Sukses

Saham Pengembang Perangkat Lunak Palantir Naik 11% Usai Umumkan Mau Pindah ke Bursa Nasdaq

Palantir mentargetkan mulai berdagang di Nasdaq pada 26 November mendatang, dengan simbol "PLTR.

Liputan6.com, Jakarta - Saham Palantir melanjutkan tren positifnya pada perdagangan hari Jumat 15 November 2024. Saham ini melonjak 11% ke rekor tertinggi, setelah pengembang perangkat lunak itu mengumumkan rencana untuk memindahkan pencatatannya ke Nasdaq dari Bursa Efek New York.

Melansir CNBC International, Sabtu (16/11/2024) saham Palantir melonjak melewati USD 65,77 pada penutupan, mengangkat kapitalisasi pasarnya menjadi USD 150 miliar atau sekitar Rp.2,3 kuadriliun.

Saham tersebut kini naik lebih dari 45% sejak laporan laba Palantir yang lebih baik dari perkiraan pekan lalu, dan nilainya hampir empat kali lipat tahun ini.

Palantir sebelumnya mengatakan bahwa mereka mentargetkan mulai berdagang di Nasdaq pada 26 November mendatang, dengan simbol "PLTR."

Pada Senin lalu setelah pasar tutup, Palantir melaporkan laba dan pendapatan kuartal ketiga yang melampaui estimasi, dan mengeluarkan prakiraan kuartal keempat yang juga melampaui ekspektasi Wall Street.

CEO Palantir, Alex Karp menulis dalam rilis laba bahwa perusahaan "benar-benar melampaui kuartal ini," didorong oleh permintaan untuk teknologi Kecerdasan Buatan.

Pendapatan pemerintah AS meningkat 40% dari tahun sebelumnya menjadi $320 juta, sementara pendapatan komersial AS naik 54% menjadi $179 juta.

Pada bulan September 2024, S&P Global mengumumkan Palantir akan bergabung dengan indeks saham S&P 500.

Analis di Argus Research mengatakan reli tersebut telah mendorong saham terlalu tinggi mengingat proyeksi keuangan dan pertumbuhan saat ini.

Para analis kini masih memiliki peringkat beli jangka panjang untuk saham tersebut dan mengatakan dalam sebuah laporan pekan lalu bahwa perusahaan memiliki kuartal yang "luar biasa", tetapi mereka menurunkan rekomendasi 12 bulan mereka menjadi "tahan".

"Saham tersebut mungkin melampaui apa yang dapat didukung oleh fundamental perusahaan," tulis para analis.

 

2 dari 2 halaman

Bursa Saham Global Ambles Imbas The Fed Pelankan Laju Penurunan Suku Bunga

Indeks saham global mengalami penurunan mingguan terbesar dalam dua bulan, dan komentar dari pejabat Federal Reserve memberi sinyal laju penurunan suku bunga yang lebih lambat.

Seperti diketahui, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru menurunkan suku bunga karena pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pasar kerja yang solid, dan inflasi AS yang tetap di atas target 2 persen.

"Dalam 48 jam terakhir, kami mengalami beberapa perubahan yang cukup besar, tidak hanya dari pemilihan umum tetapi juga dari data ekonomi yang lebih baik dari yang diharapkan, dan Powell mengatakan tidak harus bersikap agresif dalam pemotongan suku bunga," kata Adam Rich, wakil kepala investasi untuk Vaughan Nelson, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (16/11/2024).

"Ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga telah turun secara material dan pasar juga menyesuaikan diri setelah reaksi yang cukup optimis terhadap pemilihan umum AS," jelas dia.

Di Wall Street, indeks Dow Jones Industrial Average turun 305,87 poin, atau 0,70 persen, menjadi 43.444,99, S&P 500 turun 78,55 poin atau 1,32 persen, menjadi 5.870,62 dan Nasdaq Composite turun 427,53 poin, atau 2,24 persen menjadi 18.680,12. 

Untuk pekan ini, S&P 500 sudah turun 2,08 persen, Nasdaq turun 3,15 persen, dan Dow turun 1,24 persen.

Pengukur saham MSCI di seluruh dunia juga merosot 8,53 poin, atau 1,00 persen menjadi 842,67. Indeks ini berada di jalur penurunan keempat berturut-turut dan persentase penurunan mingguan terbesar sejak awal September, sekitar 2,4 persen.

Di Eropa, indeks STOXX 600 juga ditutup turun 0,77 persen tetapi mencatat kenaikan mingguan kecil, yang pertama dalam empat pekan.

Video Terkini