Liputan6.com, Jakarta Hermanto Tanoko melalui PT TancoRp Investama Mulia melakukan pembelian 620 juta lembar saham PT Superior Prima Sukses Tbk (BLES). Transaksi berlangsung pada 21 November 2024 sampai dengan 6 Desember 2024 dengan total transaksi pembelian mencapai Rp 61,37 miliar.
Rinciannya, pada 21 November 2024, sebanyak 12 juta saham dibeli dengan harga Rp 244,67 per saham, menghasilkan total transaksi sebesar Rp 2,94 miliar. Pada 22 November 2024, dilakukan pembelian 16 juta saham dengan harga Rp 246 per saham, senilai Rp 3,94 miliar.
Baca Juga
Pada 25 November 2024, sebanyak 20 juta saham dibeli pada harga Rp 245 per saham, dengan total transaksi mencapai Rp 4,9 miliar. Lanjut, pada 26 November 2024, pembelian 12,3 juta saham dilakukan dengan harga Rp 240,75 per saham, senilai Rp 2,96 miliar.
Advertisement
Kemudian, pada 28 November 2024, sebanyak 10 juta saham dibeli pada harga Rp 235,8 per saham, dengan total transaksi sebesar Rp 2,36 miliar. Pada 29 November 2024, dilakukan pembelian 10 juta saham dengan harga Rp 233,4 per saham, senilai Rp 2,33 miliar.
Pada 2 Desember 2024, pembelian saham sebanyak 25 juta saham dilakukan dengan harga Rp 235,6 per saham, menghasilkan total transaksi Rp 5,89 miliar. Pada 3 Desember 2024, sebanyak 40 juta saham dibeli pada harga Rp 238,25 per saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp 9,53 miliar.
Pembelian berlanjut pada hari berikutnya. Pada 4 Desember 2024, dilakukan pembelian 36,11 juta saham dengan harga Rp 238,46 per saham, senilai Rp 8,61 miliar. Pada 5 Desember 2024, pembelian 43,57 juta saham dilakukan dengan harga Rp 240,75 per saham, menghasilkan total transaksi Rp 10,49 miliar. Lalu pada 6 Desember 2024, sebanyak 30 juta saham dibeli pada harga Rp 247,33 per saham, dengan total transaksi sebesar Rp 7,42 miliar.
Usai transaksi, PT Tancorp Investama Mulia kini mengempit 1.605.000.000 lembar saham BLES atau setara 18,054 persen. Sebelumnya, PT Tancorp Investama Mulia menggenggam 985.000.000 lembar saham BLES atau setara 11,08 persen.
Â
Window Dressing Dimulai, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik Pekan Ini
Perdagangan saham periode 9-13 Desember 2024 masih diwarnai sejumlah perkembangan data dan fenomena tahunan window dressing. Beberapa data yang mewarnai pasar saham pekan ini adalah inflasi tahunan AS bulan November dan PPI bulanan AS (November).
Terkait sentimen inflasi tahunan AS bulan November yang diumumkan pada Rabu pekan ini, inflasi tahunan AS bulan November diprediksi akan mengalami kenaikan di level 2,7%. Capaian ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 2,6%, namun masih berada di dalam rentang yang sama dalam 4 bulan terakhir.
"Jika kita lihat dari target yang ditetapkan The Fed yaitu inflasi sebesar 2% di 2024 maka data inflasi November apabila sesuai dengan konsensusnya, masih sejalan untuk semakin mendekati target inflasi yang ditetapkan The Fed tersebut," kata Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani dalam keterangan resmi, Senin (9/12/2024).
Namun demikian, Jerome Powell selaku Gubernur The Fed sudah memberikan sinyal terhadap pemangkasan suku bunga yang akan terjadi dalam waktu dekat pada pertemuan sebelumnya.
Â
Advertisement
PPIÂ Bulanan
Kedua, sentimen PPI bulanan AS (November). Sehari setelah rilis inflasi, AS juga merilis dari sisi produsen. PPI bulanan AS November diprediksi mengalami kenaikan atau mencatatkan inflasi sebesar 0,3%. Apabila data konsensus benar maka capaian bulan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan merupakan capaian tertinggi sejak Juli lalu.
Diketahui, indikator ini sempat menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pasar dan pemangku kebijakan, karena mengalami penurunan yang konsisten dalam beberapa bulan terakhir sehingga kekhawatiran terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi AS bahkan resesi sempat ramai dibicarakan.
"Akan tetapi, setelah kemenangan Trump dalam Pilpres kemarin yang salah satu kebijakan ekonominya adalah menurunkan tarif pajak penghasilan dan usaha serta akan memperkuat posisi keuangan perusahaan di AS maka kekhawatiran terhadap terjadinya pelemahan atau resesi ekonomi AS sudah mulai surut," lanjut Dimas.
Â