Liputan6.com, Jakarta - PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk, perusahaan bergerak di bidang maklon herbal, kosmestik hingga minuman akan menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Perseroan melepas 170 juta saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan itu 28,33 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah IPO.
Baca Juga
Dalam rangka IPO ini, PT Brigit Biofarmaka TeknologiT bk menawarkan harga Rp 330-Rp 350 per saham. Perseroan akan memperoleh dana dari IPO maksimal Rp 59,50 miliar.
Advertisement
Selain itu, Perseroan juga menerbitkan 85.000.000 waran seri I yang menyertai saham baru Perseroan. Jumlah itu sebanyak 19,77 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO. Waran seri I diberikan secara cuma-Cuma sebagai insentif bagi pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan.
Adapun setiap pemegang dua lembar saham baru Perseroan berhak memperoleh satu waran seri I di mana setiap satu waran seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru Perseroan yang dikeluarkan dari portepel.
Waran seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk melakukan pembelian saham biasa atas nama yang bernilai nominal Rp 50 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 350 yang dapat dilakukan selama masa berlakunya pelaksanaan enam bulan sejak efek diterbitkan. Hal itu berlaku mulai 9 Juli 2025-8 Januari 2026. Dana yang akan diperoleh dari penerbitan waran sebesar Rp 29,75 miliar.
Dana IPO
Perseroan akan memakai dana IPO dan waran untuk modal kerja antara lain untuk pembelian bahan baku, penambahan produksi dan pengembangan pemasaran.
Untuk menggelar IPO ini, Perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yakni PT OSO Sekuritas Indonesia.
PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk janji akan bagikan dividen maksimal 50 persen atas laba bersih tahun berjalan Perseroan. Pembagian dividen ini akan dilakukan mulai tahun buku 31 Desember 2024 dan seterusnya.
"Besarnya pembagian dividen akan bergantung pada hasil kegiatan usaha dan arus kas Perseroan serta prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan rencana investasi Perseroan pada masa yang akan datang dan dengan memperhatikan pembatasan peraturan dan kewajiban lainnya,” demikian seperti dikutip.
Hingga 30 Juni 2024, Perseroan membukukan penjualan Rp 54,75 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 19,25 miliar. Perseroan mencatat laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 12,80 miliar hingga Juni 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,31 miliar.
Total ekuitas naik menjadi Rp 27,47 miliar hingga 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 19,34 miliar. Liabilitas Perseroan bertambah menjadi Rp 24,61 miliar hingga 30 Juni 2024 dari 31 Desember 2023 sebesar Rp 16,95 miliar. Perseroan mencatat aset naik menjadi Rp 52,08 miliar hingga 30 Juni 2024 dari 31 Desember 2023 sebesar Rp 36,29 miliar.
Jadwal IPO:
-Masa penawaran awal pada 18-23 Desember 2024
-Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 31 Desember 2024
-Masa penawaran umum perdana saham pada 3-7 Januari 2025
-Tanggal penjatahan pada 7 Januari 2025
-Tanggal distribusi pada 8 Januari 2025
-Tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Januari 2025
-Masa perdagangan waran seri
Pasar regular dan negosiasi pada 9 Januari 2025-5 Januari 2026
-Masa perdagangan wari seri I-Pasar Tunai pada 9 Januari 2025-7 Januari 2026
-Periode pelaksanaan waran seri I pada 9 Juli 2025-8 Januari 2026
Advertisement
25 Perusahaan Antre di Pipeline IPO, Didominasi Aset Skala Besar
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Adapun sampai dengan 13 Desember 2024, terdapat 40 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 10,19 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 25 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala besar. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal dan energi.
“Hingga saat ini, terdapat 25 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Senin (16/12/2024).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 19 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 5 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 1 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 7 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 2 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 3 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 2 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Obligasi
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Adapun sampai dengan 13 Desember 2024, terdapat 40 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 10,19 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 25 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala besar. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal dan energi.
“Hingga saat ini, terdapat 25 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Senin (16/12/2024).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 19 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 5 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 1 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 7 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 2 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 3 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 2 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement
Pipeline Rights Issue
Untuk aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, masih terdapat 8 perusahaan tercatat dalam pipeline. Adapun per 13 Desember 2024, telah terdapat 15 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 34,42 triliun.
Selanjutnya, 9 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic