Sukses

BFI Finance Sebut 2025 Jadi Tahun Menarik Bagi Industri Pembiayaan

BFI Finance menyebut 2025 menjadi tahun menarik bagi industri pembiayaan. Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono melihat hal ini sejalan dengan konsolidasi pemerintahan baru.

Liputan6.com, Jakarta BFI Finance menyebut 2025 menjadi tahun menarik bagi industri pembiayaan. Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono melihat hal ini sejalan dengan konsolidasi pemerintahan baru.

“Harapannya tentu akan ada gebrakan, akan ada insentif, akan ada program pemerintah yang bisa menstimulus kegiatan usaha, dan itu akan berdampak positif kepada industri pembiayaan secara umum,” kata Sudjono dalam acara Public Expose, Kamis (21/11/2024).

Sudjono menambahkan, perusahaan juga perlu mengantisipasi kondisi geopolitik global, misalnya trade war antara Amerika Serikat dan China. Menurutnya, hal ini dapat mengakibatkan demand yang menurun, kemudian berdampak kepada misalnya ekspor komoditas Indonesia dan sebagainya.

“Atau lanjutan perang dan sebagainya itu juga akan berdampak negatif. Tapi di luar itu, kami cukup optimis,” jelas Sudjono. 

Pada kesempatan yang sama, Direktur Bisnis dan Manajemen Aset BFI Finance, Sutadi menjelaskan perusahaan masih bisa menjaga pertumbuhan pembiayaan hingga akhir 2024 dengan overall pertumbuhan bisnis sebesar 5 persen. 

“Kalau kita lihat sampai kuartal 3, hasil sangat baik momentum pertumbuhan masih bisa kami maintain hingga akhir tahun. Semoga tidak ada hal yang mengejutkan sampai akhir tahun,” jelasnya. 

Dari sisi kinerja, sampai dengan kuartal III 2024 laba BFI Finance turun 5,21 persen menjadi Rp 1,11 triliun dari Rp 1,18 triliun pada September 2023. Penurunan laba sejalan dengan susutnya pendapatan. 

Hingga kuartal III 2024, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 4,71 triliun. Pendapatan itu turun 1,24 persen dibandingkan pendapatan pada September 2023 yang tercatat sebesar Rp 4,77 triliun. 

2 dari 3 halaman

Meski Laba Turun, BFI Finance Yakin Dividen Payout Ratio 50%

PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) masih optimis untuk membagikan dividen payout ratio hingga 50 persen pada tahun ini. Optimisme ini ditunjukkan perseroan di tengah penurunan laba perseroan hingga kuartal III 2024.

"Kami berupaya menjaga rasio pembagian dividen sekitar 50 persen di tahun buku 2024," kata Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono dalam Public Expose, Kamis (21/11/2024).

Sudjono menjelaskan penurunan laba dan pendapatan perseroan hingga kuartal III ini salah satunya disebabkan adanya pelemahan dari industri otomotif yang juga berdampak pada perusahaan pembiayaan. Tak hanya itu, perseroan juga telah memangkas karyawan dengan jumlah signifikan.

BFI Finance tercatat melakukan pemangkasan jumlah karyawan secara signifikan pada tahun ini. Merujuk laporan keuangan perseroan per akhir 2023, jumlah karyawan BFI Finance tercatat sebanyak 11.207 orang. Terdiri dari 6.236 karyawan tetap dan sebanyak 4.881 karyawan tidak tetap.

Sementara per 30 September 2024, jumlah karyawan susut menjadi 10.189 orang. Terdiri dari 5.838 karyawan tetap dan 4.351 karyawan tidak tetap. Artinya, ada pengurangan 1.018 karyawan sejak awal tahun hingga kuartal III 2024.

Dari sisi kinerja, sampai dengan kuartal III 2024 laba BFI Finance turun 5,21 persen menjadi Rp 1,11 triliun dari Rp 1,18 triliun pada September 2023. Penurunan laba sejalan dengan susutnya pendapatan.

Hingga kuartal III 2024, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 4,71 triliun. Pendapatan itu turun 1,24 persen dibandingkan pendapatan pada September 2023 yang tercatat sebesar Rp 4,77 triliun.

3 dari 3 halaman

Intip Profil BFI Finance

PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) merupakan perusahaan pembiayaan yang telah lama berdiri di Indonesia, sejak 1982 dengan nama PT Manufacturers Hanover Leasing Indonesia. 

Perusahaan itu merupakan perusahaan kongsi antara Manufacturers Hanover Leasing Corporation dari Amerika Serikat dan pemegang saham lokal. 

BFI Finance juga menjadi perusahaan pembiayaan pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, atau yang sekarang dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI). 

BFI Finance melakukan penawaran umum perdana pada Mei 1990 dengan kode saham BFIN. Perusahaan secara resmi berganti nama menjadi PT BFI Finance Indonesia Tbk pada 2001, setelah menjalankan proses restrukturisasi utang akibat krisis keuangan 1998. 

Saat ini, 48,15% saham BFI Finance dimiliki oleh konsorsium Trinugraha Capital & Co SCA yang antara lain terdiri dari Bravo Capital Holding yang dimiliki oleh Jerry Ng, Northstar Group, Garibaldi Thohir, dan investor pasif lainnya. Sisanya dimiliki oleh pemegang saham institusi lokal dan internasional serta pemegang saham publik.