Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bergerak variasi pada perdagangan Rabu, (27/11/2024) menyusul kenaikan di wall street. Hal ini seiring indeks S&P 500 dan Dow Jones mencapai rekor intraday.
Mengutip CNBC, laba industri di China turun 10 persen pada Oktober dari tahun lalu, data menunjukkan pada Rabu pekan ini. Hal ini sebagai tanda lain kalau langkah-langkah stimulus terbaru Beijing belum membalikkan laba perusahaan yang melemah.
Baca Juga
Pelaku pasar di Asia juga menilai data inflasi dari Australia. Indeks harga konsumen bulanan naik 2,1 persen pada Oktober year on year (YoY), meleset dari 2,3 persen yang diperkirakan ekonom yang disurvei Reuters.
Advertisement
Angka itu sejalan dengan kenaikan pada September, dan turun signifikan dari 5,6 persen yang tercatat pada September 2023.
Indeks Hang Seng di Hong Kong naik 2,45 persen pada jam terakhir perdagangan. Indeks CSI 300 di China menguat 1,74 persen ke posisi 3.907,04. Indeks ASX 200 di Australia bertambah 0,57 persen ke posisi 8.406,7.
Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 0,8 persen ke posisi 38.134,97. Indeks Topix terpangkas 0,9 persen ke posisi 2.665,34. Indeks Kospi di Korea Selatan terpangkas 0,69 persen ke posisi 2.503,06. Indeks Kosdaq turun 0,17 persen ke posisi 692.
Di wall street, pada perdagangan saham Selasa, 26 November 2024, indeks Dow Jones naik 123,74 poin atau 0,28 persen ke posisi 44.860,31. Indeks S&P 500 menguat 0,57 persen ke posisi 6.021,63. Indeks Nasdaq melambung 0,63 persen ke posisi 18.174,30.
Kinerja saham yang kuat terjadi setelah Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyerukan tarif 25 persen untuk produk dari Meksiko dan Kanada, serta pungutan tambahan 10 persen untuk barang-barang China.
Donald Trump mengatakan akan mengenakan tarif hingga 20 persen untuk impor, dan bea tambahan setidaknya 60 persen untuk produk dari China.
Kepada CNBC, seorang analis pasar yang berbicara kepada CNBC, pelaku pasar tampaknya mengabaikan pengumuman Donald Trump karena mereka prediksi pajak itu tidak akan benar-benar terwujud, atau sudah diperhitungkan oleh pelaku pasar.
Kinerja IHSG pada 18-22 November 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan 18-22 November 2024. Penguatan IHSG didorong sentimen nilai tukar rupiah dan harga komoditas.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (23/11/2024), IHSG ditutup naik 0,48 persen ke posisi 7.195,56. Pada pekan lalu, IHSG ditutup turun 1,7 persen di posisi 7.161,25.
Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa terpangkas 0,08 persen menjadi Rp 12.053 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 12.063 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi juga merosot 13,80 persen menjadi 1,10 juta kali transaksi dari 1,28 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Sementara itu, selama sepekan rata-rata nilai transaksi harian bursa anjlok 19,17 persen menjadi Rp 9,93 triliun dari Rp 12,28 triliun pada pekan sebelumnya.
Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa selama sepekan susut 37,82 persen menjadi 19,89 miliar saham dari 31,99 miliar saham pada pekan lalu.
Investor asing menjual saham Rp 353,68 miliar pada Jumat, 22 November 2024. Namun,selama sepekan pada 18-22 November 2024, investor asing jual saham Rp 3,65 triliun. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 25,46 triliun.
Advertisement
Apa Saja Sentimen IHSG?
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan IHSG menguat didorong sejumlah hal. Pertama, pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Dolar AS masih menguat terhadap rupiah seiring sikap hawkish the Federal Reserve atau the Fed yang akan tetap pertahankan suku bunga acuan 4,75 persen mengingat kondisi ekonomi AS yang masih baik.
"Kedua, pergerakan harga komoditas dunia, khususnya emas dan minyak yang mengalami penguatan setelah memanasnya kembali konflik Rusia dengan Ukraina,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ketiga, rilis suku bunga China dan Indonesia yang masih mempertahankan di levelnya masing-masing (China 3,1% dan 3,6%, Indonesia 6%).
Untuk sepekan ke depan, Herditya mengatakan, pihaknya perkirakan IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya dengan area support di 7.118 dan resistance di 7.287.
"Adapun diperkirakan yang mempengaruhi IHSG antara lain Rilis data makro AS, di mana akan ada data PCE dan personal income,” kata dia.
Kemudian, Investor diperkirakan mencermati kembali Rusia dan Ukraina yang kembali memanas, di mana akan mengakibatkan pergerakan pada harga komoditas dunia.