kata Lo kepada wartawan.

Secara umum, Lo menilai perusahaan menarik dicermati ketika dikelola oleh manajemen yang bertanggung jawab. Lo menegaskan, dirinya tidak tertarik dengan perusahaan dengan manajemen yang tidak baik.

Selain itu, Lo mempertimbangkan dari sisi bidang usaha. Alih-alih membaca prospek di masa mendatang, Lo lebih memilih emiten atau perusahaan yang sudah jelas laba besar. Menurut Lo, dalam investasi itu penting untuk memastikan tidak membeli kucing dalam karung.

 

2 dari 3 halaman

Cermati Sisi Valuasi

"Saya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan rugi dan cuan kecil saya tidak mau beli. Saya hanya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan bukan hanya untung besar, tapi juga tumbuh. Nikmat sekali kalau punya perusahaan untung besar dan tiap tahun tambah besar untungnya. Seperti memiliki mesin pencetak uang," imbuh Lo.

Selanjutnya, Lo mencermati dari sisi valuasi. Asal tahu saja, Lo memiliki rumus bahwa price earning ratio (PER) maksimal 9x dan price to book ratio (PBV) maksimal 1x.

Terakhir, adalah dividen. Pada tahun lalu, Lo mengantongi dividen Rp 1 miliar. "Dapat dividen besar enak, seperti mendapatkan uang tunggu. Tahun lalu dapat dividen dari emiten-emiten yang saya miliki Rp 100 miliar. Lumayan (besar), enak. Itung-itung saya dapat uang tunggu," kata Lo.

3 dari 3 halaman

Jurus Serok Cuan di Pasar Modal Ala Lo Kheng Hong

Sebelumnya, investor kawakan, Lo Kheng Hong berbagi jurus jitu serok cuan lewat investasi di pasar modal. Pertama, Lo mengatakan yang paling diperhatikan adalah pengendali perusahaan.

Menurut Lo, perusahaan menarik dicermati ketika dikelola oleh manajemen yang bertanggung jawab. Lo menegaskan, dirinya tidak tertarik dengan perusahaan dengan manajemen yang tidak baik.

"Lihat siapa pengendali perusahaan. Siapa direksi dan komisaris. Apakah orang baik dan orang jujur. Kalau bukan orang baik dan jujur, orang yang suka ambil uang perusahaan untuk perkaya diri, saya tidak mau beli," kata Lo dalam Seminar Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2024, Kamis (7/11/2024).

Selain itu, Lo mempertimbangkan dari sisi bidang usaha. Alih-alih membaca prospek di masa mendatang, Lo lebih memilih emiten atau perusahaan yang sudah jelas laba besar. Menurut Lo, dalam investasi itu penting untuk memastikan tidak membeli kucing dalam karung.

"Saya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan rugi dan cuan kecil saya tidak mau beli. Saya hanya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan bukan hanya untung besar, tapi juga tumbuh. Nikmat sekali kalau punya perusahaan untung besar dan tiap tahun tambah besar untungnya. Seperti memiliki mesin pencetak uang," imbuh Lo.

Selanjutnya, Lo mencermati dari sisi valuasi. Asal tahu saja, Lo memiliki rumus bahwa price earning ratio (PER) maksimal 9x dan price to book ratio (PBV) maksimal 1x. Terakhir, adalah dividen. Pada tahun lalu, Lo mengantongi dividen Rp 1 miliar.

"Dapat dividen besar enak, seperti mendapatkan uang tunggu. Tahun lalu dapat dividen dari emiten-emiten yang saya miliki Rp 100 miliar. Lumayan (besar), enak. Itung-itung saya dapat uang tunggu," kata Lo.