Sukses

Pantang Gundah, Investor Wajib Simak Jurus Cuan di Tengah Ketidakpastian

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) diprediksi pangkas suku bunga pada akhir Desember 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Ketidakpastian dari global saat ini masih beragam, mulai dari ekonomi global yang diperkirakan masih akan stagnan, bahkan berpotensi melambat, tensi geopolitik yang meningkat, ketidakpastian kebijakan ekonomi, termasuk kebijakan bank sentral, dan perubahan iklim.

Beragam ketidakpastian dapat menjadi tekanan bagi pasar keuangan, baik global maupun domestik serta menghadirkan tantangan yang kompleks bagi investor.  

"Dalam setiap tantangan akan selalu ada peluang yang dapat dioptimalkan. Oleh karena itu, strategi yang tepat sangat diperlukan untuk dapat memanfaatkan momentum yang unik seperti saat ini, yakni era suku bunga yang relatif masih tinggi,” hal ini dikatakan oleh Arfian Prasetya Aji, Ekonom KISI Asset Management, dalam keterangan resmi, Sabtu (7/12/2024).

Arfian menambahkan, apabila menerka arah kebijakan suku bunga The Fed, kunci utama adalah keseimbangan antara pasar tenaga kerja dan inflasi. Berdasarkan data inflasi AS terkini, PCE Inflation kembali meningkat sejalan dengan ekspektasi market, yakni sebesar 2,3% yoy, dari sebelumnya 2,1% yoy.

Sementara pasar tenaga kerja, terlihat masih menunjukkan kinerja yang solid, yang tercermin dari Initial Jobless Claims yang lebih rendah dari perkiraan, yakni sebesar 213 ribu.

"Dengan demikian, kami melihat bahwa data-data tersebut dapat menjadi alasan kuat bagi The Fed untuk lebih perlahan dalam memangkas suku bunganya, terutama di tahun depan. Hingga akhir tahun ini, kami melihat akan adanya peluang pemangkasan kembali suku bunga The Fed sebesar 25 bps," kata dia.

Adapun untuk prospek tahun depan, kemungkinan besar The Fed hanya akan memangkas suku bunganya sebesar 50 bps, terlebih setelah terpilihnya presiden Donald Trump dengan berbagai potensi kebijakan ekonomi baru yang diusungnya seperti pemotongan pajak, peningkatan tarif impor, dan pembatasan imigrasi.

 

2 dari 3 halaman

Arah Penentuan Suku Bunga

Kebijakan ini mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi, yang pada akhirnya akan memengaruhi arah penentuan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

Bagi Indonesia, perubahan kebijakan suku bunga The Fed dapat berdampak terhadap aliran modal dan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, Arfian melihat ruang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia ditahun depan juga akan lebih terbatas.

Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih lambat, kupon-kupon yang akan diterbitkan oleh korporasi akan relatif tetap tinggi. Dengan demikian, Arfian melihat peluang untuk berinvestasi pada instrumen obligasi korpoasi merupakan momentum yang tepat untuk saat ini karena ke depannya obligasi korporasi tidak akan memiliki kupon setinggi sekarang.

"Kami memiliki produk reksa dana yang sebagian besar, 85%, alokasi portofolio berisikan obligasi korporasi, yakni KISI Fixed Income Fund Plus. Secara performa, dalam 6 bulan terakhir berhasil mencatatkan imbal hasil bersih sebesar 3,88%. Selain itu, produk ini juga mencatatkan performa stabil di tengah berbagai gejolak yang terjadi pada sepanjang tahun ini," tutup Arfian. 

3 dari 3 halaman

Kinerja IHSG Sepekan

Pada sepekan terakhir atau selama periode 2—6 Desember 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 3,77% menjadi berada pada level 7.382,785 dari 7.114,266 pada pekan lalu.

Pada periode yang sama, rata-rata nilai transaksi harian Bursa mengalami perubahan sebesar 20,30% menjadi Rp 10,72 triliun dari Rp 13,45 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian Bursa sepekan mengalami perubahan sebesar 30,19% menjadi 18,22 miliar lembar saham dari 26,10 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.

Sementara, rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa mengalami kenaikan sebesar 8,66% menjadi 1,24 juta kali transaksi dari 1,14 juta kali transaksi pada pekan lalu. Kenaikan diikuti oleh kapitalisasi pasar Bursa, yaitu sebesar 5,60% menjadi Rp 12.673 triliun dari Rp 12.000 triliun pada sepekan sebelumnya.

Investor asing per Jumat, 6 Desember 2024 mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp 170,35 miliar dan investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 22,63 triliun sepanjang 2024.

 

Video Terkini