Sukses

Laba Emiten Bank Besar Kompak Naik hingga Oktober 2024, Bagaimana Rekomendasinya?

Analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi prediksi pertumbuhan pinjaman sebesar 11-13% pada 2025.

Liputan6.com, Jakarta - Emiten bank besar telah mengumumkan kinerja solid selama sepuluh bulan 2024. Pada periode tersebut, Bank Central Asia Tbk (BBCA) memimpin dari sisi pertumbuhan laba 14,9% yoy menjadi Rp Rp 46,2 triliun per Oktober 2024.

Disusul Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang mencatatkan laba bersih bank-only sebesar Rp 43,1 triliun hingga Oktober 2024, meningkat 6,3% YoY. Lalu Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih bank-only sebesar Rp 45,7 triliun selama, meningkat 5,3% YoY.

Terakhir, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatat laba bersih bank-only sebesar Rp 18,1 triliun hingga Oktober 2024, atau tumbuh 4,3% YoY.

Potensi penurunan suku bunga dan persyaratan giro wajib minimum yang lebih rendah dari Bank Indonesia (BI) diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan mengurangi Cost of Fund (CoF), yang mendukung pertumbuhan Net Interest Margin (NIM). Cost of Credit (CoC) kemungkinan akan tetap stabil pada tahun 2025 karena bank-bank telah beroperasi pada tingkat biaya kredit yang sangat efisien.

"Kami memperkirakan pertumbuhan pinjaman sebesar 11-13% pada tahun 2025, dibandingkan dengan 10-12% pada tahun 2024, yang terutama didorong oleh pinjaman UMKM, karena belanja fiskal mengalihkan fokus ke pertumbuhan dan konsumsi rumah tangga," ulas analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi, Jumat (6/12/2024).

Saat ini, Samuel Sekuritas terus mendukung bank dengan kualitas aset yang lebih tinggi, karena mereka akan terus membukukan pertumbuhan pinjaman yang lebih tinggi dari aset berimbal hasil tinggi.

Selain itu, emiten bank-bank ini akan mempertahankan CoC yang rendah dalam lingkungan saat ini. Beberapa saham pilihan pada sektor ini, antara lain BMRI (BELI, TP IDR 8.500) dan BBCA (BELI, TP IDR 12.500).

"Risiko yang kami perkirakan, adanya pertumbuhan pinjaman yang lebih lambat dari yang diharapkan di tengah ekspansi PDB yang lamban. CoC yang lebih tinggi karena kualitas aset yang memburuk dan, dan penundaan pemotongan suku bunga," tulis Prasetya.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 3 halaman

Rapor Kinerja Keuangan Emiten Bank Besar hingga Kuartal III 2024, Siapa Juara?

Sebelumnya, bank-bank besar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan kinerja keuangan periode sembilan bulan ini yang berakhir pada 30 September 2024.

Bank-bank besar tersebut antara lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Dari sisi laba, BCA memimpin. Hingga september 2024, BCA dan entitas anak membukukan laba bersih Rp 41,1 triliun atau tumbuh 12,8% yoy. Disusul Bank Mandiri yang sukses membukukan laba bersih Rp 42 triliun pada kuartal III 2024, atau tumbuh 7,56% yoy.

Selanjutnya, BNI yang mencatatkan laba bersih Rp 16,3 triliun untuk periode sembilan bulan 2024, atau naik 3,52% yoy. Di posisi terakhir, ada BRI dengan pertumbuhan laba 2,6% yoy menjadi Rp 45,36 triliun per September 2024.

Kredit

Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan paling tinggi dicatatkan oleh Bank Mandiri sebesar 20,8% menjadi Rp 1.590 triliun per September 2024. Kemudian penyaluran kredit emiten bank BCA mencapai Rp 877 triliun atau tumbuh sebesar 14,5% yoy per September 2024.

Selanjutnya penyaluran kredit BNI naik 9,5% yoy menjadi Rp 735 triliun per September 2024. Pertumbuhan paling rendah dicatatkan BRI, yakni sebesar 8,21% yoy menjadi Rp 1.353,36 triliun per September 2024.

Selanjutnya penyaluran kredit BNI naik 9,5% yoy menjadi Rp 735 triliun per September 2024. Pertumbuhan paling rendah dicatatkan BRI, yakni sebesar 8,21% yoy menjadi Rp 1.353,36 triliun per September 2024.

 

3 dari 3 halaman

DPK Bank

Dari sisi pendanaan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tertinggi dicatatkan oleh Bank Mandiri. Pertumbuhan DPK Bank Mandiri secara konsolidasi yang tumbuh sebesar 14,9% yoy menjadi Rp 1.667,5 triliun pada kuartal III 2024.

Peningkatan DPK tersebut antara lain ditopang oleh pertumbuhan dana giro yang meningkat 17,8 persen YoY menjadi Rp 596 triliun, dan tabungan yang melesat 12,6 persen YoY menjadi Rp 635 triliun BRI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp 1.362,42 triliun atau tumbuh 5,59% yoy.

Komposisi dana murah (CASA) masih mendominasi DPK BRI dengan porsi mencapai 64,17% atau meningkat dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 63,64%.

BCA mencatat total DPK mencapai Rp 1.125 triliun atau naik 3,4 persen secara tahunan. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 82 persen dari total DPK, tumbuh 5,2 persen mencapai Rp 915 triliun.

Terakhir, BNI menggalang dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp769,74 triliun per September 2024, naik 2,96% yoy. DPK perusahaan ditopang oleh nasabah ritel, sehingga meningkatkan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).

 

Â