Sukses

Wall Street Perkasa, Indeks Dow Jones Sentuh Rekor

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street kompak melesat pada Jumat, 22 November 2024. Indeks Dow Jones kembali sentuh rekor.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 22 November 2024. Indeks Dow Jones bahkan sentuh rekor baru jelang akhir pekan.

Mengutip CNBC, Sabtu (23/11/2024), indeks Dow Jones melambung 426,16 poin atau 0,97 persen ke posisi 44.296,51. Indeks Dow Jones ditutup ke level tertinggi sepanjang masa dan alami kenaikan dalam tiga hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 naik 0,35 persen menajdi 5.969,34, dan mencatat kenaikan dalam lima hari berturut-turut. Indeks Nasdaq naik 0,16 persen menjadi 19.003,65. Kenaikan indeks saham acuan itu dibatasi oleh penurunan saham Nvidia dan Alphabet masing-masing 3,2 persen dan 1,7 persen.

Selama sepekan, indeks Dow Jones melesat 2 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik sekitar 1,7 persen. Itu menandai perubahan dari pekan lalu saat reli wall street pascapemilu terhenti.

Pergerakan indeks saham pada Jumat pekan ini menandai kelanjutan tren di mana investor mengalihkan eksposur dari teknologi ke saham-saham di sektor pasar yang lebih sensitif secara ekonomi.

Hal itu dapat menjelaskan mengapa sektor industri dan konsumen discreationary memimpin kenaikan indeks S&P 500, sementara layanan komunikasi membukukan kinerja terburuk.

Sementara itu, teknologi alami kesulitan. Di sisi lain, bitcoin mendekati tonggak sejarah yang telah lama ditunggu-tunggu mencapai USD 100.000.

Saham kapitalisasi kecil juga menunjukkan kekuatan pekan ini. Indeks Russell 2000 naik 1,8 persen pada sesi Jumat dan melonjak 4,5 persen dalam sepekan.

"Investor beralih dari saham-saham berkapitalisasi besar sebelumnya seperti layanan komunikasi dan teknologi dan beralih ke sektor siklus lain seperti konsumen diskresioner, industri dan keuangan, serta saham kapitalisasi menengah dan kecil,” ujar Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall.

“Pendorongnya terus menjadi reli akhir tahun di mana semua ukuran, gaya dan sektor dalam S&P 500 alami kenaikan harga,” ia menambahkan.

 

 

 

 

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 22 November 2024

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada Jumat, 22 November 2024. Penguatan bursa saham Asia Pasifik mengikuti reli wall street. Di wall street, indeks S&P 500 catat kenaikan selama empat hari berturut-turut.

Mengutip CNBC, indeks Hang Seng ditutup turun 2,2 persen. Sedangkan indeks CSI 300 melemah menjadi 3,1 persen hingga ditutup ke posisi 3.865,7.

Head of China Equity Strategy Macquarie Capital, Eugene Hsiao menuturkan, investor mungkin mengambil pendekatan menunggu dan melihat sambil menunggu kejelasan mengenai tarif Amerika Serikat-China. Ia menilai, pengumuman stimulus tambahan dari Beijing mungkin tidak akan datang hingga pertemuan parlemen berikutnya pada Maret.

Investor di Asia juga menilai data indeks harga konsumen Jepang pada Oktober. Inflasi inti tidak termasuk harga makanan segar yang bergejolak naik 2,3 persen dari tahun lalu, sedikit di atas perkiraan 2,2 persen, menurut analis yang disurvei oleh Reuters. Angka tersebut lebih dingin dari 2,4 persen pada bulan sebelumnya.

Consumer Price Index (CPI) secara keseluruhan mencapai 2,3 persen dibandingkan 2,5 persen pada September. Indeks Nikkei 225 di Jepang melonjak 0,68 persen hingga ditutup ke posisi 38.283,85. Indeks Topix menguat 0,51 persen ke posisi 2.696,53.

Indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,83 persen menjadi 2.501,24. Indeks Kosdaq turun 0,54 persen ke posisi 677,01.

Di sisi lain, Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura pada kuartal ketiga naik 5,4 persen dari tahun lalu, jauh melampaui revisi 3 persen pada kuartal sebelumnya. Berdasarkan data QoQ, ekonomi tumbuh 3,2 persen, naik dari 0,5 persen pada kuartal kedua, menurut Kementerian Perdagangan dan Industri. Singapura juga menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menajdi 3,5 persen dari 2-3 persen.

3 dari 4 halaman

Wall Street Terbakar, Dow Jones Ditutup Anjlok 300 Poin

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street anjlok pada penutupan perdagangan hari Jumat dan gagal melanjutkan reli panjang pascapemilu. Selain itu, anjloknya Wall Street ini juga karena kekhawatiran investor akan arah suku bunga.

Mengutip CNBC, Sabtu (16/11/2024), indeks saham acuan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 305,87 poin atau 0,70% dan ditutup pada 43.444,99. Indeks S&P 500 turun 1,32% dan ditutup pada 5.870,62. Sementara indeks Nasdaq Composite turun 2,24% menjadi 18.680,12.

Penurunan saham farmasi membebani Dow Jones dan &P 500 dengan saham Amgenturun sekitar 4,2% dan Moderna turun 7,3%.

Penurunan saham perusahaan-perusahaan farmasi ini terjadi usai Presiden terpilih Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa ia berencana untuk mencalonkan sosok yang skeptis terhadap vaksin yaitu Robert F Kennedy Jr untuk memimpin Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.

ETF SPDR S&P Biotech (XBI) juga anjlok lebih dari 5% dan mencatat minggu terburuk sejak 2020.

Saham Teknologi

Sektor teknologi informasi S&P 500 merupakan sektor dengan kinerja terburuk di pasar, turun lebih dari 2%, karena Nvidia, Meta Platforms, Alphabet, dan Microsoft anjlok.

Tesla merupakan pengecualian langka di antara rekan-rekannya di "Magnificent Seven", karena saham raksasa kendaraan listrik dan yang disebut "Trump Trade" naik 3%.

"Meskipun kami pikir latar belakang makro masih menjadi pertanda baik bagi aset berisiko, dalam waktu dekat kita harus mengharapkan beberapa volatilitas mikro, terutama di sekitar potensi pergeseran kebijakan di bawah pemerintahan baru," kata analis BlackRock, Kristy Akullian.

"Kami memperkirakan pasar saham AS akan terus bergerak naik, tetapi jangan berharap kenaikan itu terjadi dalam garis lurus." tambah dia.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Kata Petinggi The Fed

Pelaku pasar juga bergulat dengan komentar terbaru dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang mengatakan pada hari Kamis bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga.

Ia mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat akan memungkinkan para pembuat kebijakan untuk mengambil waktu saat mereka memutuskan sejauh mana mereka menurunkan suku bunga.

Presiden Fed Boston Susan Collins membawa sentimen hati-hati lebih jauh, mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa pemangkasan suku bunga bulan depan bukanlah suatu kepastian.

Data penjualan ritel Oktober pada hari Jumat menunjukkan peningkatan sebesar 0,4%, sedikit lebih baik dari perkiraan 0,3% dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Temuan itu mengikuti laporan inflasi konsumen Oktober yang sejalan dengan proyeksi para ekonom.