Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) telah tercatat dan resmi diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 5 Desember 2024 kemarin. Sebelumnya, AADI telah menuntaskan proses Penawaran Umum Perdana Sahamnya atau Initial Public Offering (IPO) dengan melepas sejumlah 778.689.200 saham.
Besaran saham yang ditawarkan itu mewakili sebesar-besarnya 10% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan. Dalam proses IPO, perseroan berhasil mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubscribed 4,968,291,200 lembar atau setara rasio 7,38 kali.
Baca Juga
Di tengah ramainya pembicaraan mengenai peluang trading jangka pendek dari IPO AADI, Tim Riset Stockbit Sekuritas menilai investor juga dapat mempertimbangkan faktor fundamental untuk berinvestasi di AADI dalam jangka panjang, terutama dari aspek dividend yield.
Advertisement
Diperkirakan, laba bersih AADI pada 2025 akan turun ke level 934 juta dolar AS (-27,5% YoY) seiring hilangnya one–off gain dari penjualan anak usaha, dengan core profit hanya turun -3,2% YoY.
"Namun, mengingat valuasi IPO–nya yang rendah (2,9x P/E FY25F), kami melihat AADI memiliki potensi upside yang cukup tinggi dengan peluang re–rating ke 5x P/E FY25F (9.650 rupiah per saham, +74% dari harga IPO)," mengutip ulasan riset Stockbit Sekuritas, Jumat (6/12/2024).
Valuasi AADI di 5x P/E dianggap sebagai valuasi yang wajar dan konservatif karena lebih rendah dari rata–rata P/E historis 5 tahun milik perusahaan induknya, Alamtri Resources Indonesia (ADRO), di level 6,9x P/E. Valuasi tersebut juga berada di antara Bukit Asam (PTBA) di 7,3x P/E pada 2025 dan Indo Tambangraya Megah (ITMG) di 4,8x P/E untuk full year 2025.
"Jika AADI dapat re–rating ke rata–rata P/E historis 5 tahun ADRO (6,9x) dan menjadi mirip dengan valuasi PTBA di ~7x PE, hal tersebut mengimplikasikan harga 13.525 rupiah per saham (+144% dari harga IPO)," tulis riset tersebut.
Prospek Dividen AADI
Selain outlook harga batu bara yang diekspektasikan tidak akan turun signifikan, Stockbit Sekuritas melihat potensi AADI untuk re–rating juga akan didorong oleh prospek dividen tahun buku 2025, yang diperkirakan dapat mencapai Rp 966 per saham. Jumlah tersebut mengindikasikan dividend yield sebesar 17% berdasarkan harga saham AADI saat IPO (5.550 rupiah per saham).
Besaran dividen tersebut mengasumsikan dividend payout ratio (DPR) sebesar 50%, yang merupakan rata–rata DPR ADRO dalam 3 tahun terakhir. Dividend yield tersebut lebih tinggi dibandingkan perusahaan batu bara besar lain, seperti ITMG dan PTBA.
"Meski manajemen mengatakan dalam prospektus bahwa mereka berencana untuk membagikan dividen dengan DPR hingga 45%, kami menilai asumsi DPR sebesar 50% tidak tergolong agresif mengingat perseroan belum memiliki rencana capex yang besar dalam waktu dekat," ulas Stockbit.
Dengan DPR 50% dan level laba bersih tahunan yang dihasilkan perseroan, AADI dinilai masih memiliki dana yang memadai jika sewaktu-waktu memutuskan untuk mengembangkan 2 tambang batu bara mereka, yakni Pari Coal dan Ratah Coal.
Advertisement
Peluang Investasi Fundamental
Harga rata–rata batu bara Newcastle sebesar USD 135 per ton pada 2024 dan USD 130 per ton pada 2025, mencerminkan normalisasi dari level saat ini di USD 134,8 per ton. Volume penjualan sebesar 63 juta ton pada 2024 (-0,6% YoY) dan 64 juta ton pada 2025 (+1,6% YoY).
Cash costs sebesar USD 56,2 per ton pada 2024 (-12% YoY) dan 57,8 dolar AS per ton pada 2025 (+2,9% YoY). Pendapatan non–operasional menurun signifikan pada 2025 (-89,4% YoY) seiring hilangnya one–off gain dari pelepasan aset investasi.
"Meski sepertinya ada banyak investor yang membeli AADI berdasarkan peluang trading jangka pendek, kami melihat AADI bisa menjadi peluang investasi fundamental yang baik, terutama dengan outlook batu bara yang relatif stabil serta dividend yield signifikan yang rutin," tulis Stockbit.