Liputan6.com, Jakarta - PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) menilai program Pemerintah untuk 3 Juta Rumah akan menjadi kesempatan yang besar bagi Perseroan untuk memanfaatkan pasar untuk meningkatkan volume.
Direktur Utama SMBR, Suherman Yahya menjelaskan hal ini terkait dengan sentimen Pilkada, Pileg, dan Pilpres yang sudah mulai selesai pada 2025. Menurut dia, dengan telah selesainya semua tahapan Pileg, Pilpres Pemerintahan Daerah yang sudah definitif pada 2025 ini merupakan momentum untuk Perseroan menangkap peluang pasar.
Baca Juga
"Sampai dengan ini memang posisi masih terjadi oversupply namun dengan Program Pemerintah untuk Peningkatan Infrastruktur, Program Pemerintah untuk 3 Juta Rumah ini akan menjadi opportunity yang besar bagi SMBR untuk memanfaatkan pasar yang ada di Sumatera Selatan untuk meningkatkan volume,” kata Suherman dalam Pubex SMBR, dikutip dari keterbukaan informasi, Kamis (12/12/2024).
Advertisement
Suherman menambahkan Pemerintah juga sedang menggiatkan Program Ketahanan Pangan. Dalam hal ini, perseroan mempunyai satu produk yang menunjang untuk industri pupuk yaitu WhiteClay.
“Diharapkan dengan Program Ketahanan Pangan terjadi peningkatan kebutuhan White Clay sehingga di tahun 2025 penjualan White Clay merupakan peluang untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis non-semen bagi SMBR,” pungkasnya.
Di sisi lain, Perseroan tetap optimis menutup 2024 dengan kinerja positif meskipun kondisi pasar yang kompetitif.
Hingga kuartal III 2024, SMBR berhasil mencatatkan peningkatan volume penjualan sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun permintaan semen di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mengalami penurunan -1,4% YoY, terutama di pasar Sumsel dan Lampung, SMBR terus menjaga kestabilan penjualannya.
Semen Baturaja Pede Tutup 2024 dengan Kinerja Positif
Sebelumnya, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) tetap optimis menutup tahun 2024 dengan kinerja positif meskipun kondisi pasar yang kompetitif.
Hingga kuartal III 2024, SMBR berhasil mencatatkan peningkatan volume penjualan sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun permintaan semen di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mengalami penurunan -1,4% YoY, terutama di pasar Sumsel dan Lampung, SMBR terus menjaga kestabilan penjualannya.
Direktur Utama SMBR Suherman Yahya mengungkapkan bahwa meskipun tantangan kompetisi di pasar semakin ketat, perusahaan berhasil mempertahankan volume penjualan yang positif hingga kuartal III 2024.
“Kami melihat potensi peningkatan volume penjualan semen pada kuartal IV 2024, terutama sebelum libur Natal dan Tahun Baru, yang didorong oleh siklus permintaan yang menguat,” ujar Suherman.
Di tingkat nasional, permintaan semen diperkirakan akan tumbuh 1%, dengan tingkat utilisasi industri yang meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun 2023. Meskipun utilisasi masih berada di bawah level yang diproyeksikan pada tahun 2019, outlook untuk tahun 2025 menunjukkan prospek pemulihan yang positif di sektor ini, berdasarkan data Outlook ASI 2025.
Suherman juga menambahkan, menghadapi 2025, industri semen masih akan menghadapi tantangan akibat kondisi pasar yang oversupply. Namun, SMBR tetap optimis untuk memanfaatkan peluang yang datang melalui program pemerintah yang berfokus pada pembangunan infrastruktur.
“Program infrastruktur, termasuk pembangunan 3 juta rumah dan pembebasan BPHTB untuk kategori tertentu, akan menjadi pendorong utama permintaan semen pada tahun 2025,” tambahnya.
Selain itu, SMBR berencana untuk terus memperkuat kontribusi produk non-semen, seperti whiteclay dan limestone, guna mendukung pertumbuhan berkelanjutan perusahaan. Dengan berbagai langkah strategis ini, SMBR percaya dapat terus mencatatkan kinerja positif meskipun menghadapi tantangan yang ada.
Advertisement
Semen PCC
Sebagai bagian dari komitmen terhadap keberlanjutan, saat ini SMBR memproduksi Semen PCC (Portland Composite Cement), semen rendah karbon yang sudah bersertifikasi Green Label dari Green Product Council Indonesia. Produk ini diproduksi menggunakan material ramah lingkungan dengan proses yang mengurangi emisi karbon hingga 38% dibandingkan semen konvensional (OPC).
Produk Semen juga telah memperoleh sertifikasi SNI dan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam negeri mencapai 89,34% yang jauh melampaui batas minimum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021, yaitu sebesar 40%.
Dengan berbagai upaya ini, SMBR yakin dapat terus berkontribusi dalam mendukung pembangunan nasional serta berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan, sambil memastikan kinerja perusahaan tetap positif ke depan.