Liputan6.com, Jakarta PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split. Perseroan akan menggelar stock split dengan rasio 1:2. Artinya, setiap pemegang satu lembar saham yang ada saat ini akan dipecah menjadi 2 saham baru saat stock split.
Saat ini, perseroan memiliki 5.125.000.000 lembar saham yang diterbitkan dan disetor dalam perseroan, dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Setelah stock split dengan rasio 1:2, maka saham-saham yang diterbitkan dan disetor dalam perseroan akan berubah menjadi 10.250.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
Baca Juga
Dengan harga saham yang lebih rendah setelah stock split, saham tersebut menjadi lebih mudah diakses oleh investor ritel yang mungkin sebelumnya belum mampu membeli saham dengan harga tinggi. Hal ini bisa memperluas basis investor.
Advertisement
"Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar dan harga yang lebih terjangkau, volume perdagangan saham diharapkan cenderung meningkat. Likuiditas yang lebih tinggi dapat mempermudah investor dalam membeli dan menjual saham, serta membantu menjaga stabilitas harga," ungkap Direktur sekaligus Corporate Secretary PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk, Theresia Yusufiani Rahayu dalam keterbukaan informasi Bursa, Selasa (10/12/2024).
Di samping it, perseroan beranggapan aksi ini akan memperkuat persepsi pasar. Perusahaan yang melakukan stock split sering kali dipersepsikan memiliki kinerja yang baik karena harga sahamnya telah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Hal ini bisa meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan di masa depan.
Sehubungan dengan stock split, perseroan telah menerima persetujuan prinsip dari BEI berdasarkan surat No.: S-12314/BEI.PP2/11-2024 tanggal 21 November 2024. Selanjutnya, pemecahan saham akan dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan RUPSLB yang rencananya akan diselenggarakan pada 16 Januari 2025.
Lebih lanjut, berikut jadwal pemecahan saham PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk:
- Akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan pasar negosiasi: 5 Februari 2025
- Mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar reguler dan pasar negosiasi: 6 Februari 2025
- Periode peniadaan perdagangan di pasar tunai selama 2 hari bursa: 6-7 Februari 2025
- Tanggal penentuan pemegang saham yang berhak atas hasil stock split (recording date): 7 Februari 2025
- Mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar tunai: 10 Februari 2025
Window Dressing Dimulai, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik Pekan Ini
Perdagangan saham periode 9-13 Desember 2024 masih diwarnai sejumlah perkembangan data dan fenomena tahunan window dressing. Beberapa data yang mewarnai pasar saham pekan ini adalah inflasi tahunan AS bulan November dan PPI bulanan AS (November).
Terkait sentimen inflasi tahunan AS bulan November yang diumumkan pada Rabu pekan ini, inflasi tahunan AS bulan November diprediksi akan mengalami kenaikan di level 2,7%. Capaian ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 2,6%, namun masih berada di dalam rentang yang sama dalam 4 bulan terakhir.
"Jika kita lihat dari target yang ditetapkan The Fed yaitu inflasi sebesar 2% di 2024 maka data inflasi November apabila sesuai dengan konsensusnya, masih sejalan untuk semakin mendekati target inflasi yang ditetapkan The Fed tersebut," kata Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani dalam keterangan resmi, Senin (9/12/2024).
Namun demikian, Jerome Powell selaku Gubernur The Fed sudah memberikan sinyal terhadap pemangkasan suku bunga yang akan terjadi dalam waktu dekat pada pertemuan sebelumnya.
Â
Advertisement
PPIÂ Bulanan
Kedua, sentimen PPI bulanan AS (November). Sehari setelah rilis inflasi, AS juga merilis dari sisi produsen. PPI bulanan AS November diprediksi mengalami kenaikan atau mencatatkan inflasi sebesar 0,3%. Apabila data konsensus benar maka capaian bulan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan merupakan capaian tertinggi sejak Juli lalu.
Diketahui, indikator ini sempat menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pasar dan pemangku kebijakan, karena mengalami penurunan yang konsisten dalam beberapa bulan terakhir sehingga kekhawatiran terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi AS bahkan resesi sempat ramai dibicarakan.
"Akan tetapi, setelah kemenangan Trump dalam Pilpres kemarin yang salah satu kebijakan ekonominya adalah menurunkan tarif pajak penghasilan dan usaha serta akan memperkuat posisi keuangan perusahaan di AS maka kekhawatiran terhadap terjadinya pelemahan atau resesi ekonomi AS sudah mulai surut," lanjut Dimas.
Â