Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak pada 2-6 Desember 2024. Sentimen global dan domestik bayangi IHSG sepekan.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (7/12/2024), IHSG melonjak 3,77 persen ke posisi 7.382,78 selama sepekan. Pada pekan lalu, IHSG melemah 1,1 persen ke posisi 7.114. Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa naik 5,6 persen menjadi Rp 12.673 triliun dari Rp 12.000 triliun pada pekan lalu.
Baca Juga
Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa menguat 8,66 persen menjadi 1,24 juta kali transaksi dari 1,14 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Advertisement
Di sisi lain, selama sepekan, rata-rata nilai transaksi harian bursa merosot 20,30 persen menjadi Rp 10,72 triliun dari Rp 13,45 triliun pada pekan lalu.
Rata-rata volume transaksi harian bursa terpangkas 30,19 persen menjadi 18,22 miliar saham dari 26,10 miliar saham pada pekan lalu.
Pada pekan ini, investor asing membeli saham Rp 1,07 triliun. Kondisi ini berbeda dari pekan lalu, dengan aksi jual saham oleh investor asing tercatat Rp 3,89 triliun. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 22,63 triliun.
Selama sepekan ini, mayoritas sektor saham menghijau. Adapun hanya tiga sektor saham yang melemah yakni sektor saham consumer siklikal susut 0,98 persen, sektor saham perawaran kesehatan turun 0,93 persen dan sektor saham transportasi tergelincir 1,34 persen.
Sementara itu, sektor saham energi melonjak 4,54 persen, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham basic materials naik 3,58 persen, sektor saham industri melesat 0,91 persen, dan sektor saham consumer nonsiklikal melambung 1,91 persen.
Selain itu, sektor saham keuangan mendaki 0,47 persen, sektor saham properti dan real estate melonjak 3,29 persen, sektor saham teknologi naik 4,13 persen dan sektor saham infrastruktur meroket 4,3 persen.
Kata Analis
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan IHSG naik 3,77 persen didorong sejumlah faktor. Pertama, ada inflow atau aliran dana yang masuk meski hanya dua hari di pasar modal Indonesia. Selain itu, penguatan IHSG juga didorong sektor saham teknologi dan bahan baku.
Kedua, investor juga menanti keputusan the Federal Reserve (the Fed) yang akan memangkas suku bunga. Di mana sinyal terakhir the Fed belum isyaratkan ada pemangkasan suku bunga. “Namun demikian, secara probabilitas terjadi adanya peningkatan akan pemangkasan suku bunga,” kata Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Faktor ketiga, ia menuturkan, sentimen pembagian dividen.
Pada pekan depan, Herditya menuturkan, IHSG berpeluang menguat dengan level support di 7.229 dan level resistance 7.449.
Adapun pada pekan, sejumlah sentimen yang akan pengaruhi IHSG antara lain rilis data ekonomi China yakni inflasi dan neraca dagang. Kedua, rilis data inflasi dan PPI AS. “Ketiga, pergerakan harga komoditas dunia, terutama minyak mentang yang relative melemah di tengah oversupply yang terjadi,” kata dia.
Advertisement
IHSG Merosot ke 7.114, Investor Asing Kembali Jual Saham Rp 3,8 Triliun
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 25-29 November 2024. Sektor saham energi dan basic materials membebani IHSG pada pekan ini.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (30/11/2024), IHSG merosot 1,13 persen ke posisi 7.114,2. Pada pekan lalu, IHSG naik 0,48 persen ke posisi 7.195,56. Kapitalisasi pasar terpangkas 0,43 persen menjadi Rp 12.000 triliun dari pekan lalu Rp 12.053 triliun.
Investor asing melepas saham Rp 3,89 triliun pada pekan ini. Jumlah ini lebih besar dari pekan lalu Rp 3,65 triliun. Sepanjang 2024, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 21,56 triliun.
Selama sepekan ini, rata-rata nilai transaksi harian bursa meningkat 35,53 persen menjadi Rp 13,45 triliun dari Rp 9,93 triliun pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian bursa melonjak 31,23 persen menjadi 26,10 miliar saham dari 19,89 miliar saham pada pekan sebelumnya. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa naik 3,27 persen menjadi 1,14 juta kali transaksi dari 1,1 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Sektor saham cenderung beragam pekan ini. Sektor saham energi turun 4,41 persen dan pimpin koreksi. Kemudian sektor saham teknologi susut 3,54 persen, sektor saham basic materials terpangkas 2,62 persen. Lalu sektor saham infrastruktur merosot 1,09 persen, sektor saham transportasi susut 1,01 persen.
Sementara itu, sektor saham industri naik 0,40 persen, sektor saham consumer nonsiklikal bertambah 0,65 persen, sektor saham consumer siklikal melejit 0,86 persen. Lalu sektor saham perawatan kesehatan melonjak 2,02 persen, sektor saham keuangan nak 0,16 persen dan sektor saham properti melambung 0,96 persen.
Apa Saja Sentimen IHSG?
Mengutip riset Ashmore Asset Management Indonesia, pada pekan ini, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) alami reli 9,9 persen, berbalik dari penurunan pekan lalu seiring cuaca buruk akibatkan imbal hasil yang lebih buruk.
Sementara itu, bursa saham China mengali reli dengan indeks Shanghai naik 1,81 persen dan CSI 300 bertambah 1,32 persen. Hal ini seiring pelaku pasar berharap lebih banyak stimulus akan segera diumumkan.
Sementara itu, bitcoin alami koreksi 3,29 persen pada pekan ini, berbalik dari reli yang kuat. Batu bara susut 3,23 persen, minyak mentah melemah 3,11 persen. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kemungkinan penyelesaian konflik di Timur Tengah.
"Minggu ini, kita melihat pengukur inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed-red) mempertahankan tingkat bulanan yang sama dengan inflasi inti PCE bulanan sebesar 0,3 persen seperti yang diharapkan,"
Sementara itu, tingkat inflasi PCE tahunan mengalami kenaikan yang moderat. Di sisi lain, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) triwulanan melambat seperti yang diharapkan tetapi tetap tangguh.
"Di Jerman, kita melihat sentimen negative yang berkelanjutan dari sisi bisnis dan konsumen karena kekhawatiran terhadap pemerintah mereka selain tarif Trump,”
Tingkat inflasi tahunan mereka naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya tetapi lebih rendah dari yang diharapkan. Jepang melihat peningkatan keyakinan konsumen seperti yang diharapkan, tetapi tingkat pengangguran mengalami kenaikan seiring dengan pertumbuhan penjualan ritel yang lebih rendah dari yang diharapkan.
Keuntungan industri Tiongkok tahun ini lebih lemah dari yang diharapkan dan tetap mengalami kontraksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara itu, Indonesia mengalami pertumbuhan harga properti paling lambat sejak kuartal keempat 2021, selain pertumbuhan pasokan uang yang lebih rendah.
Advertisement