Sukses

Selain AS, Investor Cermati Stimulus China demi Genjot Pemulihan

Selain menanti kebijakan Presiden Terpilih AS Donald Trump, pelaku pasar juga mencermati stimulus ekonomi China. Stimulus China diharapkan berdampak positif termasuk ke Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar global akan tetap menunggu dan melihat penerapan kebijakan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Presiden Terpilih AS Donald Trump.

Pada pekan ini, berita utama yang menggerakkan imbal hasil obligasi AS datang dari pencalonan Scott Bessent oleh Donald Trump untuk menjadi menteri keuangan AS berikutnya. Hal ini karena pasar berharap Scott Bessent dapat membantu menstabilkan dan mendukung ekonomi AS.

Mengutip riset Ashmore Asset Management Indonesia, imbal hasil obligasi AS telah terkoreksi dari level tertinggi baru-baru ini dengan tenor 10 tahun turun 28 basis poin (bps) menjadi 4,2 persen dan tenor dua tahun susut 18 bps menjadi 4,19 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS juga terkoreksi sekitar 105,9 dibandingkan posisi puncaknya di 107,7. Namun, ini adalah level lebih tinggi dibandingkan dengan level yang terlihat pada akhir September di 100,4. Ashmore melihat ada potensi koreksi dalam jangka pendek seiring indeks dolar AS telah menguat dengan cepat dalam dua bulan terakhir.

"Selisih imbal hasil treasury AS antara tenor 10 tahun dan 2 tahun sekali lagi menyempit dan menghasilkan kurva treasury yang datar,” demikian seperti dikutip.

Selain itu, Ashmore juga melihat data inflasi inti personal consumption expenditure (PCE) yang menunjukkan peningkatan harga yang berkelanjutan. Inflasi inti PCE tahunan berada pada posisi 2,8 persen.

“Namun, hal ini tidak terlalu mengejutkan bagi pasar dan ekspektasi pemotongan suku bunga yang akan datang tetap relatif stabil. Khususnya, probabilitas pemotongan suku bunga Desember telah meningkat dibandingkan minggu sebelumnya dari 53 persen menjadi 66 persen,” demikian seperti dikutip.

Ashmore menuturkan, terlepas dari itu, the Fed akan fokus melihat data untuk memutuskan kebijakan suku bunga dan akan perhitungkan data tenaga kerja dan inflasi pada Desember.

 

 

 

2 dari 3 halaman

Perhatian ke China

Selain itu, investor juga mengalihkan perhatian kembali ke China. Hal ini seiring harapan lebih banyak stimulus akan diumumkan dalam pertemuan kebijakan mendatang seiring pasar berharap lebih banyak dukungan untuk melawan hambatan dari tarif impor Donald Trump.

"Spekulasi itu telah memicu reli saham di China di mana indeks utama alami kenaikan 1,3 persen-1,8 persen pekan ini,” kata dia.

Sementara itu, Bank Sentral China (PBOC) melakukan reverse repo senilai 800 miliar yuan pada November, sebagai bagian dari langkah untuk mendukung likuiditas di pasar. Gubernur Bank Sentral China Pan mengindikasikan pemotongan persyaratan lebih lanjut untuk meningkatkan likuiditas.

“Namun, masalah yang bebani China tetap ada termasuk deflasi yang terus berlanjut di samping potensi perang dagang dan tarif dari AS. Meskipun belum ada kepastian tentang China saat ini, kami percaya skenario pemulihan China akan memiliki efek positif ke Indonesia karena mitra dagang yang besar,”

 

 

3 dari 3 halaman

Menanti Kebijakan Donald Trump

Ashmore melihat ada rotasi dana ke China yang kemungkinan dari arus keluar dari kawasan yang mengalami arus masuk yang kuat, termasuk kawasan Eropa yang catat transaksi USD 360 miliar dalam 12 bulan terakhir.

"Tren keseluruhan pasar global tetap menunggu dan melihat implementasi kebijakan AS yang akan datang,”.

Selain itu, posisi kas perusahaan investasi milik miliarder Warren Buffett yakni Berkshire Hathaway yang jumbo juga jadi perhatian. Buffett menyiratkan tidak melihat banyak peluang pembelian di AS bersama dengan euforia yang terus berlanjut di pasar AS menjadi pertanyaan sinyal pembalikan.

“Hanya waktu yang dapat menjawabnya, tetapi faktanya pasar AS telah mengalami pertumbuhan signifikan dan tetap mahal secara historis,”

Ashmore tetap merekomendasikan untuk mempertahankan diversifikasi dan mengingatkan risiko penurunan terbatas, seiring saham dan obligasi Indonesia tetap menunjukkan potensi pertumbuhan dan secara historis murah.

Video Terkini