Sukses

Bursa Saham Asia Menguat Jelang Rilis Data Ekonomi

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Senin, 2 Desember 2024. Hal ini di tengah penantian data ekonomi di Australia dan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Senin (2/12/2024). Penguatan bursa saham Asia Pasifik ini terjadi di tengah rilis data ekonomi. Selain itu, investor juga menanti rilis data dari Jepang, Korea Selatan dan China, serta negara lainnya.

Mengutip CNBC, selama akhir pekan, China merilis pembacaan indeks manajer pembelian untuk November. Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur mencapai 50,3 yang merupakan level tertinggi sejak April. Data PMI manufaktur ini mengalahkan prediksi ekonom yang disurvei oleh Reuters yang mencapai 50,2. Adapun PMI manufaktur pada Oktober mencapai 50,1.

PMI nonmanufaktur China turun ke posisi 50 dari 50,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, PMI komposit tetap stabil di 50,8. Pembacaan yang lebih tinggi dari 50 menunjukkan ekspansi dalam aktivitas, sementara di bawah itu menunjukkan kontraksi.

Pada Senin, pembacaan PMI manufaktur dari S&P Global akan dirilis untuk ekonomi di seluruh Asia, termasuk survei PMI Caixin untuk China. Australia akan mengumumkan penjualan ritel untuk kuartal IV, sedangkan Indonesia akan merilis inflasi pada November.

Indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,51 persen dan indeks Kosdaq menguat 0,36 persen. Selama akhir pekan, data perdagangan awal Korea Selatan mengungkapkan ekspor tumbuh pada laju paling lambat sejak September 2023.

Ekspor tumbuh 1,4 persen year on year (YoY) pada November, meleset dari harapan pertumbuhan 2,8 persen dari ekonom yang disurvei oleh Reuters dan penurunan tajam dari kenaikan 4,6 persen pada Oktober.

Indeks ASX 200 di Australia naik 0,23 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepanh turun 0,49 persen, sedangkan indeks Topix menguat 0,24 persen.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 19.642, menunjukkan pembyukaan lebih kuat dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di 19.423,61.

 

2 dari 4 halaman

Wall Street Pekan Lalu

Pada Jumat, 28 November 2024, di wall street, indeks Dow Jones dan indeks S&P 500 naik ke posisi tertinggi dan mencapai rekor bulanan terbaik pada Oktober 2024.

Indeks S&P 500 naik 0,56 persen, dan indeks Nasdaq melompat 0,83 persen. Indeks Dow Jones bertambah 188,59 poin atau 0,42 persen. Baik indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat posisi tertinggi baru di intraday.

Sebagian momentum kenaikan berasal dari saham chip yang melonjak setelah Bloomberg melaporkan pemerintahan AS Joe Biden sedang mempertimbangkan hambatan tambahan untuk penjualan peralatan semikonduktor ke China yang tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya. Saham Lam Research naik lebih dari 3 persen. Saham Nvidia melonjak lebih dari 2 persen.

3 dari 4 halaman

IHSG Merosot ke 7.114, Investor Asing Kembali Jual Saham Rp 3,8 Triliun

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 25-29 November 2024. Sektor saham energi dan basic materials membebani IHSG pada pekan ini.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (30/11/2024), IHSG merosot 1,13 persen ke posisi 7.114,2. Pada pekan lalu, IHSG naik 0,48 persen ke posisi 7.195,56. Kapitalisasi pasar terpangkas 0,43 persen menjadi Rp 12.000 triliun dari pekan lalu Rp 12.053 triliun.

Investor asing melepas saham Rp 3,89 triliun pada pekan ini. Jumlah ini lebih besar dari pekan lalu Rp 3,65 triliun. Sepanjang 2024, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 21,56 triliun.

Selama sepekan ini, rata-rata nilai transaksi harian bursa meningkat 35,53 persen menjadi Rp 13,45 triliun dari Rp 9,93 triliun pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian bursa melonjak 31,23 persen menjadi 26,10 miliar saham dari 19,89 miliar saham pada pekan sebelumnya. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa naik 3,27 persen menjadi 1,14 juta kali transaksi dari 1,1 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Sektor saham cenderung beragam pekan ini. Sektor saham energi turun 4,41 persen dan pimpin koreksi. Kemudian sektor saham teknologi susut 3,54 persen, sektor saham basic materials terpangkas 2,62 persen. Lalu sektor saham infrastruktur merosot 1,09 persen, sektor saham transportasi susut 1,01 persen.

Sementara itu, sektor saham industri naik 0,40 persen, sektor saham consumer nonsiklikal bertambah 0,65 persen, sektor saham consumer siklikal melejit 0,86 persen. Lalu sektor saham perawatan kesehatan melonjak 2,02 persen, sektor saham keuangan nak 0,16 persen dan sektor saham properti melambung 0,96 persen.

4 dari 4 halaman

Sentimen IHSG

Mengutip riset Ashmore Asset Management Indonesia, pada pekan ini, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) alami reli 9,9 persen, berbalik dari penurunan pekan lalu seiring cuaca buruk akibatkan imbal hasil yang lebih buruk.

Sementara itu, bursa saham China mengali reli dengan indeks Shanghai naik 1,81 persen dan CSI 300 bertambah 1,32 persen. Hal ini seiring pelaku pasar berharap lebih banyak stimulus akan segera diumumkan.

Sementara itu, bitcoin alami koreksi 3,29 persen pada pekan ini, berbalik dari reli yang kuat. Batu bara susut 3,23 persen, minyak mentah melemah 3,11 persen. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kemungkinan penyelesaian konflik di Timur Tengah.

"Minggu ini, kita melihat pengukur inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed-red) mempertahankan tingkat bulanan yang sama dengan inflasi inti PCE bulanan sebesar 0,3 persen seperti yang diharapkan,"

Sementara itu, tingkat inflasi PCE tahunan mengalami kenaikan yang moderat. Di sisi lain, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) triwulanan melambat seperti yang diharapkan tetapi tetap tangguh.

"Di Jerman, kita melihat sentimen negative yang berkelanjutan dari sisi bisnis dan konsumen karena kekhawatiran terhadap pemerintah mereka selain tarif Trump,”

Tingkat inflasi tahunan mereka naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya tetapi lebih rendah dari yang diharapkan. Jepang melihat peningkatan keyakinan konsumen seperti yang diharapkan, tetapi tingkat pengangguran mengalami kenaikan seiring dengan pertumbuhan penjualan ritel yang lebih rendah dari yang diharapkan.

Keuntungan industri Tiongkok tahun ini lebih lemah dari yang diharapkan dan tetap mengalami kontraksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara itu, Indonesia mengalami pertumbuhan harga properti paling lambat sejak kuartal keempat 2021, selain pertumbuhan pasokan uang yang lebih rendah.

Video Terkini