Sukses

Alibaba Catat Pendapatan Rp 519,9 Triliun di Kuartal III 2024

Alibaba telah berfokus pada peningkatan pengalaman pengguna pada platform e-commerce China, yakni Taobao dan Tmall dan telah berinvestasi dalam program loyalitas 88VIP.

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa e-commerce ternama di China, Alibaba Group Holding melaporkan pendapatan sebesar 236,50 miliar yuan atau sekitar Rp 519,9 triliun pada kuartal ketiga yang berakhir pada 30 September.

Ini merupakan capaian yang tak sesuai dengan ekspektasi analis, karena ketidakpastian ekonomi yang terus-menerus melemahkan belanja konsumen di China yang membebani bisnis domestik grup e-commerce tersebut.

Menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG, rata-rata analis memperkirakan Alibaba akan mencatat pendapatan sebesar 240,17 miliar yuan.

Saham Alibaba yang terdaftar di AS juga turun 0,3% pada pembukaan.

Sementara itu, pendapatan dari divisi Cloud Intelligence Alibaba melonjak 7% menjadi 29,61 miliar yuan atau Rp 65 triliun, dengan pendapatan dari produk cloud publik tumbuh dalam dua digit dan pendapatan produk terkait AI menghasilkan pertumbuhan tiga digit.

"Peluang Gen AI ini adalah jenis peluang yang hanya datang setiap 20 tahun," kata Chief Executive Officer Alibaba, Eddie Wu, dikutip dari US News, Sabtu (16/11/2024). Pernyataan Edie Wu ini menyoroti investasi besar perusahaan di bidang tersebut.

Titik terang lainnya adalah pertumbuhan bisnis e-commerce internasional Alibaba, di mana pendapatan naik 29% menjadi 31,67 miliar yuan, berkat meningkatnya permintaan di seluruh dunia untuk barang-barang berharga murah dari China.

Alibaba telah berfokus pada peningkatan pengalaman pengguna pada platform e-commerce China, yakni Taobao dan Tmall dan telah berinvestasi dalam program loyalitas 88VIP, yang menawarkan promosi khusus kepada 46 juta anggotanya.

Dalam beberapa bulan terakhir, platform Alibaba juga mulai memungkinkan pengguna untuk membayar dengan WeChat Pay milik pesaingnya Tencent, sebuah langkah yang menurut para eksekutif kepada para analis dalam panggilan pasca-laba akan membantu menjangkau pelanggan baru.

2 dari 2 halaman

Konsumen China Kurangi Pengeluaran

Dilaporkan, konsumen di China telah mengurangi pengeluaran, terutama pada barang-barang yang tidak penting, karena negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu berjuang untuk meningkatkan kecepatan di tengah krisis sektor properti dan meningkatnya ketidakamanan pekerjaan bagi kaum muda.

Hal itu juga telah menekan penjualan ritel, yang berada di bawah tekanan bahkan ketika vendor besar seperti Alibaba dan JD.com membagikan promosi dan diskon. JD.com pada hari Kamis juga gagal memenuhi estimasi untuk pendapatan kuartalan.

"Secara tradisional Alibaba sangat dominan dalam pakaian olahraga dan kosmetik serta perawatan kulit, semua ini sifatnya sangat tidak penting. Saya pikir kategori-kategori ini terpengaruh," kata analis di M Science, Vinci Zhang.

Alibaba menghadapi persaingan ketat dari pengecer berbasis diskon seperti Pinduoduo milik PDD Holdings dan Douyin milik ByteDance, yang telah merayu pembeli yang sadar biaya dengan harga terendah untuk segala produk mulai dari headphone hingga pakaian.

Video Terkini